Jakarta, Aktual.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan tarif listrik yang mahal dapat memicu tumbuhnya benih-benih radikalisme yang berujung kepada aksi kekerasan dan teror.

Hal ini bisa terjadi lantaran tarif yang mahal akan mengakibatkan kesenjangan sosial dan menyuburkan rasa kecemburuan dan kekecewaan bagi masyarakat yang tidak mampu menjangkau harga listrik.

“Coba bayangkan, pada satu daerah, satu desa atau satu wilayah tidak ada listriknya, tidak ada kabelnya atau layanan listrik dari PLN atau negara, pada satu hari ada layanan listrik dari negara, tapi ada penduduk di situ tidak mampu beli,” katanya di Jakarta, Rabu (19/7).

Dia melanjutkan; “Kalau ini terjadi bagi kita yang usianya itu sudah mungkin tidak remaja, sudah 50 tahun, kita mungkin diam saja. Paling protes. Tapi kalau ini terjadi, dilihat oleh anak-anak kita yang umurnya itu masih remaja, 15 tahun, 17 tahun, 18 tahun, yang tidak pernah lihat listrik dalam hidupnya, pada satu hari dia lihat ada kabel listrik depan rumahnya, tapi orang tuanya juga tidak mampu beli, nah, ini akan menimbulkan kecemburuan sosial yang sangat besar. Dan ini akan juga dapat menimbulkan sentimen radikalisme yang luar biasa karena perasaan ketidakadilan,” tuturnya.

Oleh sebab itu, tanpa mengesampingkan pertumbuhan renewable energi, pemerintah memprioritaskan elektrifikasi dan keterjangkauan harga dengan menggunakan energi fosil sebagai energi primer pembangkit yang dinilai lebih ekonomis dibanding renewable energi.

 

Laporan Dadangsah

Artikel ini ditulis oleh: