30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 253

KPK dan BPK Lakukan Sampling di 15 Ribu SPBU untuk Usut Kasus Digitalisasi Pertamina

Ilustrasi - Warga bersiap mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Biosolar di SPBU COCO Jalan Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/10/2025). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Ilustrasi - Warga bersiap mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Biosolar di SPBU COCO Jalan Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/10/2025). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

Jakarta, aktual.com – Komisi Pemberantasan Korupsi bersama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI mulai melakukan sampling atau mengambil data beberapa dari sekitar 15.000 stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU di Indonesia terkait penyidikan kasus digitalisasi SPBU.

“Pada pekan ini, tim penyidik KPK bersama auditor BPK sedang maraton melakukan sampling pengecekan mesin EDC (electronic data capture, red.) di sejumlah SPBU yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten,” ujar Juru Bicara KPK Budi Prasetyo kepada para jurnalis di Jakarta, Kamis (30/10).

Budi mengungkapkan hasil pemeriksaan terhadap dua orang karyawan swasta berinisial TRJ dan BD sebagai saksi dalam penyidikan kasus dugaan korupsi terkait pengadaan digitalisasi SPBU di PT Pertamina (Persero) periode 2018–2023 yang dilakukan pada 29 Oktober 2025.

“Dalam pemeriksaan tersebut, penyidik melakukan pendalaman materi terkait pengadaan digitalisasi SPBU dalam kaitannya dengan penghitungan kerugian negaranya,” katanya.

Sebelumnya, KPK mengungkapkan mulai melakukan penyidikan kasus dugaan korupsi terkait proyek digitalisasi SPBU di Pertamina periode 2018–2023, dengan memanggil sejumlah saksi pada 20 Januari 2025.

Pada tanggal yang sama, KPK mengungkapkan kasus tersebut telah naik dari tahap penyelidikan ke penyidikan sejak September 2024.

Selain itu, KPK juga mengungkapkan telah menetapkan tersangka kasus tersebut, tetapi belum memberitahukan jumlahnya.

KPK baru mengumumkan jumlah tersangka kasus tersebut pada 31 Januari 2025, yakni tiga orang.

Pada 28 Agustus 2025, KPK mengungkapkan penyidikan kasus digitalisasi SPBU telah memasuki tahap akhir, dan sedang menghitung kerugian keuangan negaranya bersama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.

Pada 6 Oktober 2025, KPK mengumumkan salah satu tersangka kasus digitalisasi SPBU sama dengan tersangka kasus dugaan korupsi dalam pengadaan mesin electronic data capture di PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI (Persero) pada tahun 2020–2024, yakni Elvizar (EL).

Elvizar diketahui merupakan Direktur PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) saat kasus digitalisasi SPBU, dan Direktur Utama PCS di kasus mesin EDC.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

AHY Tegaskan Pembangunan Jaringan Digital Harus Merata, Daerah 3T Jadi Prioritas Infrastruktur

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Pembangunan dan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Pembangunan dan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono

Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Pembangunan dan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, menegaskan pembangunan jaringan digital harus menjangkau daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Ia menilai pemerataan akses internet menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi digital nasional yang inklusif.

Ia menyampaikan, infrastruktur digital yang kuat perlu diperluas hingga ke pelosok untuk memperkecil kesenjangan antarwilayah. “Kita membutuhkan network yang baik, jaringan, internet yang juga baik di seluruh wilayah, termasuk sampai dengan wilayah-wilayah yang terdepan, terluar,” ucap AHY dalam acara FEKDI x IFSE 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta Pusat, Kamis (30/10/2025).

Menurutnya, akses digital di daerah 3T akan membuka peluang ekonomi baru dan mempercepat pemerataan kesejahteraan masyarakat. Tambahnya, digitalisasi harus menjadi bagian dari strategi nasional menuju Indonesia yang semakin maju.

Lebih lanjut, ia mengatakan, penguatan infrastruktur digital perlu diimbangi dengan pembangunan pusat data yang aman dan efisien. “Kita perlu penguatan duduk bersama agar data ini benar-benar menjadi aset yang harus kita kelola dan kita amankan sebaik mungkin,” katanya.

Selain itu, AHY juga menyoroti pentingnya pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung ekonomi digital yang lebih cerdas dan produktif. Namun, ia mengingatkan bahwa bahwa perkembangan teknologi juga membawa risiko kejahatan siber yang perlu diantisipasi bagi masyarakat.

“Bahaya terjadinya peretasan, cyber crime, dan serangan digital harus menjadi perhatian agar transformasi digital tetap aman. Keamanan data dan privasi masyarakat juga harus menjadi fokus utama di tengah laju digitalisasi nasional,” tambah Menko Infrastruktur tersebut.

Menutup pernyataannya, AHY menegaskan kesiapan pemerintah untuk memperkuat kerja sama lintas lembaga dalam memperluas konektivitas digital. Ia berharap pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah, termasuk daerah 3T, dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merata.

(Nur Aida Nasution)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Pengamat Politik Nilai Bandar Merasa Ketar-ketir Usai Prabowo Musnahkan Narkoba

Presiden Prabowo Subianto (kanan) bersama Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menunjukkan barang bukti narkoba yang akan dimusnahkan di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/10/2025). Presiden Prabowo Subianto memimpin pemusnahan barang bukti narkoba sebanyak 214,84 ton senilai Rp29,37 triliun yang diamankan Polri sejak Oktober 2024 hingga Oktober 2025. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Presiden Prabowo Subianto (kanan) bersama Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menunjukkan barang bukti narkoba yang akan dimusnahkan di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/10/2025). Presiden Prabowo Subianto memimpin pemusnahan barang bukti narkoba sebanyak 214,84 ton senilai Rp29,37 triliun yang diamankan Polri sejak Oktober 2024 hingga Oktober 2025. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

Jakarta, aktual.com – Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan menilai para bandar narkoba akan merasa ketar-ketir setelah melihat Presiden Prabowo Subianto yang turun langsung dalam pemusnahan barang bukti narkoba.

“Menurut saya, kehadiran Presiden Prabowo Subianto di acara pemusnahan barang bukti narkoba bisa dibaca sebagai keseriusan dan pembuktian komitmen beliau dalam melawan ganasnya penyalahgunaan narkoba di Indonesia,” kata Iwan di Jakarta, Kamis (30/10).

Dia menilai kehadiran Prabowo dalam kegiatan tersebut adalah pesan kuat kepada publik bahwa negara tidak akan berdiam diri menghadapi kejahatan narkotika.

Hal itu menurut dia menjadi simbol satu tahun pemerintahan yang tidak hanya berbicara soal kebijakan, tapi membuktikan tindakan nyata untuk melindungi rakyat dari ancaman narkoba yang menggerogoti masa depan bangsa.

Sejak awal pemerintahannya, dia memandang Prabowo telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang tidak hanya memberi instruksi dari belakang meja, tetapi turun langsung untuk memastikan pesan moral dan politiknya tersampaikan kuat ke masyarakat.

“Presiden ingin memberi sinyal tegas bahwa beliau akan berdiri paling depan dalam perang melawan narkoba. Ini bukan isu hukum semata, tapi juga perjuangan moral, menyelamatkan masa depan generasi Indonesia,” katanya.

Selain itu, dia menilai bahwa agenda pemusnahan itu menggambarkan keberhasilan nyata pemerintahan Prabowo–Gibran dalam tahun pertamanya. Karena dalam waktu setahun, Polri menyita lebih dari 214 ton narkoba senilai hampir Rp30 triliun dan menangkap 65 ribu tersangka. Angka ini menunjukkan dampak kebijakan yang konkret.

Selain perang melawan narkoba, dia juga menyinggung keberanian Presiden dalam menindak berbagai kasus besar lain, mulai dari korupsi Pertamina, tambang ilegal, hingga penyitaan ribuan hektare lahan sawit tanpa izin.

“Semua itu menunjukkan satu pola kepemimpinan berani, disiplin, dan berpihak kepada rakyat. Kalau ini terus dijaga, ke depan Indonesia akan punya arah pemerintahan yang kuat, bukan hanya dalam keamanan, tapi juga dalam moralitas dan ketegasan hukum,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Guru Madrasah Turun ke Jalan Gelar Aksi, Tuntut Kesetaraan Status P3K

Jakarta, aktual.com — Sekitar 100 ribu guru madrasah dari berbagai daerah di Indonesia memadati kawasan Monas, Jakarta, dalam aksi damai yang digelar Kamis pagi. Mereka berasal dari empat organisasi besar: Perkumpulan Guru Inpassing Nasional (PGIN), Perkumpulan Guru Madrasah Mandiri (PGMM), Perkumpulan Guru Madrasah Nasional Indonesia (PGMNI), dan Perhimpunan Guru Swasta Indonesia (PGSI). Tuntutan utama mereka adalah pengangkatan guru madrasah menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Aksi ini mencerminkan keresahan sosial yang telah lama dirasakan oleh para guru madrasah swasta. Mereka menilai pemerintah belum memberikan perlakuan yang adil dalam hal status kepegawaian.

“Kami merasa ada diskriminasi. Padahal, secara administrasi dan tanggung jawab, pekerjaan kami sama dengan guru negeri,” ujar Sekjen PGIN Deni Subhani, Kamis (30/10).

Para guru membawa spanduk dan poster tuntutan. Mereka berorasi secara bergantian, menyuarakan harapan agar Presiden Prabowo Subianto segera merespons tuntutan mereka.

“Kami tidak meminta lebih, kami hanya ingin diperlakukan setara tanpa diskriminasi,” ungkap Deni.

Aksi ini menjadi sorotan karena menunjukkan adanya ketimpangan kebijakan dalam sektor pendidikan. Guru madrasah swasta, yang selama ini menjadi tulang punggung pendidikan keagamaan di daerah, merasa terpinggirkan dari skema formal pemerintah. Mereka berharap pemerintah baru di bawah kepemimpinan Prabowo mampu membawa perubahan yang lebih inklusif.

Ketidaksetaraan ini berdampak langsung pada kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan. Banyak guru madrasah yang masih menerima honor di bawah standar. Padahal, mereka mengajar di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dan memiliki peran strategis dalam membentuk karakter anak bangsa.

Aksi ini berlangsung damai dan tertib, dengan pengamanan dari aparat kepolisian. Para peserta aksi berharap suara mereka tidak hanya didengar, tetapi juga ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret. Mereka menyatakan akan terus mengawal isu ini hingga ada keputusan resmi dari pemerintah.

(Yassir Fuady)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Ditjen Bina Adwil Pacu Integrasi Koperasi Merah Putih dengan Destinasi Wisata Bahari

Jakarta, aktual.com – Wujudkan komitmen pemerintah dalam memperkuat ekonomi biru dan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri menggelar rapat koordinasi bertajuk Penguatan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Penyelenggaraan Koperasi Merah Putih di Kawasan Pesisir, Rabu (29/10/2025) di Jakarta. Kegiatan ini menjadi bagian dari agenda kepentingan nasional untuk mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Pemerintah mendorong pemanfaatan kawasan khusus seperti Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di daerah pesisir sebagai potensi penggerak ekonomi nasional menuju target pertumbuhan 8%. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kesejahteraan masyarakat pesisir sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi penopang utama ekonomi biru.

Direktur Kawasan, Perkotaan, dan Batas Negara Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan, Amran, yang membuka kegiatan tersebut menegaskan pentingnya forum koordinasi ini untuk memperkuat peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan Koperasi Merah Putih yang terintegrasi dengan destinasi wisata bahari di kawasan strategis.

“Hal ini merupakan bagian dari komitmen bersama untuk menjalankan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih,” tegasnya.

Amran berharap, melalui rapat ini dapat terhimpun data penyelenggaraan Koperasi Merah Putih di wilayah pesisir berbasis sektor pariwisata. Hasilnya diharapkan dapat digunakan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan model integrasi koperasi dengan pengembangan destinasi bahari di KSPN, sekaligus menyamakan persepsi antar pemangku kepentingan pusat dan daerah dalam penguatan koperasi di kawasan pesisir.

Dalam sesi pemaparan, Eko Sari Budirahayu, dari Kementerian Koperasi menjelaskan bahwa pihaknya tengah berfokus pada pendampingan Business Assistant (BA) bagi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP). Tenaga pendamping ini berperan dalam pengelolaan dokumen, penyusunan laporan, pendampingan akses SIMKOPDES, hingga memastikan koperasi dapat mandiri dan beroperasi secara berkelanjutan.

Dari perspektif sektor kelautan dan pariwisata, Eka Kurniadi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menyampaikan dukungan melalui pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih yang dirancang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat nelayan. Sementara itu, Utari Widyastuti dari Kementerian Pariwisata menambahkan, program Desa Wisata juga turut mendukung penyelenggaraan Koperasi Merah Putih melalui kolaborasi lintas kementerian guna memperkuat ekosistem pariwisata berbasis desa

Menutup sesi diskusi, Hanafi, Kasubdit Kawasan Khusus Ditjen Bina Adwil, menegaskan bahwa koperasi nelayan eksisting tidak diwajibkan bertransformasi menjadi Koperasi Merah Putih, kecuali bagi koperasi yang masih pasif.

“Transformasi bersifat sukarela bagi koperasi yang sudah maju,” jelasnya.

Ia menambahkan, sinergi antar kementerian antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi, Kementerian Pariwisata, dan pemerintah daerah menjadi kunci untuk memperkuat kelembagaan, operasional, serta optimalisasi potensi ekonomi kawasan pesisir.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Jokowi Panik dan Cuci Tangan, Kerugian Negara di Whoosh Capai Rp73,5 Triliun 

Presiden RI Prabowo Subianto saat duduk menggunakan kereta cepat "Whoosh" saat bertolak menuju Bandung, Jawa Barat, Rabu malam. Aktual/TIM MEDIA PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO

Jakarta, Aktual.com – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menilai, mantan Presiden Jokowi terlihat panik dan mencoba cuci tangan dari dugaan skandal proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang sekarang bernama Kereta Whoosh dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), senilai US$7,27 miliar.

“Terlihat sekali Jokowi panik, coba-coba cuci tangan dari dugaan skandal Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang merugikan keuangan negara secara pasti dan nyata, dalam jumlah raksasa, paling sedikit Rp73,5 triliun,” papar Anthony di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Setelah permasalahan Kereta Whoosh terbuka lebar, kata dia, Jokowi berdalih bahwa proyek yang digagasnya itu, bukanlah proyek cari untung. Namun investasi sosial. “Dalih ini jelas untuk menghindar dari tanggung jawab atas kerugian keuangan negara yang super besar,” kata Anthony.

Alasan itu, kata Anthony, semakin memperlihatkan karakter asli Jokowi. Berkali-kali bohong, mulai dari proyek Esemka atau IKN (Ibu Kota Nusantara) yang katanya sudah banyak investor antri, ternyata tidak ada buktinya.

Selanjutnya, Anthony menilai alasan Jokowi bahwa proyek Kereta Whoosh merupakan investasi sosial yang tak berburu cuan, sulit dipercaya alias bohong.

Pertama, kalau tidak mencari laba maka seharusnya bukan BUMN dalam bentuk perseroan terbatas (PT) yang menangani proyek KCJB. “Karena PT adalah bentuk usaha yang bermotif mencari laba,” imbuhnya.

Kedua, lanjut Anthony, jika proyek KCJB tidak bermotif laba tetapi investasi sosial, maka sejak awal, seharusnya ditanggung atau dijamin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan harus melalui persetujuan DPR.

“Ketiga, jika Proyek KCJB bermotif sosial dan ditanggung APBN maka pihak Jepang yang seharusnya ditunjuk sebagai pemenang pelaksana Proyek karena total biaya penawaran Jepang, termasuk bunga, lebih murah dari penawaran China,” imbuhnya.

Keempat, lanjut Anthony, Jepang gagal, atau digagalkan, ditunjuk sebagai pemenang Proyek Kereta Cepat ini justru karena Jokowi secara explisit menyatakan bahwa Proyek ini tidak dijamin APBN, tetapi mengikuti skema business-to-business, yang jelas-jelas bermotif laba.

“Kelima, masalah KCJB saat ini, bukan soal mencari laba atau investasi sosial, tetapi masalah korupsi yang harus diusut tuntas sampai ke aktor utamanya. Proyek ini terindikasi kuat ada mark-up dan penyimpangan dalam proses penunjukan pemenang. Diduga merugikan keuangan negara sedikitnya Rp73,5 triliun,” imbuhnya.

Keenam, pernyataan Jokowi bahwa proyek KCJB tidak mencari laba tetapi investasi sosial, memperkuat fakta bahwa ada pemufakatan jahat dalam pelaksanaan proses tender pengadaan kereta cepat. Termasuk mendiskualifikasi tawaran Jepang yang lebih murah. Dan, memilih China yang lebih mahal dengan alasan skema business to business yang jelas-jelas bermotif laba.

“Jadi, alasan yang dikemukan Jokowi tidak relevan sama sekali, hanya bentuk pembelaan diri yang sudah terpojok. Alasan tidak mencari laba tetapi investasi sosial, tidak masuk akal. Fakta menunjukkan sebaliknya,” pungkasnya.

Kepanikan Jokowi

Lama tidak muncul ke media, Senin (27/10/2025), Jokowi tiba-tiba ikut bersuara terkait polemik utang dan kerugian kereta cepat Whoosh. Jokowi yang meletakkan batu pertama pembangunan proyek ini menyampaikan Whoosh bukan untuk mencari keuntungan finansial. Menurutnya, Whoosh merupakan investasi sosial bagi masyarakat.

Jokowi menjelaskan, pembangunan dan operasional Kereta Whoosh bertujuan untuk mengurai kemacetan parah yang melanda Jabodetabek dan Bandung dalam 20 hingga 40 tahun terakhir.

“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp100 triliun per tahun,” ujar Jokowi.

Menurutnya, kerugian akibat kemacetan mendorong pemerintah untuk membangun berbagai moda transportasi massal seperti KRL, MRT, LRT, Kereta Bandara, dan Whoosh.

“Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal sehingga kerugian akibat kemacetan dapat ditekan,” jelas Jokowi.

Jokowi menegaskan, prinsip dasar pembangunan transportasi massal adalah layanan publik, bukan mencari laba. “Prinsip dasar transportasi massal itu layanan publik, bukan mencari laba. Jadi, transportasi umum tidak diukur dari keuntungan finansial, tetapi dari keuntungan sosial,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Berita Lain