Jakarta, aktual.com – Belasan ribu nelayan tradisional di pesisir Belawan, Kota Medan, Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mengganggur akibat ombak besar yang terjadi beberapa hari terakhir.

“Nelayan kecil tersebut takut menangkap ikan ke laut, karena ketinggian ombak yang mencapai 3 hingga 4 meter, dan juga sering terjadi badai,” kata SekretariS DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut Pendi Pohan di Medan, Minggu.

Ombak yang cukup besar itu, menurut dia dapat membahayakan keselamatan nelayan, sehingga mereka hanya berdiam diri di rumah dan memperbaiki jaring yang dalam keadaan rusak.

“Para nelayan yang tidak melaut itu, terpaksa banyak menumpuk utang di kedai, karena mereka tidak memiliki uang,” ujar Pendi.

Ia menyebutkan, nelayan yang tidak memilih turun ke laut, yakni nelayan pemancing, pukat cincin, dan beberapa nelayan penangkap ikan lainnya.

Sebab, hingga kini masih terjadi cuaca ekstrem dan angin kencang di wilayah Pantai Timur dan Barat Sumatera.

“Ombak dan badai yang cukup besar itu, dapat mengancam keselamatan para nelayan bila mereka nekad turun ke laut,” ucapnya.

Pendi mengatakan, beberapa nelayan ada yang pergi melaut karena kapal mereka cukup besar dan mencapai diatas 20 gross ton (GT), serta bisa mengatasi ombak yang cukup besar itu.

Namun, nelayan kecil yang hanya memiliki kapal dibawah 5 GT tidak mungkin pergi ke laut karena memiliki risiko yang cukup besar terjadinya kecelakaan.

Data yang diperoleh dari Pengurus DPD HNSI Sumut, jumlah nelayan di Sumatera Utara saat ini diperkirakan sekitar 385 ribu orang. Sedangkan nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai lebih kurang 25.000 orang, Kota Medan sebanyak 23.000 orang, dan Kabupaten Tapanuli Tengah 18.000 orang.

 

*ant

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Andy Abdul Hamid