28 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40428

‘Senyap’ Batal Diputar, AJI Yogya Kecam Kepolisian

Jakarta, Aktual.co — Koordinator Divisi Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogya, Bhekti Suryani, menyebutkan bahwa kebebasan sudah mati dan pihak kepolisian tak mampu memberikan jaminan keamanan.
Hal ini terkait dengan kekecewaan terhadap dibatalkannya pemutaran film ‘senyap’, pada Selasa (16/12) malam.
Pengurus AJI Yogya sebelumnya menerima inrformasi dari intel Polda DIY tentang beredarnya pesan singkat tentang ancaman pembubaran pemutaran film tersebut.
“”Sejak dua tahun lalu, AJI Yogyakarta rutin memutar berbagai film dengan tema sosial, politik, dan budaya. Tujuan dari pemutaran film itu untuk meningkatkan kapasitas anggota AJI Yogyakarta dalam menjalankan tugasnya,” kata Bhekti, Kamis (18/12).
AJI mendesak Kapolda DIY untuk memberikan jaminan keamanan kepada segenap warga negara sesuai dengan UU RI no.39 tentang Hak Asasi Manusia.
Film ‘senyap’ sendiri berlatarbelakang pembantaian massal yang terjadi di Sumatera Utara pada tahun 1965.

Artikel ini ditulis oleh:

‘Senyap’ Batal Diputar, AJI Yogya Kecam Kepolisian

Jakarta, Aktual.co — Koordinator Divisi Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogya, Bhekti Suryani, menyebutkan bahwa kebebasan sudah mati dan pihak kepolisian tak mampu memberikan jaminan keamanan.
Hal ini terkait dengan kekecewaan terhadap dibatalkannya pemutaran film ‘senyap’, pada Selasa (16/12) malam.
Pengurus AJI Yogya sebelumnya menerima inrformasi dari intel Polda DIY tentang beredarnya pesan singkat tentang ancaman pembubaran pemutaran film tersebut.
“”Sejak dua tahun lalu, AJI Yogyakarta rutin memutar berbagai film dengan tema sosial, politik, dan budaya. Tujuan dari pemutaran film itu untuk meningkatkan kapasitas anggota AJI Yogyakarta dalam menjalankan tugasnya,” kata Bhekti, Kamis (18/12).
AJI mendesak Kapolda DIY untuk memberikan jaminan keamanan kepada segenap warga negara sesuai dengan UU RI no.39 tentang Hak Asasi Manusia.
Film ‘senyap’ sendiri berlatarbelakang pembantaian massal yang terjadi di Sumatera Utara pada tahun 1965.

Artikel ini ditulis oleh:

Jokowi: Banyak Kebijakan Publik Tidak Tepat Sasaran

Jakarta, Aktual.co —  Presiden Joko Widodo menilai bahwa saat ini banyak kebijakan publik yang tidak tepat dalam mendorong pembangunan nasional. Majunya suatu negara itu dimulai dari kebijakan publik yang tepat.

“Negara yang maju tidak tergantung pada sumber daya alam (SDA) yang ada. Inilah yang sering kita agung-agungkan, bahwa kita punya minyak, batubara dan gas yang banyak, tapi kalau pengelolaanya tidak dilakukan dengan baik, maka akan menjadi malapetaka buat kita,” kata Jokowi dalam acara Musrenbangnas 2015-2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/12).

Ia mengatakan, Singapura dan Jepang merupakan negara yang tidak punya SDA tapi mereka bisa ‘meloncat’.

“Kuncinya satu, kalau ada kebijakan publik yang tepat, maka akan majulah sebuah daerah, kabupaten, provinsi dan negara,” ujarnya.

Untuk diketahui, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMJN) Periode 2015-2019. Acara ini merupakan puncak setelah roadshow Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Regional di lima kota yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Jokowi: Banyak Kebijakan Publik Tidak Tepat Sasaran

Jakarta, Aktual.co —  Presiden Joko Widodo menilai bahwa saat ini banyak kebijakan publik yang tidak tepat dalam mendorong pembangunan nasional. Majunya suatu negara itu dimulai dari kebijakan publik yang tepat.

“Negara yang maju tidak tergantung pada sumber daya alam (SDA) yang ada. Inilah yang sering kita agung-agungkan, bahwa kita punya minyak, batubara dan gas yang banyak, tapi kalau pengelolaanya tidak dilakukan dengan baik, maka akan menjadi malapetaka buat kita,” kata Jokowi dalam acara Musrenbangnas 2015-2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/12).

Ia mengatakan, Singapura dan Jepang merupakan negara yang tidak punya SDA tapi mereka bisa ‘meloncat’.

“Kuncinya satu, kalau ada kebijakan publik yang tepat, maka akan majulah sebuah daerah, kabupaten, provinsi dan negara,” ujarnya.

Untuk diketahui, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMJN) Periode 2015-2019. Acara ini merupakan puncak setelah roadshow Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Regional di lima kota yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Pemutaran Film ‘Senyap’ Dibubarkan Paksa di Yogyakarta

Jakarta, Aktual.co — Mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam (SMSR) memutar film Senyap (The Look of Silence), Rabu (17/12). Namun, dalam pemutaran film yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer terpaksa bubar.
Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dibuat kocar-kacir oleh puluhan massa tak dikenal yang menyerbu kampus. 
Pemutaran film Senyap di ruang pertunjukan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta pada awalnya berjalan lancar. Namun dipertengahan jalan, secara tiba-tiba datang puluhan orang yang langsung merangsek ke dalam ruangan dan memaksa mahasiswa keluar ruangan.
“Bubar..bubar…… Matikan (filmnya)!”, teriak seorang pria berbaju gamis dengan sorban menggantung di lehernya.
Menedegar suara tersebut, ratusan mahasiswa yang sebagian duduk lesehan hanya bisa tercengang. Namun sesaat kemudian mereka akhirnya berlarian keluar setelah massa yang masuk ke ruangan semakin banyak.
“Pas lagi nonton tiba-tiba mereka pada masuk. Teriak-teriak memaksa film dimatikan dan kita disuruh bubar,” kata Muhammad Riza salah satu panitia.
Riza mengatakan, pemutaran film ini semata karena Senyap adalah sebuah karya dokumenter. Sebagai mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam, film ini ditonton untuk mencermati tehnis dan alur film
“Mereka mengatakan ini berbau paham organisasi terlarang. Padahal kita memutar ini hanya sebagai bagian dari kajian keilmuan tentang film dokumenter. Tidak ada kaitannya dengan paham apapun.”
Serupa yang dikatakan mahasiswanya, Sutanto, dosen FSMR juga menegaskan pemutaran film adalah kepentingan akademis yang tidak ada muatan politisnya.
“Pemutaran film ini semata-mata keperluan akademis. Nanti akan dikaji bagaimana sebuah film dokumenter dibuat termasuk bagaimana membangun alur ceritanya,” kata dia.
Film yang berlatarbelakang pembantaian massal di Sumatera Utara di tahun 1965 itu berujung tak mengenakan. Pasalnya film tersebut terpaksa dibubarkan. Panitia kegiatan akhirnya menggulung layar dan menuruti kemauan massa yang memaksa pemutaran film dihentikan.
Massa yang kebanyakan mengenakan gamis dan sebagian lainnya berpakaian hitam-hitam akhirnya keluar kampus setelah aparat kepolisian tiba di lokasi. Film besutan Joshua Oppenheimer itu merupakan kelanjutan dari film sebelumnya yang juga bercerita mengenai pembantaian yang terjadi di Sungai Ular.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu

Pemutaran Film ‘Senyap’ Dibubarkan Paksa di Yogyakarta

Jakarta, Aktual.co — Mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam (SMSR) memutar film Senyap (The Look of Silence), Rabu (17/12). Namun, dalam pemutaran film yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer terpaksa bubar.
Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dibuat kocar-kacir oleh puluhan massa tak dikenal yang menyerbu kampus. 
Pemutaran film Senyap di ruang pertunjukan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta pada awalnya berjalan lancar. Namun dipertengahan jalan, secara tiba-tiba datang puluhan orang yang langsung merangsek ke dalam ruangan dan memaksa mahasiswa keluar ruangan.
“Bubar..bubar…… Matikan (filmnya)!”, teriak seorang pria berbaju gamis dengan sorban menggantung di lehernya.
Menedegar suara tersebut, ratusan mahasiswa yang sebagian duduk lesehan hanya bisa tercengang. Namun sesaat kemudian mereka akhirnya berlarian keluar setelah massa yang masuk ke ruangan semakin banyak.
“Pas lagi nonton tiba-tiba mereka pada masuk. Teriak-teriak memaksa film dimatikan dan kita disuruh bubar,” kata Muhammad Riza salah satu panitia.
Riza mengatakan, pemutaran film ini semata karena Senyap adalah sebuah karya dokumenter. Sebagai mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam, film ini ditonton untuk mencermati tehnis dan alur film
“Mereka mengatakan ini berbau paham organisasi terlarang. Padahal kita memutar ini hanya sebagai bagian dari kajian keilmuan tentang film dokumenter. Tidak ada kaitannya dengan paham apapun.”
Serupa yang dikatakan mahasiswanya, Sutanto, dosen FSMR juga menegaskan pemutaran film adalah kepentingan akademis yang tidak ada muatan politisnya.
“Pemutaran film ini semata-mata keperluan akademis. Nanti akan dikaji bagaimana sebuah film dokumenter dibuat termasuk bagaimana membangun alur ceritanya,” kata dia.
Film yang berlatarbelakang pembantaian massal di Sumatera Utara di tahun 1965 itu berujung tak mengenakan. Pasalnya film tersebut terpaksa dibubarkan. Panitia kegiatan akhirnya menggulung layar dan menuruti kemauan massa yang memaksa pemutaran film dihentikan.
Massa yang kebanyakan mengenakan gamis dan sebagian lainnya berpakaian hitam-hitam akhirnya keluar kampus setelah aparat kepolisian tiba di lokasi. Film besutan Joshua Oppenheimer itu merupakan kelanjutan dari film sebelumnya yang juga bercerita mengenai pembantaian yang terjadi di Sungai Ular.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu

Berita Lain