28 Desember 2025
Beranda blog Halaman 36584

Impor Pupuk Sumut Januari-Februari Meningkat, Capai 44,963 Juta Dolar

Jakarta, Aktual.co — Impor pupuk Sumatera Utara masih terus meningkat atau sudah senilai 44,963 juta dolar AS di Januari-Februari 2015 dampak masih berkembangnya perkebunan di daerah itu.

Kepala Badan Pusat Statitsitik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin (20/4), mengatakan, pada periode Januari-Februari tahun ini, impor pupuk itu sudah naik 16,91 persen dari periode sama tahun lalu yang masih 38,460 juta dolar AS.

Salah satu negara pemasok pupuk terbesar Sumut adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). “Impor pupuk yang masih terus terjadi dan tren meningkat itu tidak terlepas dari kebutuhan yang tinggi menyusul Sumut masih tetap menjadi salah satu daerah perkebunanan terbesar di Indonesia,” katanya.

Meski pasokan pupuk dari perusahaan di dalam negeri juga semakin banyak memasuki Sumut, tetapi juga belum mampu memenuhi kebutuhan perusahaan perkebunan.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, impor pupuk itu harus ditekan untuk tidak membahayakan Sumut dari ketergantungan pasokan pupuk impor. “Pemerintah diharapkan bisa menginstruksikan produsen pupuk khususnya yang perusahaan BUMN untuk memproduksi pupuk sesuai kebutuhan di dalam negeri,” katanya.

Apalagi, kata dia, hingga dewasa ini, areal perkebunan/pertanian di Sumut juga masih didominasi oleh lahan milik petani yang memerlukan perlindungan.

Kemudian, kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu, Presiden Joko Widodo juga mempunyai program swasembada pangan pada 2017 yang otomatis memerlukan pupuk lebih banyak untuk merealisasikan penambahan produksi mulai padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Pembukaan World Economic Forum 2015

Presiden Joko Widodo (kedua kanan), bersalaman dengan Perdana Menteri Kamboja Samdech Techo Hun Sen (kedua kiri), disaksikkan Deputy Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc (kanan) dan Managing Director of The World Economic Forum Phillipp Roesler (kiri), seusai sesi interaktif pembukaan World Economic Forum on East Asia 2015 di Jakarta, Senin (20/4). Ajang forum ekonomi yang dihadiri lebih dari 600 partisipan dan pengusaha-pengusaha ternama dari sejumlah negara ini resmi dibuka Presiden Joko Widodo dan akan berlangsung hingga 21 April 2015. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki

Serunya Ratusan Film Indie Bersaing Perebutkan Nominasi Terbaik

Jakarta, Aktual.co — Sebanyak 104 karya film indie bersaing memperebutkan 13 kategori terbaik dalam Festival Film Indie Lampung 2015 yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer and Film Club (UKM DCFC) IBI Darmajaya, di Bandarlampung, Senin (20/4).

Mengusung tema “Tunjukkan Pada Indonesia Semangat dan Jiwa Indiemu Dengan Karyamu”, event nasional ini, diikuti para pecinta film indie tidak hanya dari Lampung tetapi juga dari provinsi lain, seperti Bali, Lombok, dan Makassar, menurut Ketua UKM DCFC Gusti Arifky, peserta juga berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga umum.

“Ini tahun ketiga kami menyelenggarakan FFI tingkat nasional. Dari tahun ke tahun antusiasme peserta semakin meningkat. Tahun lalu kami mendapatkan 67 peserta, dan Alhamdulillah sekarang mencapai 104 peserta,” ujarnya pula.

Dia menjelaskan, dalam FFI Lampung 2015 itu, sebanyak 11 kategori terbaik yang diperebutkan, yakni film, film Lampung, aktor, aktris, ide cerita, sutradara, editor, kameramen, penata musik, dan pemeran pendukung pria dan wanita terbaik.
Sedangkan dua penghargaan lainnya, yakni untuk film terfavorit kategori umum dan kategori Lampung.

“Dari 104 karya film indie ini, nantinya akan diseleksi menjadi 25 besar oleh juri lokal. Kemudian untuk penetapan 13 nominasi terbaik pada 2 Mei mendatang, tim penjurian melibatkan sutradara nasional, seperti Benny Kadarhariarto, Sahrul Gibran, dan Robby Ertanto Soediskan,” ujarnya lagi.

Panitia pelaksana berharap ajang ini dapat memotivasi jiwa filmmaker anak muda Indonesia untuk giat membangun dan memajukan perfilman negeri sendiri.

“Melalui event ini, kami berharap bisa memotivasi sineas film agar mampu menghasilkan karya-karya perfilman terbaik yang dapat bersaing dan berkualitas untuk membangun perfilman Indonesia,” kata Gusti.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Sumber Daya IBI Darmajaya, Novita Sari SSos MM, mewakil Rektor Dr Andi Desfiandi SE MA mengatakan, karya perfilman merupakan hasil kerja yang membutuhkan daya kreasi dan proses yang tidak mudah.

Karena itu, ia mengimbau kepada mahasiswa untuk bisa menghargai karya apa pun termasuk perfilman.

“Festival film indie ini tak hanya sebatas kompetisi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi kita terhadap para pecinta film yang telah melahirkan karya-karya terbaiknya. Mudah-mudahan melalui event ini akan memotivasi mereka untuk lebih baik lagi dalam menghasilkan karya, serta merangsang minat atau daya tarik masyarakat terhadap dunia perfilman,” kata dia pula.

Pemutaran film atau screening berlangsung pada 20–22 April 2015 di Aula Pascasarjana Kampus IBI Darmajaya.

FFI Lampung 2015 yang diselenggarakan UKM DCFC merupakan rangkaian kegiatan menyambut Dies Natalis ke-18 IBI Darmajaya yang puncaknya akan jatuh pada Juni mendatang.

Artikel ini ditulis oleh:

Tak Diperhatikan, Relawan di Aceh Utara Surati Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Relawan Jokowi di Aceh mengaku kecewa terhadap Presiden Jokowi karena dinilai melupakan perjuangan yang telah dilakukan relawan pada saat pilpres 2014 lalu.
Ketua Rumah Koalisi Indonesia Hebat (RIKIH) Kabupaten Aceh Utara, Julaidi, meluapkan kekecewaanya melalui surat yang ditujukan kepada Jokowi. Dirinya, mewakili relawan RIKIH, menilai Jokowi telah melupakan perjuangan mereka yang memenangkan Jokowi pada masa pilpres lalu. Pasalnya, hingga kini tidak ada tanda-tanda program dari pusat (pemerintah) untuk daerah Aceh Utara pada tahun 2015.
“Kami sebagai relawan Rumah Koalisi Indonesia Hebat (RIKIH) merasa terabaikan dalam segala segi, kami merasa habis manis sampah dibuang, perlu bapak ketahui dulu kami berjuang dengan modal sendiri demi bapak RI 1 tapi sekarang malah tidak ada terimakasih apapun kepada relawan anda dulu,” kata Julaidi, dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/4).
Pihaknya berharap, wujud dari tanda terimakasih  untuk relawan adalah dengan cara memberikan program pemberdayaan, baik itu sektor ekonomi kerakyatan dan pertanian, seperti subsidi pupuk dan infrastruktur yang rusak parah di Aceh Utara.
Dia menambahkan, semua rakyat Indonesia sadar bahwa Negara Indonesia sudah merdeka, namun Rakyat di Aceh Utara belum sepenuhnya merasa kemerdekaan seutuhnya. “Kita memang merdeka dari penjajahan, namun kita tidak merdeka secara ekonomi dan pendidikan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Penumpang KRL Bekasi Duduki Peringkat Ketiga di Jabodetabek

Jakarta, Aktual.co — Kepala Stasiun Kota Bekasi, Rohman, mencatat jumlah penumpang Kereta Rel Listrik Commuter Line di Stasiun Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga terbanyak di Jabodetabek.

“Setiap harinya penumpang Commuter Line mencapai 30 ribu lebih. Kami ada di urutan ke tiga penumpang terbanyak,” katanya di Bekasi, Senin (20/4).

Menurut dia, Stasiun Kota Bekasi di Jalan Ir H Djuanda, Bekasi Selatan, saat ini menduduki peringkat ketiga setelah Stasiun Bogor diurutan teratas, dan Stasiun Tanah Abang diurutan kedua terbanyak.

“Sebelumnya, kami Bekasi berada di urutan kelima pada 2014 setelah Depok, Bogor, Tanahabang, dan Jakarta Kota,” katanya.

Dia mengatakan, pertambahan jumlah penumpang itu merupakan bukti bahwa kereta Commuter Line masih menjadi andalan transportasi bagi masyarakat Bekasi.

Menurut dia, jumlah penumpang di stasiun tersebut terus bertambah mulai dari 20 ribu hingga 22 ribu per hari.

Mayoritas tujuan penumpang Bekasi mengarah ke Jakarta dan daerah sekitarnya untuk bekerja.

Menurut Rohman, profesi tersebut diketahuinya berdasarkan jam rutin kerja penumpang mulai pukul 06.00-09.00 WIB.

Rohman mengatakan, tingginya penumpang di stasiun tersebut akan diimbangi dengan rencana perluasan stasiun oleh Kementerian Perhubungan.

“Sekarang sudah dimulai proses perluasannya, baru tahap pembangunan stasiun sementara,” katanya.

Dia mengatakan, perluasan tersebut berbentuk penambahan lantai stasiun dari semula satu lantai ditambah menjadi dua lantai.

“Konsepnya akan mirip dengan Stasiun Tanah Abang. Loket penjualan tiket dilakukan di lantai dua. Penumpang naik ke atas beli tiket, kemudian turun kembali ke peron,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Indonesia Suluh Kebangkitan Asia-Afrika (Bagian Akhir)

Konferensi ini berjalan sukses dengan menarik perhatian dunia. Bahkan dalam pandangan banyak kalangan, berita-berita konferensi ini yang muncul di media internasional mengalahkan pemberitaan meninggalnya fisikawan besar Albert Einstein. Itu sebabnya, Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru menyatakan, “Bandung telah menjadi pusat perhatian – bahkan barangkali boleh saya menyebutnya sebagai ibu kota Asia dan Afrika selama waktu ini.”

Dalam ungkapan Roeslan Abdulgani, lewat Konferensi Asia-Afrika itu, Bandung berperan sebagai “kota penghubung”, “pusat koneksi” atau “center of connection” dari negara-negara dan rakyat Asia-Afrika dalam menyusun barisan kesetiakawanannya. Abdulgani menyebut jaringan kesetiakawanan dan para “penyelundup semangat kemerdekaan” yang terhubung dengan Bandung ini dengan istilah “The Bandung Connection”.  Tentang Bandung sebagai pusat koneksi solidaritas Asia-Afrika itu, ia gambarkan sebagai berikut:

Bandung pada waktu tidak hanya berfungsi sebagai ‘center of connection between Governments’ antarpemerintah, tetapi juga menjadi pusat penghubung antarpejuang-pejuang Asia-Afrika. Utusan-utusan yang dapat meloloskan diri dari kepungan dan belenggu penjajahan di Afrika Selatan dan Afrika Tengah; pelarian-pelarian politik dari Aljazair, Maroko, Tunisia; pejuang-pejuang pengembara dari Palestina; pembangkit-pembangkit hati- nurani rakyat Negro berkulit hitam dari Amerika; kaum intelek dari Semenanjung Malaya yang pada waktu itu belum merdeka; pokoknya semua ‘penyelundup semangat kemerdekaan’, ‘penyelundup’ di mata kaum kolonialis dan kaum imperialis dan bukan penyelundup narkotika dari benua-benua lain, datang bertemu di Bandung. Bandung tidak hanya tempat berteduh bagi mereka, tetapi juga tempat pemberi inspirasi baru dan kekuatan baru bagi mereka. Bandung berfungsi juga sebagai ‘dalang’ dalam kelanjutan proses sejarah kebangkitan bangsa-bangsa yang masih dijajah.

Konferensi A-A memiliki dampak yang luas dan panjang. Keberadaan PBB yang terancam robek oleh poros-poros permusuhan antara Blok Barat dan Blok Timur, menemukan jalan alternatif berkat kemunculan solidaritas non-blok dari negara-negara Asia-Afrika yang terkoneksi dalam jaringan The Bandung Connection. Semangat non-blok yang terkandung dalam Dasasila Bandung ini kemudian dikampanyekan pada dunia oleh Bung Karno dalam pidatonya di PBB pada 30 September 1960, “To Build the World a New”, yang sekaligus memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dalam pidatonya ini, Bung Karno antara lain menyangkal pendapat seorang filosof Inggris, Bertrand Russel, yang membagi dunia ke dalam dua poros ajaran itu. “Maafkan, Lord Russell. Saya kira tuan melupakan adanya lebih daripada seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence.”

Selanjutnya ia katakan bahwa Indonesia tidak dipimpin oleh kedua paham itu; tidak mengikuti konsep liberal maupun komunis. “Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.” Lantas ia simpulkan, “Sesuatu itu kami namakan Pancasila. Gagasan-gagasan dan cita-cita itu, sudah terkandung dalam bangsa kami. Telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa, sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan nasional” (Soekarno, 1960, 1989: 63-64).

Semangat non-blok kemudian meluas pengaruhnya ke berbagai belahan dunia lain, yang pada gilirannya mendasari terbentuknya Gerakan Non-Blok sebagai gerakan negara-negara yang tidak memihak atau mendukung dua blok besar saat itu, yaitu Sosialisme/Komunisme dan Liberalisme/Kapitalisme. Gerakan Non-Blok (Non Aligment Movement) ini didirikan di Beograd (Yugoslavia) pada 1961, yang digagas bersama oleh Presiden Indonesia pertama, Soekarno, Perdana Menteri India pertama, Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir kedua, Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana pertama, Kwame Nkrumah, dan Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito, Presiden Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, dan Perdana Menteri Burma, U Nu.
Gerakan Non Blok ini didasari atas beberapa prinsip: (1) Saling menghormati kedaulatan teritorial, (2) Saling tidak melakukan agresi, (3) Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri, (4) Setara dan saling menguntungkan, dan (5) Hidup berdampingan secara damai.

Jejak pengaruh Konferensi Asia-Afrika di Bandung berdampak panjang, baik bagi dunia maupun bagi Indonesia sendiri. Joint-stament antara Richard Nixon (Presiden USA)-Chou En Lai (Perdana Menteri RRC) maupun Richard Nixon-Leonid Breznev (Pemimpin Uni Soviet) pada tahun 1972 menggunakan istilah-istilah dari prinsip Dasasila Bandung. Joint Statement itu antara lain menggunakan istilah “Peaceful co-existence” (hidup berdampingan secara damai antarnegara dengan sistem politik, sosial, dan ekonomi yang berbeda), yang merupakan inti pokok dari semangat Bandung.

Bagi Indonesia sendiri, pengaruh Konferensi Asia-Afrika dirasakan antara lain saat persoalan Irian Jaya (Papua) dibicarakan dalam Majelis Umum PBB pada 19 November 1969. Pada hari ini, hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada pertengahan 1969 dengan hasil mutlak bahwa rakyat Irian Barat menyatakan tetap bergabung dalam Republik Indonesia diminta oleh Indonesia dan Belanda untuk “dicatat” dan “diketahui” oleh PBB. Dengan begitu PBB secara resmi akan menyaksikan selesainya konflik yang bertahun-tahun antara Indonesia-Belanda mengenai persoalan Irian Barat ini.

Tanpa diduga, Wakil Ghana, Duta Besar Akwai, mengusulkan supaya perdebatan ditunda untuk waktu yang tak tertentu dan supaya kepada rakyat Irian Barat diberi waktu sampai akhir tahun 1975 untuk menyatakan pendapatnya. Wakil Ghana beralasan bahwa prinsip “musyawarah dan mufakat” dari Pepera ini akan dioper oleh pemerintahan-pemerintahan rasialis dan kolonialis kulit putih di Afrika Selatan, Rhodesia dan Portugal dalam menghadapi gerakan-gerakan kemerdekaan, yang secara implisit menyamakan Indonesia dengan rezim apartheid di Afrika Selatan dan Portugal. Tetapi di balik itu, sesungguhnya terselip juga motif lain. Pemerintah Ghana yang baru ingin mempertontonkan “kehebatannya” sebagai pembela bangsa-bangsa kulit hitam Negroid, sebagai konpensasi setelah menyingkirkan Presiden Kwame Nkrumah yang sangat disegani di dunia. Usul ini semula disokong oleh 30 negara; kebanyakan dari Afrika Tengah di kawasan Selatan Sahara.

Di tengah perdebatan yang hangat pada 19 November itu, Ketua Delegasi Aljazair, Yazid, yang datang sebagai peninjau dalam Konferensi A-A, menghampiri tempat duduk delegasi Indonesia, dan berbisik kepada Roeslan Abdulgani bahwa ia akan ikut bicara untuk “melabrak” wakil Ghana. Dengan bahasa Perancisnya yang fasih dan indah, Yazid berbicara selama 40 menit. Ia antara lain menjelaskan sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam membebaskan Tanah Airnya termasuk Irian Barat. Di bagian akhir pidatonya, ia menyinggung Konferensi A-A dan semangat Bandung:

Siapa yang menyamakan politik Indonesia terhadap Irian Barat dengan politik kaum rasialis di Afrika Selatan atau Portugal, mereka itu lupa akan Konperensi Bandung. Di Bandung pejuang-pejuang kemerdekaan seluruh Asia-Afrika dibela oleh Indonesia. Mereka diberi perlindungan. Ghana sendiri waktu itu belum merdeka penuh. Nama Ghana belum ada. Yang digunakan masih nama kolonial, yaitu “Pantai Mas”, “The Gold Coast”. Namun tokoh mereka diundang ke Bandung. Dan di Bandung sanalah Indonesia memainkan peranan yang menentukan dalam membela gerakan-gerakan kemerdekaan Nasional di mana-mana, termasuk Ghana.

Begitu besar pengaruh pidato Yazid itu, sehingga mulai rontoklah pengikut-pengikut Ghana. Apalagi setelah wakil-wakil Saudi Arabia, Iran, Kuwait, India, Thailand, Filipina, Malaysia dan lain-lain mengeluarkan pendapat yang senada dengan wakil Aljazair. Maka, ketika pemungutan suara di malam hari, pukul 19.30, tidak ada satu suara pun yang berani mengeluarkan suara “anti”, paling jauh hanyalah “abstain”, berkat masuknya “Jiwa Bandung”. Dokumen PBB Nomor UNGA A/PV.1803 tertanggal 19 November 1969, menegaskan bahwa seluruh resolusi untuk “mencatat” (take note) perjanjian Indonesia-Belanda tentang hasil Pepera di Irian Barat itu diadopsi oleh 84 suara setuju (lawan kosong), dengan 30 suara abstain (Abdulgani, 2013: 13-17).

Kepeloporan Indonesia dalam mengembangkan perikehidupan kebangsaan yang bebas, kesetiakawanan negara-negara yang baru merdeka dan belum merdeka di Asia-Afrika, serta dalam Gerakan Non Blok, membuat nama pemimpin Indonesia Ir. H. Soekarno dikenang di negara-negara Asia-Afrika. Di beberapa negara, namanya diabadikan sebagai nama jalan. Di kawasan al-Hay al-Asyir Madinat al-Nashr (Nasr City) Mesir, ada nama Jalan Ahmad Soekarno. Di ibukota Maroko, Rabat ada juga nama Jalan Soekarno. Di Pakistan, ada juga nama Presiden RI pertama ini, yaitu Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar dan Soekarno Bazar di Lahore. Pemberian nama ini sudah tentu tidak terlepas dari bagaimana peran penting dan pengaruh diplomasi Indonesia saat itu di pentas internasional terutama karena peran yang diperjuangkan para pemimpin Indonesia dalam mendorong dan menjaga perdamaian dunia.

Selesai

Oleh: Yudi Latif, Chairman Aktual

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain