Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Operasi Militer Selain Perang di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/10/2015). Diskusi yang diselenggarakan Fraksi Partai Demokrat tersebut membahas mengenai peran TNI dalam masyarakat di luar perannya dalam operasi militer.

Jakarta, Aktual.com – Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Moeldoko angkat bicara mengenai isu minoritas dan mayoritas yang terus menghantam masyarakat dalam setahun belakangan ini. Dua hal ini kerap menjadi dikotomi atau terbagi oleh persepsi masyarakat dengan berbagai isu.

Menurut Moeldoko, berbagai isu mayoritas dan minoritas hanya akan memecah belah bangsa Indonesia. Ia menyebutkan jika sejatinya, Indonesia tidak mengenal pembagian kasta lantaran menjunjung tinggi Pancasila.

“Istilah minoritas mayoritas di Indonesia harus dihilangkan, kita tidak mengenal istilah kasta di sini. Jika dibiarkan, negara ini akan sulit mendapatkan titik keseimbangan,” kata Moeldoko di kantor Para Syndicate, Jakarta Selatan, Rabu (4/10).

Moeldoko berpendapat jika pluralitas merupakan takdir yang tak dapat dihindari bangsa Indonesia. Keanekaragaman di tengah masyarakat Indonesia dapat terlihat dalam beragamnya suku, budaya agama maupun kearifan lokal di berbagai daerah yang ada di tanah air.

Namun demikian, ia juga menegaskan, jangan sampai terjadi eksklusivitas pada masing-masing entitas yang dimiliki masyarakat.

“Kita ini hidup ditakdirkan yang plural. Plural secara fisik, keyakinan, tetapi tidak boleh plural secara ideologi. Kita tidak boleh memaknai ideologi Pancasila secara plural,” tutur dia.

Masyarakat, jelasnya, harus tetap berpegang pada Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Menurut pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini, sangat tidak relevan jika sebuah agama dijadikan ideologi tunggal di Indonesia lantaran hanya akan mengkotak-kotakkan masyarakat melalui agama saja.

“Jika itu terjadi, keyakinan atas ideologi akan terbelah, kita keluar dari keyakinan,” pungkasnya.

 

Laporan Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh: