Leni Robredo mundur dari kabinet dan akan bertekad memimpin oposisi menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte. (ilustrasi/aktual.com)
Leni Robredo mundur dari kabinet dan akan bertekad memimpin oposisi menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden Filipina Leni Robredo mundur dari kabinet pada Senin tapi bertekad memimpin oposisi dan menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte, termasuk perang mematikannya terhadap narkotika dan upaya menerapkan kembali hukuman mati.

Robredo yang sering bentrok dengan Duterte dan memutuskan mundur dari peran kementeriannya sesudah diperintahkan melalui pesan singkat untuk tidak hadir dalam sidang kabinet.

Wanita itu terpilih menjadi wakil presiden pada Mei dalam pemilihan terpisah dan bukan pasangan Duterte dalam pemilihan presiden negara kepulauan tersebut.

Robredo membarui peringatannya akan kemunculan komplotan untuk menggesernya dari jabatan nomor dua dan menyatakan perintah dari Duterte itu sama artinya dengan dipecat.

“Jika Anda tidak diizinkan menghadiri sidang kabinet, apa artinya?” katanya pada jumpa pers.

“Saya akan menjadi pemimpin oposisi. Saya akan menentang kebijakan yang akan merugikan rakyat,” katanya.

Semua itu termasuk hukuman mati, menurunkan usia pertanggungjawaban pidana dan dugaan pembunuhan di luar hukum sebagai bagian dari tindakan keras terhadap narkotika, yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Duterte menerima undur diri Robredo dari jabatan menteri perumahan “dengan berat hati”, kata juru bicaranya, Ernesto Abella.

Robredo, 52, mantan pengacara dan pegiat kemasyarakatan, menang pemilihan wakil presiden pada Mei dengan angka tipis, mengalahkan Ferdinand Marcos Jr, putra dan senama dengan penguasa, yang digulingkan dalam pemberontakan pada 1986.

Marcos, yang lebih dikenal dengan julukan “Bongbong”, mengajukan banding ke Mahkamah Agung untuk penghitungan ulang, yang Robredo katakan dia yakin menang.

Robredo tidak merinci dugaan komplotan untuk “mencuri” jabatan wakil presidennya, tapi mengatakan Marcos menyertai Duterte dalam kunjungan resmi ke China pada Oktober mengisyaratkan itu.

“Di Cina, presiden mengajak Bongbong Marcos dan bahkan memperkenalkan dia sebagai wakil presiden,” katanya.

Pengacara Marcos, Vic Rodriguez, mengeluarkan pernyataan mengatakan undur diri Robredo “terlambat dan sangat jelas bersikap bermusuhan”.

Ia menggambarkan pernyataan Robredo tentang komplotan untuk menggesernya sebagai kemunafikan.

“Jabatan wakil presiden memang sudah dicuri dan pencurinya tidak lain adalah nyonya Robredo,” kata Rodriguez. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara