29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 268

1 Tahun Pemerintahan Prabowo: Catatan Perbaikan di Program Kesehatan

Sejumlah siswa menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri 162 Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (14/10/2025). Berdasarkan data dari BGN Sumatera Selatan, per 6 Oktober 2025 realisasi penerima manfaat MBG di Provinsi tersebut mencapai 1.174.645 orang penerima manfaat dari target yang ditetapkan sebear 2.402.446 orang potensi penerima manfaat dengan total jumlah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah berdiri sebanyak 390 dapur dari target yang ditetapkan sebanyak 808 dapur SPPG dan ditargetkan dapat terpenuhi hingga akhir tahun 2025. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/YU
Sejumlah siswa menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri 162 Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (14/10/2025). Berdasarkan data dari BGN Sumatera Selatan, per 6 Oktober 2025 realisasi penerima manfaat MBG di Provinsi tersebut mencapai 1.174.645 orang penerima manfaat dari target yang ditetapkan sebear 2.402.446 orang potensi penerima manfaat dengan total jumlah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah berdiri sebanyak 390 dapur dari target yang ditetapkan sebanyak 808 dapur SPPG dan ditargetkan dapat terpenuhi hingga akhir tahun 2025. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/YU

Jakarta, Aktual.com – Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, sejumlah program prioritas bidang kesehatan masih memerlukan banyak evaluasi dan perbaikan.

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menilai munculnya program hasil terbaik cepat (quick wins) justru berpotensi mendisrupsi program kesehatan yang selama ini telah berjalan dengan cukup baik, jika tidak ada upaya penyelarasan.

CISDI menyoroti antara lain program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG). Kedua program unggulan Presiden Prabowo tersebut menelan anggaran jumbo dan menyasar puluhan juta penerima manfaat dalam kurun waktu satu tahun pertama.

Hingga 22 Oktober 2025, CISDI mencatat sebanyak 11.585 kasus keracunan makanan telah terjadi di puluhan kabupaten/kota di 24 provinsi. Namun, hingga kini pemerintah belum menerbitkan Peraturan Presiden yang komprehensif untuk memperbaiki tata kelola MBG dan mencegah berulangnya kasus keracunan.

“Program MBG dan CKG perlu target yang lebih realistis, dengan pendekatan bertahap dan menimbang keberagaman masyarakat Indonesia yang disebabkan faktor geografis, etnis, maupun tingkat sosial-ekonomi, serta keterbatasan fiskal,” kata Founder dan CEO CISDI Diah Saminarsih, Jumat (24/10/2025).

Diah mengatakan, pelaksanaan MBG belum memenuhi kualitas intervensi gizi. Masifnya penggunaan pangan ultra-olahan (ultra-processed food) berbenturan dengan program peningkatan gizi yang telah dijalankan Kementerian Kesehatan, seperti program Pemberian Makanan Tambahan.

Adapun belum terpenuhinya standar keamanan pangan dalam program MBG berdampak pada maraknya kasus keracunan.

Kembalinya paradigma ‘4 Sehat 5 Sempurna; dengan masuknya susu berperisa tinggi gula, susu formula, hingga makanan pendamping ASI (MPASI) kemasan dalam menu MBG juga menjadi catatan CISDI.

Padahal, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Pedoman Gizi Seimbang sebagai acuan kebutuhan gizi harian seimbang dan berbasis pada potensi sumber pangan lokal sejak 2014.

“Memasukkan susu formula dan produk MPASI kemasan ke dalam panduan menu MBG jelas bertentangan dengan Pasal 33 dan 35 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang secara tegas melarang masuknya produk dari produsen dan distributor susu formula ke dalam kegiatan pelayanan masyarakat, termasuk intervensi gizi,” kata Diah.

Aspek lain adalah ketentuan baru Badan Gizi Nasional tentang pelibatan kader kesehatan dalam program MBG. Menurut Diah, kader kesehatan selama ini sudah diharuskan menguasai 25 keterampilan dasar. Kini mereka juga mesti mendistribusikan paket makanan MBG dari posyandu kepada kelompok sasaran, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita tanpa pengaturan insentif yang jelas.

“Kami mendapati laporan di lapangan, kader kesehatan harus mengantarkan makanan kering yang tidak sesuai pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Selain itu, kader kesehatan tidak dibekali informasi tentang menu MBG yang dibagikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” kata Diah.

Sementara itu, kader kesehatan di Indonesia masih dilihat sebagai relawan, sebagian besar di antaranya dibayar rendah, namun terus diberi beban kerja dan persyaratan pemenuhan kompetensi. Karena itu, perlu dipastikan kembali beban kerja dan mekanisme pemberian insentif layak kepada kader kesehatan.

Sementara untuk CKG, CISDI menilai program ini berpotensi meningkatkan jangkauan layanan kesehatan primer melakukan pencatatan dan pelaporan kasus penyakit menular. Namun, pelaksanaan CKG perlu menimbang keberlanjutan layanan.

“CKG sebaiknya tidak hanya diposisikan sebagai pendekatan promotif dan preventif untuk mendeteksi dini penyakit tidak menular hingga tuberkulosis (TB) dengan memastikan keberlanjutan layanan atau perawatan penyakit berisiko (continuum of care), seperti layanan diabetes yang memerlukan perawatan yang panjang,” kata Diah.

Diah menambahkan, skrining kesehatan melalui CKG akan menghasilkan bank data yang berharga. Karenanya, pemanfaatan data CKG antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus berlangsung transparan. “Data CKG yang terkumpul bisa dimaksimalkan untuk merencanakan layanan lanjutan di daerah, termasuk memetakan prioritas penyakit yang bisa dijangkau oleh faskes, dan diantisipasi BPJS Kesehatan berdasarkan beban biaya,” ujar Diah.

Jika CKG dijalankan dengan baik dan memadai, beban negara dalam menangani penyakit kronis dan berbiaya tinggi bisa berkurang. Program ini juga diharapkan dapat memantik kebiasaan setiap warga negara untuk memeriksakan kesehatan secara rutin.

Selain agenda prioritas yang bersifat programatik, pembangunan kesehatan juga tidak lepas dari komitmen fiskal dan politik terhadap kesehatan masyarakat. Kebijakan fiskal, seperti cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dan peningkatan cukai rokok, perlu diarahkan sebagai instrumen pengendalian konsumsi untuk pencegahan risiko penyakit tidak menular.

Studi modeling CISDI pada 2024 menunjukkan Indonesia dapat menghemat hingga Rp 40,6 triliun dari beban ekonomi akibat diabetes tipe 2 apabila menerapkan cukai MBDK dari 2024 hingga 2033. Riset CISDI pada 2025 menunjukkan kenaikan harga rokok sebesar 10 persen dapat mengurangi kemungkinan remaja mulai merokok sebesar 22 persen.

“Cukai harus ditempatkan sebagai instrumen pengendalian konsumsi MBDK dan rokok. Memberlakukan cukai MBDK maupun menaikkan cukai rokok menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen melindungi kesehatan masyarakat dari faktor risiko penyebab penyakit tidak menular,” kata Diah.

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Peretas Lokal Kuatkan Sistem Kemanan Coretax

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (dua dari kiri) saat menjelaskan soal perbaikan sistem coretax di Jakarta, Jumat (24/10/2025). Foto: Rachma Putri/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa sistem keamanan coretax kini semakin kuat setelah melibatkan para peretas (hacker) Indonesia yang memiliki reputasi internasional

Langkah ini diambil untuk memastikan infrastruktur digital Kementerian Keuangan tidak mudah ditembus, sekaligus mempercepat perbaikan sistem yang selama ini dinilai masih bermasalah.

Purbaya menjelaskan, perbaikan tersebut dilakukan melalui kolaborasi dengan sejumlah ahli keamanan siber lokal yang ditugaskan untuk menguji dan memperkuat sistem.

“Hacker Indonesia itu jago-jago banget, bahkan dunia juga takut sama mereka. Saya panggil yang ranking dunia untuk bantu perkuat coretax,” tegasnya di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Dari hasil pengujian para ahli tersebut, sistem coretax kini dinilai jauh lebih aman dibanding sebelumnya dan memastikan kebocoran data yang pernah terjadi tidak mungkin terulang karena seluruh celah keamanan telah ditutup.

Menurutnya, peningkatan keamanan ini menunjukkan kemajuan signifikan setelah sebelumnya sistem coretax dinilai lemah dan rawan kebocoran data.

“Dulu cyber security-nya cuma 30 dari 100, sekarang sudah 95 plus, bahkan bisa dibilang A+,” ujar Purbaya dengan optimistis.

Ia menjelaskan, sistem coretax sebenarnya telah dikembangkan selama empat tahun oleh perusahaan asing. Namun, proses pengawasan mutu pada masa lalu dinilai tidak maksimal sehingga banyak persoalan teknis yang belum terselesaikan.

“Bagian atas dan tengah sudah bisa diperbaiki, tapi yang di bawah masih terkunci di pihak luar,” jelasnya.

Ketika tim internal Kementerian Keuangan mulai melakukan pemeriksaan, Purbaya mengaku menemukan hal yang cukup mengejutkan.

“Begitu tim saya lihat source code-nya, mereka bilang ini kayak buatan programmer baru lulus SMA. Jadi memang bukan orang-orang top yang ngerjain,” katanya sambil tersenyum.

Purbaya juga menyoroti kecenderungan instansi pemerintah yang terlalu percaya pada penyedia asing, pahadal kemampuannya tak sehebat warga lokal.

“Kita sering terkibul, lihat aja kalau dari luar negeri apalagi Korea, langsung dianggap hebat. Padahal di bidang programming, orang kita juga banyak yang jauh lebih jago,” ucapnya.

Ia kemudian menceritakan pengalaman pribadinya bekerja sama dengan sejumlah hacker lokal berprestasi, termasuk yang pernah dilatih di Rusia.

“Saya punya satu orang yang dulu kerja di Polhukam, jago banget soal jaringan dan hacking. Pernah dilatih enam bulan di tempat tertutup di Rusia, kayaknya KGB juga tuh,” ujarnya sambil tertawa.

Purbaya menegaskan, banyak talenta keamanan siber Indonesia yang sebenarnya sudah diakui di dunia internasional. Salah satu buktinya, ia pernah memanggil delapan hacker top global untuk menguji keamanan jaringan di LPS.

“Mereka ranking 6 dunia, biasa dipakai buat ngetes Google. Hasilnya, dalam lima menit aja udah bisa nembus sistem yang waktu itu kita uji,” katanya.

Purbaya menilai peningkatan ini menjadi bukti kemampuan talenta Indonesia di bidang keamanan digital tidak kalah dengan negara lain. “Anak bangsa terbukti mampu menjaga infrastruktur digital nasional dengan standar internasional,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengalaman dan hasil penguatan sistem coretax ini nantinya akan dibagikan ke kementerian dan lembaga lain. “Termasuk Kominfo dan sektor keuangan, agar keamanan digital nasional makin tangguh dan tidak mudah disusupi,” tutup Purbaya.

Laporan: Rachma Putri

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Purbaya Pastikan Perbaikan Coretax Tak Butuh Tambahan Anggaran

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan perbaikan sistem digital Coretax tidak memerlukan tambahan anggaran saat ini. Ia menuturkan, pembaruan sistem dilakukan dengan memaksimalkan sumber daya yang telah ada di internal kementerian keuangan.

Menurutnya, perbaikan sistem perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) itu tidak akan menelan biaya tambahan yang besar. “Jadi tentang biaya Coretax tadi, nggak ada penambahan biaya, paling nambah biaya bayar gaji staf. Itu kan saya jadikan tenaga ahli di saya, ahli IT-nya itu,” ujar Purbaya saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Ia juga menjelaskan proses pembenahan sistem dilakukan dengan melibatkan staf ahli di bidang teknologi informasi tanpa membentuk tim baru. Dari sisi programming dan coding, menurutnya tidak ada masalah, sehingga tim yang ada cukup diperkuat.

Lebih lanjut, Purbaya menekankan fokus utama perbaikan adalah meningkatkan kemampuan dan kapasitas sistem agar lebih efisien serta aman digunakan. “Kami lebih fokus pada penguatan sistem supaya lebih stabil dan tidak mudah diretas,” katanya.

Selain itu, ia menjelaskan, perbaikan sistem Coretax menjadi bagian penting dari langkah modernisasi layanan pajak berbasis teknologi digital. Pembaruan tersebut meliputi integrasi data, peningkatan fitur pelaporan, dan penyempurnaan infrastruktur keamanan.

Walaupun tanpa tambahan anggaran, Menteri Keuangan berharap proses pembaruan tetap berjalan sesuai rencana dengan dukungan tim internal. Pemerintah menargetkan sistem Coretax yang telah diperbaiki dapat beroperasi penuh pada awal 2026 mendatang.

“Untuk meningkatkan kapasitinya dan kemampuannya, saya harapkan setahun dua tahun lagi sistem keuangan Indonesia gak akan gampang di-hack lagi,” ungkapnya.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Tim Reformasi Polri Dinilai Gagal Total, Publik Desak Perubahan Kepemimpinan

Direktur KPK Watch Indonesia, Muhammad Yusuf Sahide
Direktur KPK Watch Indonesia, Muhammad Yusuf Sahide

Jakarta, aktual.com — Upaya reformasi dan transformasi di tubuh Polri yang dipimpin oleh Jenderal Listyo Sigit dinilai belum membawa perubahan berarti. Tim Reformasi dan Transformasi Polri yang dibentuk justru disebut hanya mempercantik tampilan luar tanpa memperbaiki masalah mendasar di dalam institusi.

Berdasarkan hasil survei nasional yang dirilis oleh Lembaga Celios, publik memberikan penilaian yang sangat rendah terhadap kinerja Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

“Rata-rata skor yang diberikan hanya 2 dari 10, dengan mayoritas responden menilai kinerja POLRI sangat buruk, data ini merupakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap POLRI di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit,” ujar Direktur KPK Watch Indonesia, Muhammad Yusuf Sahide, Jumat (24/10).

Menurutnya, publik menilai banyak kasus yang gagal diselesaikan Polri selama masa kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit. Hal ini membuat masyarakat menilai Polri tidak mampu menjalankan fungsi penegakan hukum secara efektif.

“Dibentuknya Tim Reformasi dan Transformasi POLRI dengan berisikan 52 jenderal menjadi pertanyaan besar bagi publik, bagaimana POLRI bisa menilai dan mereformasi dengan menggunakan kacamatanya sendiri tanpa melibatkan pihak eksternal,” katanya.

Ia menegaskan bahwa selama budaya patrimonial masih tumbuh subur di dalam institusi Polri, maka perubahan signifikan tidak akan terjadi.

“Sudah waktunya patrimonial itu ditinggalkan dan mari kita kedepankan meritokrasi system. Kepimpinan Jenderal Listyo Sigit harus segera diganti, berbagai analis menilai penurunan kepercayaan ini tidak lepas dari berbagai kasus kontroversial yang melibatkan oknum polisi, serta kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam berbagai kasus yang terjadi,” tuturnya.

Yusuf juga menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto segera mengambil langkah tegas.

“Kami meminta kepada Presiden Prabowo Subianto agar segera mencopot Jenderal Listyo Sigit dari jabatannya, selain pertimbangan yang telah kami sampaikan di atas, masa jabatan pun sudah lama hampir lima tahun dan tentunya tidak sehat bagi institusi POLRI, dan kami KPK Watch Indonesia berharap Komite Reformasi POLRI segera dibentuk seperti komitmen Presiden Prabowo Subianto,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Ancaman Mikroplastik bagi Kesehatan Masyarakat

Acara diskusi bertajuk 'Isu Mikroplastik dalam Air Hujan dan Fenomena Cuaca Panas Ekstrem' di Gedung strategic Room Humas, Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/10/2025). Foto: Yassir Fuady/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Paparan air hujan yang mengandung mikroplastik menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya.

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan P2P Dinkes DKI, dr. Rahmat Aji Pramono, menjelaskan mikroplastik merupakan benda asing yang dapat memicu peradangan saat terhirup atau tertelan.

“Partikel kecil ini bahkan bisa masuk ke pembuluh darah, meningkatkan risiko gangguan jantung atau stroke,” ujarnya pada acara diskusi bertajuk ‘Isu Mikroplastik dalam Air Hujan dan Fenomena Cuaca Panas Ekstrem’ di Gedung strategic Room Humas, Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Rahmat menegaskan, mikroplastik bukan penyebab tunggal penyakit, tetapi dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan atau pola hidup tidak sehat.

Hal ini menjadi perhatian serius di tengah meningkatnya polusi lingkungan di ibu kota. Terlebih, mikroplastik banyak ditemukan dalam debu rumah tangga.

“Kami imbau warga rutin membersihkan debu di rumah untuk mengurangi paparan mikroplastik,” tambah Rahmat.

Dinkes DKI pun terus mendorong kesadaran publik melalui kampanye kebersihan lingkungan. Langkah ini diharapkan dapat meminimalkan risiko kesehatan akibat paparan mikroplastik yang kian mengkhawatirkan.

Namun, kata Rahmat, ancaman mikroplastik ini menuntut peran aktif masyarakat dan pemerintah. Dengan menjaga kebersihan lingkungan, risiko kesehatan dapat ditekan, sekaligus menciptakan Jakarta yang lebih sehat dan bersih.

Laporan: Yassir Fuady

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Perbaikan Sistem Digital Coretax Ditargetkan Rampung Awal 2026

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat forum diskusi bersama wartawan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025). Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Keuangan menargetkan penyelesaian perbaikan sistem digital Coretax pada awal tahun 2026 untuk meningkatkan efektivitas layanan pelaporan SPT Tahunan secara online. Target tersebut menjadi bagian dari upaya reformasi administrasi pajak agar sistem digital pemerintah berjalan lebih efisien dan terintegrasi.

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan, proses pembenahan sistem Coretax kini sudah mencapai tahap akhir dengan hasil yang semakin stabil. “Sekarang sebagian besar masalah Coretax sudah diperbaiki, walaupun masih ada minor error yang sedang kami sempurnakan,” ujarnya dalam forum diskusi bersama wartawan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Menurutnya, kendala utama sebelumnya berasal dari keterbatasan akses terhadap sistem lama yang masih dikelola pihak pengembang luar negeri. “Kita baru bisa mendapatkan akses penuh pada Desember, setelah itu seluruh sistem bisa kami kelola langsung,” ucap Purbaya.

Purbaya menegaskan, sebagian besar komponen sistem kini sudah diperbaiki dan menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. “Kalau sebelumnya proses data bisa terhambat lebih dari sepuluh menit, sekarang jauh lebih cepat dan stabil,” katanya.

Lanjutnya, tim khusus dari dalam negeri saat ini bekerja intensif untuk menyelesaikan pembaruan sistem sebelum masa tenggat. Purbaya optimistis seluruh proses dapat tuntas sesuai jadwal sehingga sistem perpajakan digital dapat berfungsi penuh pada Januari mendatang.

“Kita yakin begitu masuk Januari semua fitur sudah berjalan normal dan tidak ada lagi kendala berarti,” ujar Menteri Keuangan.

Ia menegaskan, perbaikan ini menjadi langkah penting agar sistem pelaporan SPT Tahunan digital dapat berfungsi penuh sesuai target.

Pemerintah berharap penyelesaian sistem Coretax ini menjadi tonggak penting dalam modernisasi administrasi perpajakan Indonesia.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Berita Lain