
Jakarta, aktual.com – Direktur Eksekutif Migrant Watch, Aznil Tan membuat seruan agar masyarakat dan pemerintah Indonesia memboikot kehadiran tim nasional (Timnas) Arab Saudi dalam agenda Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Indonesia. Aznil menganggap Arab Saudi tidak memberi perlakuan yang baik kepada pekerja migran Indonesia yang bekerja di sana.
“Banyak pekerja migran Indonesia (PMI) atau TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi, mendapat perlakuan tidak manusiawi. Para PMI banyak dijadikan budak dan korban human trafficking,” kata Aznil dalam keterangan kepada aktual.com, Sabtu (25/3) kemarin.
Apalagi, menurut Aznil, sebagian besar PMI yang bekerja di sektor domestik di Saudi bekerja selama 18 jam sehari. Mereka bekerja seperti pembantu yang melayani majikan tanpa henti.
“Meskipun dimoratorium (ditutup) penempatan PMI ke Arab Saudi, jumlah PMI sampai sekarang ini semakin banyak dan diperkirakan mencapai 1,5 juta orang. Kebijakan moratorium malah semakin memperparah keadaan dan menjadi santapan sindikat human trafficking. Mereka bekerja mencuci, mengosok, memasak, membersihkan rumah, sampai menjaga anak. Mereka bekerja terus menerus tanpa henti dan tidak ada jam istirahat dan tanpa libur,” ujarnya.
Aznil juga menuding agen penyalur PMI atau Syarikah berlaku buruk terhadap pekerja migran. Dirinya menyebut Aznil memperlakukan PMI seperti budak belian yang siap diperdagangkan dari satu majikan ke majikan yang lain. Syarikah, ungkapnya, juga sering memberikan gaji PMI secara semena-mena.
“Syarikah sebagai agen penyalur tidak kalah biadabnya. Para PMI diperlakukan seperti budak belian yang siap diperdagangkan. Tak jarang Syarikah memajang para PRT di pameran yang berada di Mal. Sementara, gaji PMI juga dipotong sewena-wenang. PMI hanya menerima gaji 800 Riyal dari 1.500 riyal ketentuan upah minimum per bulan,” sambung dia.
Karena itu, bagi Aznil, pemerintah Indonesia semestinya menolak kehadiran Timnas Saudi tersebut. Masyarakat Indonesia, ungkapnya, harus ramai-ramai menyuarakan tuntutan tersebut.
(Megel Jekson)