Jakarta, Aktual.co —  Banyak orang mampu, tapi hanya sekadar untuk menutupi kebutuhan perekonomian keluarga secara pas-pasan.
Mereka itulah yang disebut “sadikin”, atau “sakit dikit miskin” atau akibat sedikit sakit jadi jatuh miskin, kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan, Riau, dr Endid Pratiknyo.
Dengan demikian, sesungguhnya kemiskinan dan kesehatan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kemiskinan membuat mereka menjadi sulit mendapatkan layanan kesehatan, sementara kesehatan seketika bisa saja membuat yang kaya raya jatuh miskin.
Ketua IDI Riau Nurzelly Husnedi mengatakan tingginya persoalan kesehatan tersebut harus ditekan dengan berbagai program “jitu” Menkes Nila F Moeloek.
“Yang utama adalah pemerataan penyebaran dokter hingga ke berbagai pelosok desa. Tujuannya adalah untuk memberikan hak kesehatan yang utuh bagi masyarakat pedesaan,” ungkapnya.
Nurzelly Husnedi menyatakan saat ini khusus untuk Provinsi Riau saja sebenarnya terdapat lebih 2.000 dokter, namun belum tersebar secara merata hingga ke pelosok desa.
“Mereka masih menjalankan profesi masing-masing di kota besar khususnya Pekanbaru, selain juga di ibu kota kabupaten di Riau,” kata Nurzelly.
Menurut dia, itu merupakan masalah bersama khususnya pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sebaran dokter yang tidak merata merupakan salah satu penyebab masyarakat Indonesia belum dapat mencapai taraf hidup yang optimal.
Akibatnya, masyarakat di berbagai pedesaan dan kepulauan terisolasi di Tanah Air banyak yang belum mendapat hak penuh sebagai warga negara Indonesia ataupun sebagai peserta JKN.
Agenda Pembangunan Agenda pembangunan kesehatan 2015-219 adalah mewujudkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang semakin mantap. Artinya setiap orang mendapatkan hak pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan, di tempat pelayanan kesehatan yang terstandar, dilayani ole tenaga kesehatan yang kompten, kata Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof Nila Farid Moeloek dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah Provinsi Riau, Zaini Ismail.
Ketika itu, Zaini memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-50, Rabu (12/11) di Halaman Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru.
Menkes mengatakan, pelayanan yang diberikan juga harus menggunakan standar pelayanan, dengan biaya yang terjangkau serta mendapatkan informasi yang kuat atas kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, menurutnya diperlukan kebersamaan pemahaman semua pemangku kepentingan, komitmen yang kuat dan kepemimpinan yang konsisten baik ditingkat nasional maupun ditingka daerah.
Sesungguhnya, demikian Nila, pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Dia juga menambahkan di tengah meningkatnya faslitas pelayanan kesehatan dan bertambahnya jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan disemua jenjang fasilitas pelayanan kesehatan, distribusi obat yang semakin membaik, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan kesehatan ini.
“Seperti tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi prevalensi gizi kurang dan stunting, beberapa jenis penyakit menular dan penyakit tidak menular tertentu,” sambungnya.
Momentum peringatan HKN emas tahun ini, Menkes mengajak untuk dapat dijadikan sebagai peningkatan tekad dan semangat semua pihak, untuk lebih memberikan makna pada masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Dengan demikian, masyarakat berharap tidak lagi jatuh miskin saat menderita sakit. Dan Nila, menjadi harapan baru masyarakat untuk dapat menguatkan program-program kesehatan khususnya bagi mereka yang terancam oleh nasib “sadikin”, “sakit dikit miskin”!

Artikel ini ditulis oleh: