Jakarta, Aktual.com – Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu daerah basis buruh migran Indonesia. Banyak warga masyarakat dari kawasan Flores sejak lama bermigrasi secara swadaya ke Malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong.

Mobilitas dari pulau Timor ini mulai masif melalui mekanisme yang dikelola Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Dengan menggunakan payung hukum Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, PPTKIS merekrut banyak perempuan dari NTT bekerja sebagai PRT migran.

“Harus diakui, hingga saat ini belum ada upaya yang sistematik untuk meminimalkan kerentanan yang dihadapi buruh migran perempuan asal Nusa Tenggara Timur,” terang Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah dalam keterangan yang diterima, Rabu (31/8).

Disampaikan, berbagai kalangan telah melakukan inisiatif untuk merespons situasi tersebut, baik dari pihak gereja hingga kalangan masyarakat sipil. Akan tetapi kehadiran negara adalah hal yang paling penting.

Atas dasar itu pula, Migrant Care bekerjasama dengan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) dengan dukungan program MAMPU sejak akhir 2013 mengambil prakarsa untuk melibatkan desa untuk terlibat secara aktif dalam mengupayakan perlindungan dan pelayanan buruh migran Indonesia melalui skema Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI).

Langkah proaktif ini sekaligus penguatan peran desa dan amanat Nawacita, yakni menghadirkan negara dan membangun dari pinggiran. Prakarsa pendirian DESBUMI di NTT ini diawali di 6 desa di Kabupaten Lembata dan berlanjut di 6 desa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

DESBUMI diharapkan menjadi pagar pelindung bagi warga desa dari gerilya praktek percaloan dan sindikat perdagangan manusia yang selama ini menjadikan desa sebagai lapak untuk mencari korban.

 

*Sumitro

Artikel ini ditulis oleh: