Jakarta, Aktual.com — Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat secara merata mengguyur Jakarta dan sekitarnya sepanjang Sabtu (7/11).

Hujan ini tampaknya menandai berakhirnya musim kemarau. Walaupun siklus musim terjadi April-Oktober untuk musim kering (kemarau) dan Oktober-April untuk musim hujan, namun hujan baru terasa hadir di Jakarta dan sekitarnya pada Minggu kedua November ini.

Sepanjang Oktober–berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang sudah dipublikasikan–di beberapa lokasi di Jakarta sudah ada hujan, namun intensitasnya ringan hingga sedang alias hanya gerimis. Hujan juga terjadi tidak merata dan dalam rentang waktu singkat.

Namun hujan pada akhir pekan pertama November 2015 ini semakin menguatkan bahwa siklus musim hujan sudah benar-benar terjadi di ibu kota dan sekitarnya. Selalu saja ada peristiwa yang terjadi ketika Jakarta dan sekitarnya mulai dilanda hujan.

Simak saja tayangan televisi dan situs media-media di ibu kota serta sumber-sumber informasi pemerintah dan instansi lainnya sepanjang Sabtu dan Minggu. Berita atau informasi cenderung mendapat perhatian masyarakat.

Sehari sebelumnya (Jumat) situs BMKG merilis prakiraan cuaca Jakarta dan sekitarnya yang rata-rata berawan, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Pada Sabtu pagi itu mulai meluncur berita-berita soal hujan yang melanda Jakarta dan sekitarnya.

Sebenarnya bukan hanya hujan yang menjadi perhatian utama media dan kanal-kanal informasi publik, namun peristiwa dan dampak yang terjadi. Antara lain soal adanya genangan air di Cawang Jakarta Timur, pohon tumbang di Kemang Jakarta Selatan dan sekitar Jembatan Semanggi.

Genangan air bukan hanya di Cawang, namun juga di beberapa lokasi lain terutama di jalan. Hal itu mengganggu arus lalulintas.

Twit TMC Polda Metro Jaya beberapa kali berisi mengenai genangan air di “underpass” Dukuh di Jalan Sudirman. Semula diinformasikan ada genangan, lalu disebutkan genangan semakin tinggi, selanjutnya genangan tak bisa dilalui orang maupun kendaraan.

Akhirnya diinformasikan bahwa jalanan itu ditutup dan lalulintas dialihkan ke rute lainnya. Baru sore menjelang malam disampaikan informasi bahwa genangan di terowongan itu sudah surut dan bisa dilalui kendaraan.

Berbagai komentar keprihatinan, keluhan, kekhawatiran dan harapan disampaikan masyarakat. Intinya mengharapkan pemerintah lebih serius dan terpadu dalam mengatasi ancaman banjir.

Karena kalau baru awal musim saja sudah ada peristiwa dan dampak yang demikian, apalagi kalau sudah benar-benar musim. Inilah tantangan pemerintah terkait ancaman banjir di DKI.

Antisipasi Kini masyarakat Jakarta sedang menanti dengan perasaan “was-was” mengenai peristiwa-peristiwa dan dampak musim hujan. Selama ini sudah sangat kental diingatan publik Jakarta maupun dalam lingkup nasional, bahkan internasional, musim hujan selalu ada banjir di Jakarta dan sekitarnya.

Selama itu pula terjadi kerugian masyarakat dan dunia usaha. Bersamaan dengan itu ada upaya dari pemerintah setempat mengatasinya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, pekan lalu, melakukan berbagai persiapan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir yang terjadi ketika berlangsung musim hujan.

“Salah satu langkah antisipasi kami adalah dengan melakukan pengerukan terhadap saluran-saluran air yang ada di wilayah ibu kota,” kata Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Dengan pengerukan saluran air atau drainase, maka genangan air yang kerap muncul akibat curah hujan yang deras akan lebih cepat surut. ‘Kalau saluran airnya dikeruk, maka genangan-genangan air yang biasanya muncul karena hujan deras akan semakin cepat surut.

“Air bisa mengalir lebih cepat karena salurannya bersih,” ujar Basuki atau Ahok.

Pihaknya juga menyiapkan pompa-pompa air di beberapa titik. Apabila air tidak dapat mengalir, maka akan langsung dialirkan dengan cara dipompa.

“Semua pompa kami pastikan dapat bekerja dengan baik sehingga, kalau saluran air tersendat, maka genangan air bisa langsung dialirkan dengan mengaktifkan pompa-pompa tersebut,” kata Ahok.

Dia pun yakin genangan air yang timbul sepanjang musim hujan kali ini akan berkurang di beberapa lokasi, di antaranya di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

“Saluran air sudah kami keruk, kami bersihkan. Kemudian pompa air juga sudah kami perbaiki dan kami tes. Kebocoran memang masih terjadi, tapi kami terus memperbaiki dan mencari solusinya,” ungkap Ahok.

Alat berat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga lebih mengoptimalkan penggunaan alat berat untuk mengeruk kali dan waduk guna antisipasi banjir.

“Alat-alat berat itu jangan sampai dibiarkan menganggur, tidak dipakai. Justru penggunaannya harus dimaksimalkan untuk mengeruk kali, waduk dan lain-lain,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Menurut dia, kali, waduk atau saluran air sebaiknya dikeruk secara rutin supaya tidak ada lumpur atau endapan lain yang dapat menghambat aliran air sehingga tidak menyebabkan banjir di lingkungan sekitar.

Saluran yang dipenuhi lumpur atau endapan lain akan menyebabkan air tidak bisa mengalir dan masuk ke kali. Akhirnya, malah berbalik dan menggenangi permukiman warga di sekitarnya.

Djarot, mantan Wali Kota Blitar (Jawa Timur) itu mengaku selama ini belum puas dengan ketersediaan alat-alat berat yang tidak digunakan secara maksimal karena hanya dioperasikan kurang dari 12 jam per hari. Mestinya alat berat dioperasikan hingga 18 jam sehari.

Puluhan hingga ratusan alat berat sedang dikerahkan untuk mengeruk kali, saluran air dan waduk. Juga disiagakan karena aliran di sungai selalu diiringi dengan sampah yang menyumbat jalur-jalur air.

Ini menjadi tantangan berat DKI menghadapi masalah banjir yang setiap tahun semakin komplek. Tanpa optimal, upaya mengantisipasi dan mengatasi banjir dinilai kurang maksimal.

Sifat dasar dan filosofi air adalah mengalir ke bawah. Kalau air tidak bisa melakukan sifat dasarnya, maka akan merembes dan menggenangi wilayah sekitarnya. Itulah banjir! Persoalannya wilayah sekitar saluran air, kali dan waduk di Jakarta adalah permukiman, perkantoran dan pusat-pusat bisnis. Karena itu, kalau aliran air tidak lancar, bahkan tersumbat akibatnya akan banjir seperti waktu musim hujan sebelumnya.

Sekali lagi ini tampaknya menjadi tantangan DKI agar banjir bisa diatasi, setidaknya tidak meluas. Publik sedang meniti waktu dengan penuh harap agar upaya itu berhasil.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan