30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 258

Gubernur Riau Terima Apresiasi Brida/Baperida 2025 dari BRIN

Jakarta, aktual.com – Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid menerima apresiasi BRIDA/BAPERIDA Optimal 2025 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), karena berhasil mengintegrasikan riset dan inovasi dalam pembangunan berbasis bukti ilmiah di Provinsi Riau.

Adapun penghargaan yang diterima oleh Gubri tersebut merupakan penghargaan untuk pemerintah daerah kategori indikator kajian yang dimanfaatkan dan indikator optimalisasi potensi dan atau penyelesaian masalah daerah.

Untuk inovasi yang berhasil mengantarkan Pemprov Riau hingga mendapatkan apresiasi nasional karena mendorong reaktivasi sumur minyak idle nasional inovasi stimulasi injeksi mix biosolvent ethanol lancang kuning laksmana.

Deputi Bidang Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Yopi, menyampaikan bahwa apresiasi kepada semua daerah yang telah berhasil mendapatkan apresiasi BRIDA/BAPPERIDA 2025.

Menurutnya, ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga sebagai wujud pengakuan atas peran penting BRIDA dan BAPPERIDA sebagai ujung tombak inovasi daerah.

Dia menerangkan, riset dan inovasi dalam pembangunan daerah itu sangat penting, sehingga pembangunan di daerah harus didasarkan pada bukti ilmiah, data, dan hasil kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.

“Apresiasi ini menjadi refleksi bahwa banyak daerah telah bergerak maju. Mereka tidak sekedar membangun berdasarkan intuisi, tetapi berdasarkan data dan riset. BRIN menginginkan BRIDA menjadi pusat pengetahuan di daerah yang mendorong kebijakan inovatif dan berkelanjutan,” kata dia, dikutip dari YouTube BRIN, Senin (27/10/25).

Kemudian, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko juga menyampaikan hal yang sama. Dia menginginkan peran BRIDA dan BAPPERIDA, untuk mendukung rekomendasi kebijakan berbasis bukti, evidence based policy.

Sehingga kata dia, setiap daerah memiliki spesifikasi sendiri-sendiri, sehingga tidak perlu bagi suatu daerah meniru atau menjadi daerah lain untuk inovasi dan risetnya.

“Itulah peran BRIDA dan BAPPERIDA, mendukung rekomendasi kebijakan berbasis bukti, evidence based policy. Dan potensi itu kami lihat yang sangat spesifik, karena setiap daerah pasti punya spesifikasi sendiri-sendiri,” katanya.

Diketahui, Sebanyak 39 pemerintah daerah menerima apresiasi BRIDA/BAPPERIDA Optimal 2025. Penilaian dilakukan berdasarkan dua indikator utama, yakni Pemanfaatan Kajian Kebijakan Berbasis Bukti dan Optimalisasi Potensi serta Penyelesaian Permasalahan Daerah.

Daerah penerima penghargaan untuk Indikator Kajian Kebijakan Berbasis Bukti meliputi empat provinsi, lima kabupaten, dan tiga kota, yakni Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Papua Barat, Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Tuban, Kota Makassar, Kota Semarang, dan Kota Surakarta.

Lalu, untuk Indikator Optimalisasi Potensi dan/atau Penyelesaian Permasalahan Daerah, penghargaan diberikan kepada delapan provinsi, lima belas kabupaten, dan empat kota, yaitu Provinsi Bali, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Selatan.

Sedangkan untuk kabupaten/kota yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Banggai, Kabupaten Bangli, Kabupaten Banjar, Kabupaten Blitar, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sikka, Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, Kota Madiun, Kota Pangkal Pinang, dan Kota Surabaya

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Bahlil Tegaskan Transformasi Energi dan Hilirisasi Jadi Kunci Kemandirian Ekonomi

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Foto: Rachma Putri/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, menegaskan pentingnya transformasi energi dan hilirisasi sumber daya alam sebagai langkah strategis untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional.

Ia menyampaikan, kebijakan tersebut tidak hanya bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor energi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Menurut Bahlil, capaian signifikan telah terlihat melalui program biodiesel yang berhasil menekan impor solar secara drastis. “Saat ini impor solar kita tinggal 4,9 juta ton per tahun dari total konsumsi sekitar 34 hingga 35 juta ton. Hal ini terjadi karena Indonesia telah berhasil melakukan transformasi energi menuju biodiesel B40 dan B50,” ujar Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia menambahkan, keberhasilan program biodiesel menjadi pijakan penting untuk melanjutkan transformasi serupa pada bahan bakar bensin. Pemerintah kini tengah mendorong penggunaan etanol melalui program E10 dan E20 sebagai upaya menekan impor bensin.

“Etanol dapat dihasilkan dari jagung, tebu, dan singkong. Selain memperkuat ketahanan energi, program ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah,” jelasnya.

Bahlil juga menanggapi pandangan sebagian pihak yang meragukan efektivitas penggunaan etanol. Menurutnya, sejumlah negara besar telah membuktikan keberhasilan kebijakan tersebut.

“India telah menerapkan E30, Amerika Serikat menggunakan E20, dan Thailand sudah mencapai E20. Bahkan di beberapa wilayah Amerika, kandungan etanol pada bahan bakar mencapai 85 persen,” ucapnya.

Selain sektor bahan bakar, Bahlil menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG. Dari total kebutuhan 8,5 juta ton per tahun, produksi domestik hanya mencapai 1,3 juta ton sehingga sisanya masih harus impor.

“Kita memiliki cadangan gas yang besar, tetapi sebagian besar masih berupa gas C1 dan C2 yang belum bisa jadi bahan baku LPG. Karena itu, pemerintah terus mendorong pengembangan gas C3 dan C4 serta hilirisasi batubara menjadi DME agar kebutuhan LPG dapat terpenuhi dari dalam negeri,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan komitmen pemerintah dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) meskipun menghadapi tantangan biaya yang tinggi. Transisi energi ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement.

“Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, sekitar 69,5 gigawatt kapasitas listrik akan diarahkan untuk energi terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, panas bumi, hingga energi laut,” paparnya.

Bahlil juga menyoroti pentingnya hilirisasi sumber daya alam untuk mengakselerasi industrialisasi nasional. Ia menyebut, hilirisasi adalah satu-satunya jalan agar Indonesia tidak terus terjebak dalam kutukan sumber daya alam.

“Pada 2018 nilai ekspor nikel hanya sebesar 3,3 miliar dolar AS. Namun setelah kebijakan hilirisasi berjalan, pada 2024 nilai ekspor tersebut meningkat menjadi 34 miliar dolar AS,” jelasnya.

Meski demikian, Bahlil mengakui, sistem hilirisasi di Indonesia masih perlu pembenahan agar lebih adil dan terstruktur. “Hilirisasi yang berjalan selama ini belum sepenuhnya berbasis desain. Kita ingin ke depan keterlibatan daerah lebih besar melalui BUMD, koperasi, dan UMKM, agar masyarakat lokal menjadi tuan di negerinya sendiri,” ujarnya.

Untuk memperkuat pembiayaan sektor hilirisasi, pemerintah kini menggandeng lembaga pembiayaan nasional BPI Danantara. Satgas Hilirisasi, katanya, telah mengajukan 18 proyek strategis dengan total nilai investasi hampir Rp300 triliun.

“Sebagian besar proyek ini berasal dari sektor energi dan sumber daya mineral, dan seluruhnya akan dibiayai oleh Danantara agar nilai tambah ekonomi tetap berada di dalam negeri,” terang Bahlil.

Di akhir pernyataannya, Menteri Bahlil Lahadalia menekankan, transformasi energi dan hilirisasi adalah dua elemen penting yang saling melengkapi dalam upaya memperkuat kedaulatan bangsa.

“Kita harus memastikan seluruh pengelolaan  kebijakan energi dan hilirisasi secara berkelanjutan, adil, dan berpihak pada kepentingan nasional. Kemandirian energi adalah kunci menuju Indonesia yang berdaulat dan berdaya saing,” pungkasnya.

Laporan: Rachma Putri

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Purbaya Soal Pernyataan Whoosh Jokowi : “Ada Betulnya Juga Sedikit”

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, menilai pandangan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi)soal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh bukan semata untuk mencari laba. Menurutnya, proyek kereta cepat ini dianggap memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi wilayah sekaligus pemerataan manfaat transportasi publik.

Purbaya mengakui bahwa proyek Whoosh memiliki misi pengembangan regional yang hingga kini belum digarap secara maksimal oleh pemerintah. “Ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga,” ujarnya seusai menghadiri acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Lebih lanjut, ia menekankan kawasan di sekitar jalur dan stasiun Whoosh perlu dikembangkan agar ekonomi masyarakat sekitar turut bertumbuh. “Tapi yang regionalnya belum dikembangkan mungkin di mana ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh supaya ekonomi sekitar itu tumbuh,” lanjut Purbaya.

Menteri Keuangan itu menegaskan nilai investasi sosial proyek Whoosh akan lebih nyata bila pengembangan wilayah dilakukan secara berkelanjutan. “Itu harus dikembangkan ke depan, jadi ada betulnya,” ucapnya.

Sebelumnya, Presiden ke-7 Joko Widodo menegaskan proyek Whoosh dibangun bukan semata untuk keuntungan finansial negara.“Transportasi massal itu bukan diukur dari laba, tetapi dari keuntungan sosial, seperti pengurangan emisi karbon dan peningkatan produktivitas masyarakat,” Jokowi di Kottabarat, Senin (27/10/2025).

Adapun proyek Whoosh ini menelan investasi sekitar US$7,2 miliar atau Rp116 triliun, dengan 75% berasal dari pinjaman luar negeri. Sementara sisanya berasal dari konsorsium BUMN, termasuk PT KAI, Wijaya Karya, PTPN I, dan Jasa Marga, yang dikelola melalui entitas Danantara.

Di samping itu, pemerintah terus bernegosiasi dengan pihak China terkait restrukturisasi pinjaman agar proyek Whoosh tetap berjalan efisien. Purbaya memastikan pemerintah tidak akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menutupi utang proyek Whoosh.

(Laporan: Nur Aida Nasution)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

Gaya Koboi Purbaya: dari Kritik Hasan Nasbi, Sindiran Bahlil, Debat Luhut, hingga Bantahan Gubernur

Ilustasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ist

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan publik usai gaya komunikasinya yang blak-blakan. Dengan daya tanpa tedeng aling-aling, dan gaya koboinya, Purbaya kerap mengkritik kebijakan kementerian, dan pemerintah provinsi.

Bahkan, tak segan Purbaya berdebat dengan sejumlah tokoh. Berikut kompilasi sorotan Purbaya yang mendapat perhatian dari para tokoh.

  1. Hasan Nasbi: “Saling Tikam Melemahkan Pemerintah”

Mantan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menilai gaya bicara Purbaya yang kerap menyinggung menteri dan kepala daerah sebagai bentuk “saling tikam” di depan publik.

Ia menyebut hal itu tidak baik bagi soliditas kabinet dan dapat melemahkan citra pemerintah di mata rakyat.  “Sesama anggota kabinet tidak bisa saling baku tikam di depan umum, karena itu akan melemahkan pemerintah,” ujar Hasan.

Purbaya membantah tudingan itu dengan menegaskan ucapannya justru berdampak positif terhadap kepercayaan publik. Ia menunjukkan data survei KPS pada Oktober 2025 yang memperlihatkan kenaikan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

“Saya bukan melemahkan pemerintah. Yang saya lakukan justru mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah,” ujarnya.

  1. Bahlil Lahadalia: “Data Subsidi LPG Belum Valid”

Ketegangan antara Purbaya dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia muncul setelah Purbaya membeberkan data harga ekonomi LPG 3 kilogram. Ia menyebut harga asli per tabung mencapai Rp42.750 sebelum subsidi, dan setelah disubsidi menjadi Rp12.750.

Bahlil dengan cepat merespons bahwa data tersebut belum valid, dan berpotensi keliru. Bahli, bahkan meminta Purbaya untuk belajar data lagi karena akan menimbulkan salah tafsir.

Mendapat respons balik dari Bahli, Purbaya menyatakan akan melakukan verifikasi ulang terhadap apa yang ia sampaikan. “Kami akan cek ulang agar tidak ada perbedaan tafsir, tapi prinsipnya, publik harus tahu berapa besarnya subsidi yang kita keluarkan,” katanya.

  1. Luhut Binsar Pandjaitan: “Family Office Harus Jalan”

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan tetap mendorong pendirian family office di Indonesia sebagai strategi menarik investasi global.

Ia menilai proyek ini penting untuk menampung dana investor besar agar dikelola secara profesional di dalam negeri. “Kita sedang finalisasi dan menunggu keputusan Presiden. Proyek ini harus segera jalan,” tegas Luhut.

Purbaya dengan tegas menolak penggunaan APBN untuk mendanai family office. Menurutnya, APBN harus digunakan untuk kepentingan publik, bukan fasilitas investasi kalangan kaya.

“Kalau DEN mau bangun sendiri, silakan. Tapi saya tidak akan alihkan anggaran ke sana,” kata Purbaya.

Ia menegaskan, prioritas fiskal pemerintah adalah memastikan program tepat sasaran dan menekan kebocoran anggaran.

  1. Sejulmah Gubernur Bantah Purbaya

Purbaya pun berselisih paham dengan sejumlah gubernur usai mengungkap dana pemerintah provinsi yang mengendap senilai Rp234 triliun. Ia mencatat 15 pemprov dengan simpanan dana terbesar, salah satunya Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi angkat suara soal singgungan Purbaya yang menyampaikan pihaknya menyimpan dana deposito sekitar Rp4 triliun. Menurutnya, tidak ada uang Pemprov yang mengendap sebesar itu.

“Enggak ada duit ngendap gini, Itu kan laporan keuangannya gini, BI itu tidak punya data harian, BI itu menghimpun data setiap akhir bulan, jadi datanya dikumpulin bank-bank pemda. Maka laporannya dibuat akhir tanggal 30, duit pasti banyak, Karena apa? Karena dana dari pusat,” kata Dedi.

Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jatim, juga menyangkal Purbaya. Khofifah menyebut, dana yang tampak mengendap di bank pada dasarnya merupakan bagian dari kebutuhan cash-flow APBD, seperti belanja rutin, pegawai, dan bantuan tak terduga.

Menantu Joko Widodo, Gubernur Sumut, Bobby Nasution juga menyangkal tudingan Purbaya soal dana yang mengendap mencapai Rp3,1 triliun. Bobby menyatakan jumlah saldo saat ini hanya sekitar Rp 990 miliar. Ia juga menekankan, dana tersebut sedang dialihkan untuk program pembangunan.

Meski mendapat kritik dari berbagai pihak, Purbaya tetap kukuh dengan pendekatan komunikasinya yang terbuka dan langsung. Ia menilai transparansi dan keberanian menyampaikan data apa adanya merupakan bagian dari tanggung jawab moral sebagai Menteri Keuangan.

Purbaya juga menegaskan, apa yang ia lakukan merupakan bagian dari upaya memperkuat kepercayaan publik dan memastikan kebijakan fiskal berjalan.

Namun, di sisi lain, gaya komunikasinya yang keras juga menimbulkan ketegangan internal yang bisa menjadi ujian bagi soliditas kabinet di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Laporan: Rachma Putri dan Muhammad Hamidan

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

DPR Minta Pesawat Haji Bukan yang Uzur, dan Kru Kabin WNI

Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang. Foto: Taufik Akbar Harefa/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com — Komisi VIII DPR RI meminta pemerintah agar menetapkan standar usia pesawat dalam penerbangan jamaah haji tahun 2026. Hal ini mengingat, terjadinya gangguan penerbangan dan keterlambatan pemulangan jamaah haji pada tahun sebelumnya karena pesawat berusia tua.

Karena itu, DPR mendesak pemerintah untuk membatasi usia maksimal pesawat di bawah 15 tahun. Atau, memastikan pesawat berusia lebih tua mendapat perawatan intensif terlebih dulu sebelum digunakan.

“Pengalaman kita menunjukkan, pesawat yang usianya muda tidak pernah bermasalah. Justru yang tua-tua itu yang sering terbakar, gagal terbang, atau tidak bisa kembali ke Indonesia. Karena itu, kami akan pertimbangkan batas usia maksimal atau standar perawatan yang ketat,” ujar Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, usai rapat kerja dengan Kementerian Kementrian Haji dan Umrah (Kemenhaj) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Marwan menyampaikan, rekomendasi tersebut akan menjadi salah satu pembahasan penting dalam Panitia Kerja (Panja) Haji DPR RI 2026. Selain usia pesawat, Panja Haji juga menyoroti aspek layanan penerbangan, terutama kru yang bertugas di pesawat haji.

Marwan meminta,agar kru kabin berasal dari Indonesia, atau minimal memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan jamaah. Mengingat, sebagian besar jamaah haji berusia lanjut usia dan berasal dari daerah.

“Banyak jamaah kita dari kampung, jadi kalau krunya bukan orang Indonesia, mereka kesulitan berkomunikasi. Kita minta layanan di pesawat berbasis nasional agar jamaah merasa nyaman,” tuturnya.

Evaluasi Maskapai

Terkait penyelenggaran haji pada 2025, Komisi VIII mencatat masih terjadi sejumlah kendala transportasi, termasuk keterlambatan penerbangan dan masalah teknis pesawat.

“Evaluasi terhadap maskapai yang akan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari usia armada, jadwal pemeliharaan, hingga kerja sama dengan pihak Arab Saudi,” ucapnya.

Komisi VIII DPR juga meminta pemerintah menyerahkan seluruh dokumen kontrak dan nota kerja sama dengan maskapai penerbangan ke Panja Haji untuk ditelaah lebih lanjut.

“Kami ingin memastikan jemaah haji mendapatkan pelayanan transportasi terbaik, aman, dan layak. Tidak boleh lagi ada pesawat yang bermasalah karena faktor usia atau perawatan yang buruk,” tegas Marwan.

Rencananya, persoalan teknis mengenai transportasi haji menjadi salah satu pembahasan dalam agenda Panja Haji DPR 2026, bersama isu lain seperti pembiayaan, layanan pemondokan, konsumsi, dan kesehatan.

Komisi VIII menargetkan keputusan final terkait pembiayaan dan standar layanan, termasuk transportasi udara, rampung pada akhir Oktober 2025.

“Kita ingin semua aspek, termasuk transportasi udara, memberi kenyamanan dan keselamatan bagi jamaah. Itu bagian dari peningkatan layanan yang sudah kami sepakati,” pungkas Marwan.

Laporan: Taufik Akbar Harefa

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Mahasiswa Parlemen Sebut Anggota DPR Nonaktif Jadi Korban Disinformasi dan Fitnah

Gedung Sekretariat Jendral (Setjen) DPR RI. FOTO: Ist

Jakarta, aktual.com – Koordinator Mahasiswa Pemantau Parlemen, Bintang Wahyu, menilai bahwa desakan agar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI memberhentikan sejumlah anggota DPR nonaktif tidak berdasar. Ia menegaskan bahwa para anggota tersebut merupakan korban dari disinformasi dan kebencian yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu.

“Desakan agar MKD DPR RI memberhentikan Anggota DPR RI non aktif tidaklah tepat, sebab mereka adalah korban Disinformasi, Fitnah dan Kebencian dari sekelompok orang-orang yang ingin membuat gaduh bangsa ini,” kata Bintang Wahyu, Selasa (28/10).

Bintang menyebut beberapa nama seperti Sahroni, Uya Kuya, Nafa Urbach, Adis Kadir, dan Rahayu Saraswati, yang menurutnya menjadi sasaran ketidakadilan publik.

“Mereka Sahroni, Uya Kuya, Nafa Urbach, Adis Kadir serta Rahayu Saraswati adalah para anggota DPR yang dinonaktifkan oleh partai masing-masing, bukanlah seorang terdakwa koruptor atau pelaku kejahatan yang masa hukumannya diancam di atas 5 tahun penjara,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang melanggar hukum maupun kode etik. Namun, akibat arus disinformasi dan fitnah di ruang publik, para anggota DPR nonaktif tersebut terlanjur dicap negatif.

“Selanjutnya mereka juga tidak ada yang melanggar hukum atau kode etik. Namun akibat disinformasi, fitnah, dan kebencian, mereka semua dicap seolah-olah penjahat besar,” katanya.

Menurut Bintang, jika kondisi ini dibiarkan, maka akan sangat tidak adil apabila para anggota DPR nonaktif tersebut diberhentikan atau diganti antar waktu (PAW).

“Oleh sebab itu bagi mereka para anggota DPR RI Non-Aktif sangatlah tidak adil jika mereka harus diberhentikan atau di-PAW, justru sebagai korban DFK nama baiknya haruslah dipulihkan kembali,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan agar MKD DPR RI bersikap profesional dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan terhadap mereka.

“Terakhir, kami berharap agar MKD DPR RI agar bekerja secara objektif dalam menangani masalah ini, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan terhadap anggota DPR RI yang dinonaktifkan dari partai masing-masing,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain