Yerusalem, Aktual.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memperingatkan anggota kabinetnya tidak mengeluarkan pernyataan yang mengandung permasalahan, terkait dengan kawasan Masjid Al-Aqsa.

Kantor perdana menteri menegaskan bahwa kedudukan al-Aqsa tidak akan berubah. Sesuai dengan perjanjian pasca-perang 1967, kaum Muslim dibolehkan beribadah di tempat tersebut, sementara pemeluk Yahudi diizinkan untuk berkunjung dan tidak boleh melakukan ibadah.

“Kebijakan pemerintah Israel terkait Masjid al-Aqsa telah dinyatakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Sabtu malam lalu, dan tidak ada yang berubah. Perdana menteri sudah menegaskan agar semua anggota pemerintah bertindak sesuai dengan garis tersebut,” demikian pernyataan kantor Netanyahu, dikutip dari AFP, Selasa (27/10).

Pernyataan PM Netanyahu ini, terkait dengan pernyataan dari Menteri Luar Negeri Tzipi Hotovely, yang menginginkan bendera negara Yahudi itu berkibar di kawasan Masjid Al-Aqsa.

“Adalah mimpi saya melihat bendera Israel berkibar di al-Aqsa,” kata Hotovely sebagaimana dikutip dari media Israel menjelang penyiaran wawancara tersebut oleh saluran televisi parlemen.

Hotovely menegaskan bahwa, Masjid al-Aqsa, tempat suci bagi Muslim dan Yahudi, adalah “pusat kedaulatan Israel dan ibu kota Israel”.

“Kita harus mengibarkan bendera karena ini ibu kota Israel dan tempat paling suci bagi pemeluk Yahudi,” kata dia.

Warga Palestina menuding negara Zionis itu hendak mengubah status Masjid Al-Aqsa yang terletak di kawasan Kota Tua, Yerusalem, tersebut.

Namun, Nentanyahu membantah terkait rencana perubahan status Masjid Al-Aqsa.

“Israel akan terus menerapkan kebijakan yang sudah berlaku sejak lama; yaitu bahwa Muslim dapat beribadah di Masjid al-Aqsa sementara non-Muslim mengunjunginya,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: