31 Desember 2025
Beranda blog Halaman 39199

Kisruh KPK dengan Polri, Permalukan Indonesia sebagai Negara

Kupang, Aktual.co — Pemerhati masalah hukum dan politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Yusuf Kuahati menilai masalah atau kisruh yang saat ini mendera KPK dan Polri sangat mempermalukan Indonesia sebagai sebuah negara.

“Hanya ada di Indonesia, antara institusi penegakan hukum saling gontok-gontokkan dan mempertontonkan hal yang tidak lumrah. Ini adalah sebuah pelajaran buruk dalam kehidupoan berbangsa dan bernegara,” kata Kuahati yang dihubungi Aktual.co, di Kupang, Sabtu (24/1).

Menurutnya, kisruh antara KPK dan Polri harus diselesaikan dengan baik, lantaran ke depannya akan sangat mengganggu sistem penegakan hukum di Indonesia secara keseluruhan.

Dia menuturkan, bila eleman penegakan hukum bekerja tidsk optimal yang dikhawatirkan sistem hukum di Indonesia akan menjadi kacau. Padahal saat ini negara sedang mengedepankan penegakan hukum.

“Kita patut sesalkan persoalan tersebut biasa terjadi karena akan menganggu demokrasi yang sudah berkembang baik di Indonesia. Persoalan hukum seperti ini tidak saja berimbas pada hukum sendiri, tetapi juga berakibat pada soal lain seperti demokrasi, memunculkan keresahan sosial dan ketidakpercayaan masyarakat yang pada gilirannya menganggu stabilitas nasional,” ujarnya.

Dia meminta, ketegasan sikap Presiden Joko Widodo terhadap kasus Bambang Widjojanto dan Budi Gunawan,yang telah nenyeret KPK dan Polri dalam sebuah pusaran masalah.

Presiden Jokowi, kata dia, segera mengambil keputusan. Tidak bisa membiarkan ini. Dalam kondisi seperti ini presiden harus tampil untuk menuntaskan persoalan, bukan berdiri pada area abu-abu.

‘Saya kira presiden tidak boleh membiarkan persoalan tersebut berlarut-larut. Presiden Jokowi haris segera bersikap menyelamat KPK dan Polri sebagai institusi penegakan hukum di Indonesia,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wejangan Dwi Soetjipto ke SMGR: Tak Perlu Pindah Gigi, Lanjutkan ‘Speed’!

Jakarta, Aktual.co —  PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang memiliki kode saham (SMGR) telah resmi mengangkat Suparni sebagai Direktur Utama perseroan menggantikan Dwi Soetjipto yang hengkang menjadi Bos PT Pertamina (Persero). Penetapan Bos baru tersebut dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (23/1) kemarin.

Mantan Dirut Semen Indonesia yang saat ini mengemban jabatan sebagai Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto yang juga hadir dalam RUPSLB tersebut memberikan pesan beberapa ‘wejangan’ kepada Suparni agar bisa membawa Perseroan lebih baik lagi ke depan.

Menurutnya, dengan direksi yang sebagian besar masih berkomposisikan orang lama, diharapkan perseroan mampu melanjutkan segala rencana kerja yang telah ditetapkan.

“Direksi yang baru ini saya lihat, karena sebagian besar masih yang lama, maka saya kira kawan-kawan (semen indonesia) sudah tidak perlu lagi harus pindah gigi atau segala macam, speed-nya bisa dilanjutkan, maka dari itu saya berharap bahwa rencana-rencana strategis yang sudah ditetapkan bisa lanjutkan, dan kalau perlu dipercepat dan sebagainya,” kata Dwi saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (23/1).

Dia berpendapat, bahwa suasana di Semen Indonesia sudah lebih bagus dan sudah memiliki acceptability yang tinggi sehingga tidak perlu lagi menunggu masalah acceptability. Sementara itu, dari segi Pekerjaan Rumah (PR) untuk para direksi baru khususnya Dirut, masih banyak yang menanti.

“PR-nya selalu banyak, karena memang misalnya rencana pembangunan pabrik. Saat ini dua pabrik, nanti akan ada tiga pabrik lagi di domestik. Kemudian di luar negeri sudah ada beberapa yang saat ini diproses. Cita-citanya untuk menjadi perusahaan global sudah ditetapkan. Saya kira itu menjadi PR yang tidak mudah direalisasikan,” tutup Dwi.

Artikel ini ditulis oleh:

Bela “Charlie Hebdo”, Wanita Tunisia Ini Telanjang Dada dan Bakar Al-Quran

Tunis, Aktual.co -Kontroversi sekitar insiden “Charlie Hebdo” masih terus berlangsung. Kali ini, beribu kilometer jauhnya dari Perancis, seorang wanita yang juga pimpinan feminis Tunisia, Khodijah binti Ayad melakukan aksi gila demi membela Majalah “Charlie Hebdo”. Aksi itu dilakukan di depan kamera video yang merekamnya.

Setelah memberikan sedikit orasi, Khadijah binti Ayad mulai melepaskan baju dan memperlihatkan payudaranya. Setelah itu, Khadijah mulai merobek-robek Al-Quran. Ia juga mengambil minyak serta menyiramkannya kepada Al-Quran. Tak lama berikutnya korek api ia nyalakan dan sedikit demi sedikit Al-Quran mulai terbakar.

Menurut Khadijah, aksi tersebut ia lakukan lantaran membela kebebasan berpendapat seperti yang telah majalah Charlie Hebdo lakukan. Ia juga menyebut bahwa aksinya merupakan balasan bagi para ekstrimis yang melakukan kejahatan terhadap para awak majalah Charlie Hebdo. Video feminis telanjang dada dan membakar Al-Quran ini kemudian diposting Journal Misr di situs berbagi video youtube pada Sabtu (10/1/2015). Video itu juga tersebar luas di jejaring sosial facebook dan twitter.

Boemi Poetra: Konflik KPK Kontra Polri Sudah Diskenario?

Medan, Aktual.co — Penggagas Gerakan Boemi Poetra mensinyalir, bahwa konflik antara lembaga KPK dan Polri yang semakin memanas sudah diskenario.

“Tidak menyayangkan (konflik KPK Vs Polri), ini ‘by design’. Hak masing-masing orang, kenapa mereka berbuat? Tapi kita nggak bisa ngomong, tapi menurut Boemi Poetra itu ‘by ‘design,” ujar inisiator gerakan Boemi Poetra, Tengku Zainuddin kepada Aktual.co, Jumat (23/1) malam.

Sebelumnya, Zainuddin menilai, bagi Boemi Poetra yang fokus pada sisi kebudayaan, konflik yang terjadi antara KPK dan Polri harus dilirik dari sisi ketokohan para pejabat yang ada di instansi tersebut.

“Yang terjadi sisi ketokohan, tidak ada yang bermasalah, ini antara sosok ‘BG’ (Budi Gunawan) dan ‘BW’ (Bambang Widjajanto), yang akhirnya melibatkan keberadaan institusi. Tidak seharusnya mempersalahkan KPK dan Polri, nilai budayanya apa? Simbol sebuah lembaga masih pada  tokohnya, bukan pada esensi,” kata Zainuddin.

Ditambahkan, sebenarnya tidak perlu mempertentangkan antara Budi Gunawan dan Bambang Widjajanto, karena tanpa keberadaan kedua tokoh tersebut, kedua lembaga penegak hukum itu masih bisa berjalan. Meski, lanjutnya, yang harus diperhatikan adalah sisi ketokohan kedua orang tersebut dari latar belakang masing-masing.

“Tak ada ‘BG’ dan’ BW’ KPK dan Polri pasti akan terus jalan. Indonesia rusak karena ketokohan, tapi analisisnya siapa dia selama ini, siapa dibawahnya? Ada ‘toke’, itu aja. Perang antar ‘toke’ di Indonesia, nanti akan ketahuan, BG ini siapa dan BW ini siapa? Bukan lembaga, lembaga hanya ‘kambing hitam’,” tutup Zainuddin.

Artikel ini ditulis oleh:

Djoko Suyanto: BW Harus Mundur dari Jabatannya

Jakarta, Aktual.co — Mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan, Wakil Ketua KPK, Bambang Widjajanto telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri, maka Bambang harus mundur dari jabatannya.
“Dengan ditetapkannya sdr Bambang Widjajanto sebagai tersangka oleh Polri maka yang bersangkutan harus mundur dari jabatan Wakil Ketua KPK,” kata Djoko di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan, dengan jumlah pimpinan hanya 3 orang, maka KPK tidak bisa memutuskan apa-apa. “Dengan kata lain upaya pemberantasan korupsi oleh KPK berhenti,” kata mantan Panglima TNI itu.
Padahal, lanjutnya, komitmen Presiden Jokowi sangat tinggi terhadap pemberantasan korupsi.
“Sulit membayangkan dampaknya dukungan publik terhadap Presiden bila beliau tidak peduli terhadap dampak dari berhentinya Pak Bambang  dari KPK,” kata Djoko.
“Harus ada langkah lanjutan dari Presiden yang memiliki otoritas, agar salah satu program prioritas beliau dalam pemberantasan korupsi oleh KPK, Polri dan Kejaksaan  dapat tetap berjalan,” imbuhnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Lanjutkan Kasus BW, Polri Tak Akan Terpengaruh Tekanan Publik

Jakarta, Aktual.co —  Kepolisian Republik Indonesia tidak akan terpengaruh dengan tekanan publik terhadap proses hukum dari tersangka Bambang Widjojanto.
Demikian disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronie F Sompie dalam diskusi di kawasan Cikini, Sabtu (24/1).
“Tidak ada perubahan sikap Polri dalam menangani kasus BW, meskipun tekanan publik berspekulasi negatif terhadap kita (Polri),” kata Ronie Sompie.
Mantan Kapolwiltabes Surabaya ini mengatakan bahwa Polri dalam menangani kasus BW ini sudah melakukan sesuai dengan mekanisme hukum. 
Polri menangani kasus ini murni mekanisme hukum, walaupun masyarakat berspekulasi negatif. “Mekanisme hukum sudah terpenuhi cukup alat bukti, jadi kami akan tetap melakukan proses ini,” demikian Ronie.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain