Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar (kedua kanan) berbincang dengan peserta transmigran di atas kapal Pelni di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (21/8). Sebanyak 114 transmigran asal Jawa Barat dan Jawa Timur yang akan ditempatkan di Desa Saembawati, Poso, Sulawesi Tengah tersebut diharapkan dapat menggelorakan kembali peranan transmigrasi demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nz/15

Jakarta, Aktual.com — Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Marwan Jafar, mengakui transmigrasi kurang populer terutama di kalangan muda.

“Masyarakat yang dipindahkan sebagai transmigran, juga terkesan hanya terdiri dari masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan atau kompetensi. Pada akhirnya program transmigrasi kurang populer untuk penduduk kalangan muda, karena dianggap hanya akan menjadi petani konvensional yang hidup terbatas di perdesaan,” ujar Menteri Marwan di Jakarta, Sabtu (12/12).

Menurut Marwan, hakekat kebijakan dari program transmigrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan peradaban baru di tanah harapan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan baru.

“Transmigrasi juga dalam rangka membuka kesempatan kerja dan peluang usaha dengan menggali dan mengelola potensi sumberdaya kawasan transmigrasi, mengurangi kemiskinan, membuka lahan pangan dan perkebunan dan membentuk wirausaha mandiri,” tambah dia.

Marwan mengakui pada masa awal, masyarakat transmigran menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi. Namun berkat kegigihan, keuletan, dan juga semangat untuk menancapkan sejarah di tanah harapan akhirnya berbagai tantangan tersebut menjadi peluang dan kesempatan emas.

Untuk lebih memasyarakatkan program transmigrasi serta membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap program transmigrasi.

Sebelumnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba menggelar program transmigrasi melalui pagelaran wayang kulit dengan lakon “Babad Alas Winamarta” pada Hari Bhakti Transmigrasi ke-65, Jumat malam.

“Dalam kisah yang menuturkan perjalanan para ksatria Pandawa dalam membangun tanah harapan baru, yang nantinya menjadi pusat kerajaan dan peradaban di Amarta adalah sebuah ibroh, analogi yang pas,” tukas dia.

Artikel ini ditulis oleh: