Semarang, aktual.com – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menolak rencana menjadikan mantan Presiden Kedua Indonesia, Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.

Keberatan disampaikan Ketua PWNU Jateng Abu Hafsin. Menurutnya, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk beri gelar itu ke Soeharto. Terutama soal rekamnya selama berkuasa 32 tahun.

Dia menilai wacana memberikan gelar pahlawan ke Soeharto sarat nuansa politis. Dan seperti tidak memperhatikan aspek sosiologis dan aspek-aspek nilai religi di masyarakat.

“Penganugerahan gelar pahlawan jangan sampai melenceng dari aspek religi dan nilai moral masyarakat,” kata dia, di Kampus Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Minggu (15/11).

Kata Abu, tokoh-tokoh yang layak bergelar pahlawan adalah mereka yang berjuang bagi nusa dan bangsa tanpa pamrih dan punya sikap yang tulus. Kalau orang berjuang tapi akhirnya menduduki jabatan tertentu, menurut dia, itu bukan pahlawan.

“Apalagi yang bersangkutan menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya, tidak layak disebut pahlawan,” ucap dia.

Oleh karena itu, ia menyarankan kepada Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa agar mempertimbangan banyak kajian sejarah bangsa Indonesia selama dipimpin mantan Presiden Soeharto. “Harus dipertimbangkan lagi,” kata tokoh NU Jawa Tengah itu.

Abu mengungkapkan, penyematan gelar kepahlawan juga mempertimbangkan latar belakang keluarga, sehingga yang bersangkutan diharapkan mampu menjadi sentral figur yang baik di tengah masyarakat. “Jangan sampai sudah diberi gelar pahlawan tapi keluarganya berantakan,” tutur Abu.

Ia menambahkan, tokoh pahlawan harus punya multi dimensi. Apabila perilakunya buruk, maka akan bertolak belakang dengan substansi kepahlawanan itu sendiri. Dengan alasan-alasan itu, Abu menilai, Presiden Jokowi belum perlu memberi gelar pahlawan ke Soeharto.

Artikel ini ditulis oleh: