Jakarta, Aktual.co — Membiarkan begitu banyak permasalahan bangsa, tanpa ada solusi jelas, sama saja mengundang malapetaka. Dalam perspektif reformasi, pembiaran itu bukan saja mencederai semangat reformasi itu sendiri, tapi membiarkan reformasi menjadi episode kegagalan besar Indonesia.
“Jika masalah bangsa dibiarkan terjadi, maka ketahanan nasional tidak akan pernah terwujud dan Indonesia tidak akan pernah mampu mendekati tujuan dan cita-cita nasional, sebagai yang termuat dalam pembukaan UUD 45,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam ‘Silaturahmi Tata Ruang Peradaban’ di Kuningan, Jabar, beberapa waktu lalu. Pidato ini diwakilkan‎ Laksma TNI Uus Kustiwa.‎ 
Untuk itu, Moeldoko mengatakan, perlu ditempuh strategi dasar agar reformasi menjadi episode kegagalan besar Indonesia. Strategi pertama, meningkatkan kualitas kepemimpinan. Pendapat klasik mengatakan, pemimpin dilahirkan. Pandangan ini juga disempurnakan oleh pendapat bahwa pemimpin juga dapat dibentuk. 
“Sebab, kepemimpinan pada dasarnya adalah ilmu dan seni (untuk mempengaruhi orang lain), sehingga bisa dipelajari dan dilatihkan. Dalam konteks seperti ini, terletak arti strategisnya pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan mampu menghadirkan SDM yang berkualitas, sehingga dapat menjaring kader-kader pemimpin yang berkualitas dan berwawasan negarawan, bukan sekedar politisi,” jelas Moeldoko.
Strategi kedua, sambung Mopeldoko, adalah meningkatkan militansi bangsa. Kunci keberhasilan bangsa yang maju adalah dorongan serta kebutuhan yang kuat untuk berprestasi. 
“Berbuat melebihi dari yang seharusnya dilakukan, dan memberi melebihi dari yang seharusnya diberikan merupakan salah satu ciri utama dari para pejuang pendahulu kita. Kenapa sekarang kita justru merindukan hal itu, karena saat ini kita digempur nilai-nilai baru yang pragmatis, seperti jalan pintas, koneksi, nepotisme, hedonisme dan lain-lain,” pungkasnya.