Jakarta, Aktual.co — Perwakilan manajemen Persipura Jayapura, datangi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia di Jakarta. Ini dilakukan untuk meminta tambahan anggaran dana sponsor.

Ketua umum Persipura, Benhur Tommy Mano mengatakan, dana sponsor yang diberikan oleh perusahaan tambang emas di Jayapura itu, masih kurang.

“Saya kira dana sponsor yang diberikan pada tim Persipura yang membawa harkat dan martabat orang Papua tergolong kecil atau masih kurang,” kata Benhur Tommy Mano di Kota Jayapura, Papua, Rabu (11/2).

Karena, kata orang nomor satu di Kota Jayapura itu, Boaz TE Salossa dan kawan-kawan membutuhkan dana yang cukup besar dalam satu musim kompetisi.

“Freeport memang memberikan anggaran sebesar Rp10 miliar untuk satu musim. Kami inginkan agar ada tambahan Rp2 miliar. Tahun ini Freeport langsung memberikan Rp20 miliar, tetapi kami inginkan hal itu menjadi Rp24 miliar,” kata Benhur Tommy Mano.

Sebelumnya pada awal Januari, manejer Persipura Rudi Maswi menyampaikan bahwa tim tersebut paling tidak membutuhkan dana sebesar Rp30 miliar guna mengarungi musim 2015, karena selain berlaga di LSI, Boaz TE Salossa juga tetap berlaga di AFC Cup 2015.

Dana sebesar itu, kata Rudi, selain membayar gaji dan kontrak pemain maupun offisial tim juga akan membiaya transportasi tim selama berlaga di LSI dan AFC Cup. “Kami memperikarakan biaya untuk tim Persipura akan bertambah tergantung kebutuhan tim di tengah jalan katanya,” katanya.

Selain Freeport, sponsor dari Bank Papua juga telah menyiapkan dana sebesar Rp14 miliar untuk tim tersebut guna mengarungi dua musim kompetisi, dengan asumsi permusim Rp7 miliar.

Hingga kini, Persipura sedang mencari dana tambahan lewat sejumlah sponsor seperti PT Bosowa dan salah satu merk sepatu ternama yang siap menggelontorkan dana untuk Boaz TE Salossa dan kawan-kawan.

Perwakilan Persipura yang menghadap Presedir PT Freeport itu adalah, manajer tim Rudi Maswi.

Artikel ini ditulis oleh:

Jakarta, Aktual.co — Panitia penyelenggara Olimpiade 2018 Korea Selatan, menegaskan bahwa pihaknya akan siap menggelar uji coba cabang pertandingan (test event) pada 2016, meskipun ada kekhawatiran dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan badan ski dunia.

Pyeongchang sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin itu dijadwalkan menjadi tuan rumah Piala Dunia Alpine Skiing pada Februari 2016 dan diikuti oleh kompetisi bobsleigh dan speed skating jarak pendek pada November dan Desember.

Namun sayangnya, persiapan terhalang oleh masalah keuangan, penundaan pembangunan dan pertikaian politik antara penyelenggara, pejabat provinsi dan pemerintah pusat.

Dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari AFP, Rabu (11/2), penyelenggara mengatakan persiapan uji coba tahun depan sedang dilakukan “seperti yang direncanakan” dengan komitmen dari pemerintah daerah dan pusat yang memastikan tempat uji coba akan “siap pada waktunya”.

IOC memilih kawasam pegunungan timur laut Pyeongchang sebagai tuan rumah pada 2011 dan mengalahkan kota Munich di Jerman dan kota Annecy Alpine Perancis.

Saat mengunjungi kawasan ski bulan lalu, ketua Komisi Koordinasi IOC untuk Olimpiade musim dingin 2018 mengatakan waktu yang tersisa sangat singkat. Ia pun mendesak penyelenggara untuk bertindak cepat.

Dalam sebuah wawancara belakangan ini, Presiden Federasi Ski Internasional (FIS) Gian Franco-Kasper menilai bahwa penyelenggaraan uji coba sesuai jadwal sepertinya hampir mustahil.

Laporan dari penyelenggara yang berisi rincian susunan acara uji coba tahun depan akan dikirim ke FIS pada akhir Februari.

Pilihan untuk memindahkan beberapa olahraga seluncur, seperti bobsleigh dan luge ke Nagano, Jepang, sempat diperdebatkan ketika IOC menyetujui revisi pada Desember 2014 yang memungkinkan tuan rumah Olimpiade lebih fleksibel dalam mengajukan jenis olahraga dan tempat kompetisi tersebut diselenggarakan.

Namun, Korea Selatan secara resmi mengesampingkan berbagai pilihan untuk berbagi tempat dengan Jepang.

Mereka beralasan bahwa persiapan terlalu cepat jika mempertimbangkan perubahan tempat.

Artikel ini ditulis oleh:

Jakarta, Aktual.co — Manajemen Persija Jakarta, optimis mampu menyelsaikan permasalahan dalam klub. Hal ini karena adanya kesepakatan pembelian saham klub ibu kota itu oleh Pemprov DKI Jakarta.

Presiden Persija, Ferry Paulus mengungkapkan, pihaknya optimis bisa menyelesaikan permasalahan dalam tubuh klub berjuluk Macan Kemayoran itu, sebelum digulirnya kompetisi Indonesia Super League (ISL).

Salah satu permasalahan yang belum bisa diatasi oleh manajemen Persija adalah, pelunasan tunggakkan gaji pemain musim lalu.

Penyelesaian tunggakan gaji musim lalu itu, kata Ferry, harus secepatnya dilakukan. “Sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan oleh PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi, Persija harus menyelesaikan tanggungan paling lambat Jumat (13/2),” ujar Ferry di Balai Kota Jakarta, Rabu (11/2).

“Jika tidak diselesaikan, sanksi pengurangan jumlah pemain serta pemberlakukan sanksi tidak boleh menggunakan pemain asing akan diberlakukan. Bahkan, ancaman terburuknya tidak bisa turun di kompetisi ISL,” tambah Ferry.

Meski demikian, Ferry Paulus mengaku tetap optimistis pihaknya akan mampu menyelesaikan permasalahan sesuai dengan tengat waktu yang diberikan. Pengambilalihan saham oleh Pemprov DKI Jakarta akan dijadikan motivasi.

“Ada keyakinan buat melangkah dan kami optimistis walau masih perlu pembahasan lebih lanjut,” katanya menegaskan.

Sikap optimistis dari manajemen Persija memang pantas diapresiasi. Namun, Pemprov DKI melalui Sekda Saefullah menegaskan jika permasalahan tunggakan gaji merupakan urusan manajemen Persija yang lama.

Artikel ini ditulis oleh: