25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40654

BNPB: 248 Jiwa Tewas Akibat Bencana Longsor di Indonesia pada 2014

Jakarta, Aktual.co —   Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan bencana tanah longsor mengakibatkan korban tewas sebanyak 248 jiwa selama 2014.

“Data sementara kejadian bencana di Indonesia tahun 2014 ada 248 jiwa orang tewas akibat longsor,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pesannya yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (14/12).

Sutopo mengatakan jumlah itu hampir dua pertiga dari jumlah korban yang tewas si Tanah Air tahun 2014.

Menurut dia, bencana tanah longsor selalu terjadi setiap tahun. Di Tanah Air ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi.

“Longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara harusnya makin menyadarkan kita untuk lebih menaruh perhatian lebih serius dari ancaman longsor,” ujarnya.

Dia menjelaskan masyarakat terpapar adalah masyarakat beserta perumahan, sistem atau elemen lain yang berada pada zona bahaya dan berujung pada potensi kerugian. Sutopo mengatakan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya degradasi lingkungan, dan curah hujan yang makin ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi.

“Pola tanah longsor setiap tahun sesungguhnya sudah dikenali. Data kejadian longsor memiliki korelasi positif dengan pola hujan, dimana sebagian besar bulan Januari adalah puncak kejadian longsor,” katanya.

Sutopo menjelaskan wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana tanah longsor.

Menurut dia, daerah yang berulang mengalami longsor adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Purbalingga, Banjarnegara, Karanganyar, Wonosobo, Temanggung, Cilacap, Grobogan, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Pacitan, Ponorogo, Malang, Jember dan lainnya sering terjadi longsor.

“Masyarakat yang terpapar longsor umumnya tidak memiliki kemampuan memproteksi diri dan lingkungan dari longsor,” ujarnya.

Dia mengatakan sistem pertanian subsisten diolah di lereng-lereng perbukitan tanpa diikuti konservasi tanah yang baik. Menurut Sutopo, diperlukan peningkatan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesadaran konservasi tersebut.

Selain itu ujar Sutopo, tata ruang harus benar-benar ditegakkan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yang intinya meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus lingkungan setempat.

Artikel ini ditulis oleh:

BNPB: 248 Jiwa Tewas Akibat Bencana Longsor di Indonesia pada 2014

Jakarta, Aktual.co —   Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan bencana tanah longsor mengakibatkan korban tewas sebanyak 248 jiwa selama 2014.

“Data sementara kejadian bencana di Indonesia tahun 2014 ada 248 jiwa orang tewas akibat longsor,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pesannya yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (14/12).

Sutopo mengatakan jumlah itu hampir dua pertiga dari jumlah korban yang tewas si Tanah Air tahun 2014.

Menurut dia, bencana tanah longsor selalu terjadi setiap tahun. Di Tanah Air ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi.

“Longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara harusnya makin menyadarkan kita untuk lebih menaruh perhatian lebih serius dari ancaman longsor,” ujarnya.

Dia menjelaskan masyarakat terpapar adalah masyarakat beserta perumahan, sistem atau elemen lain yang berada pada zona bahaya dan berujung pada potensi kerugian. Sutopo mengatakan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya degradasi lingkungan, dan curah hujan yang makin ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi.

“Pola tanah longsor setiap tahun sesungguhnya sudah dikenali. Data kejadian longsor memiliki korelasi positif dengan pola hujan, dimana sebagian besar bulan Januari adalah puncak kejadian longsor,” katanya.

Sutopo menjelaskan wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana tanah longsor.

Menurut dia, daerah yang berulang mengalami longsor adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Purbalingga, Banjarnegara, Karanganyar, Wonosobo, Temanggung, Cilacap, Grobogan, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Pacitan, Ponorogo, Malang, Jember dan lainnya sering terjadi longsor.

“Masyarakat yang terpapar longsor umumnya tidak memiliki kemampuan memproteksi diri dan lingkungan dari longsor,” ujarnya.

Dia mengatakan sistem pertanian subsisten diolah di lereng-lereng perbukitan tanpa diikuti konservasi tanah yang baik. Menurut Sutopo, diperlukan peningkatan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesadaran konservasi tersebut.

Selain itu ujar Sutopo, tata ruang harus benar-benar ditegakkan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yang intinya meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus lingkungan setempat.

Artikel ini ditulis oleh:

Polisi Bekuk Pengedar Narkoba Secara Berantai di Banjarmasin

Jakarta, Aktual.co — Kepolisian Sektor Banjarmasin Utara membongkar sekaligus membekuk para pengedar narkoba jenis sabu yang mengedarkannya secara berantai atau dari tangan satu ketangan lainnya hingga ke pemakai di wilayah Banjarmasin.

Kepala Polsek Banjarmasin Utara Kompol Herry Purnomo ketika dikonfirmasi, Minggu (14/12), membenarkan hal itu, seraya membeberkan, pihaknya telah menangkap tiga pelaku pengedar narkoba tersebut.

“Ketiga pengedar barang haram itu kami tangkap Jumat (12/12) lalu, karena keterlibatan kepemilikan narkoba sebanyak tujuh paket jenis sabu dengan berat 2,03 gram. Peredaran sabu di tangan ketiganya secara berantai,” ungkapnya.

Ia menerangkan, awalnya jajaran Polsek Banjamasin Utara menangkap pelaku berinisial MR (17) warga Teluk Dalam Banjarmasin Barat dengan kepemilikan satu paket sabu, di Jalan Brigjen Hasan Basri (lantai dasar Colour Box Karoke) sekitar pukul 23.45 WITA.

Kemudian, lanjutnya, dikembangkan kasusnya untuk menangkap pelaku yang memberi sabu kepada MR, ternyata seorang perempuan paruh baya berinisial S (43) warga Banyiur Dalam Banjarmasin Barat. “Penangkapan masih di hari yang sama 12/12,” ungkapnya.

Setelah itu dikembangkan lagi kasusnya, yakni dimana pelaku S mendapatkan barang haram tersebut yang ternyata diakui pelaku S dari temannya yang juga seorang perempuan berinisial R (warga sekampung dengan S). “Sayang, pelaku R berhasil kabur saat kita mau tangkap,” paparnya.

Untungnya, kata dia, rantai kasus ini tidak terputus begitu saja, dan pihaknya mendapat informasi kalau pelaku R yang dapat kabur itu mendapatkan sabu tersebut dari pria yang berinisial D (28) yang juga warga Banyiur Banjarmasin Barat, dengan cepat pihaknya pun membekuknya.

“Dari tangan pelaku D ini, kita berhasil mendapatkan paket sabu kecil sebanyak tujuh bungkus yang disimpan dalam kotok rokonya,” ujar perwira menengah polisi menyandang melati satu itu.

Menurut dia, pihaknya masih memburu pemasok narkoba kepada pelaku D, yang identitasnya sudah dikantongi. “Kita usahakan menangkap bandar besarnya, agar rantai pengedar narkoba ini tidak putus hanya sampai di tingkat tiga pengedar ini saja,” tegasnya.

Sementara itu, pengakuan pelaku MR yang lebih dulu ditangkap, dia mengambil barang sabu satu paket tersebut kepada pelaku S atas permintaan temannya. Yakni, minta diantarkan ke Colour Box Karoke di lantai dua.

“Tapi sebelum saya antara, saya ditangkap di lantai dasar tempat karoke itu. Saya dapat barang ini seharga Rp400 ribu perpaket,” ujarnya.

Pelaku ‘S’ yang merupakan ibu paruh baya itu mengakui barang yang dibawa pelaku MR itu didapat darinya, dan dia mendapat barang itu seharga Rp350 ribu perpaket dari pelaku R. “Ya, dapat untung Rp50 ribu. Baru saja melakukan pekerjaan ini,” akunya.

Sedangkan pelaku D mengakui pula kalau barang yang didapat pelaku R, kemudian dijual lagi kepeda pelaku S, dan terus ke pelaku MR secara berantai adalah miliknya. Dan menurut dia, barang itu dijualnya perpaket Rp300 ribu.

“Kalau saya belinya pergram seharga Rp1,5 juta, lalu saya pecah-pecah dalam paket kecil yang satu gramnya itu bisa menjadi tujuh paket, dengan harga Rp2 juta. Jadi saya mendapat untung Rp500 ribu,” ucapnya yang mengaku sudah tiga bulan menjadi pengedar itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Polisi Bekuk Pengedar Narkoba Secara Berantai di Banjarmasin

Jakarta, Aktual.co — Kepolisian Sektor Banjarmasin Utara membongkar sekaligus membekuk para pengedar narkoba jenis sabu yang mengedarkannya secara berantai atau dari tangan satu ketangan lainnya hingga ke pemakai di wilayah Banjarmasin.

Kepala Polsek Banjarmasin Utara Kompol Herry Purnomo ketika dikonfirmasi, Minggu (14/12), membenarkan hal itu, seraya membeberkan, pihaknya telah menangkap tiga pelaku pengedar narkoba tersebut.

“Ketiga pengedar barang haram itu kami tangkap Jumat (12/12) lalu, karena keterlibatan kepemilikan narkoba sebanyak tujuh paket jenis sabu dengan berat 2,03 gram. Peredaran sabu di tangan ketiganya secara berantai,” ungkapnya.

Ia menerangkan, awalnya jajaran Polsek Banjamasin Utara menangkap pelaku berinisial MR (17) warga Teluk Dalam Banjarmasin Barat dengan kepemilikan satu paket sabu, di Jalan Brigjen Hasan Basri (lantai dasar Colour Box Karoke) sekitar pukul 23.45 WITA.

Kemudian, lanjutnya, dikembangkan kasusnya untuk menangkap pelaku yang memberi sabu kepada MR, ternyata seorang perempuan paruh baya berinisial S (43) warga Banyiur Dalam Banjarmasin Barat. “Penangkapan masih di hari yang sama 12/12,” ungkapnya.

Setelah itu dikembangkan lagi kasusnya, yakni dimana pelaku S mendapatkan barang haram tersebut yang ternyata diakui pelaku S dari temannya yang juga seorang perempuan berinisial R (warga sekampung dengan S). “Sayang, pelaku R berhasil kabur saat kita mau tangkap,” paparnya.

Untungnya, kata dia, rantai kasus ini tidak terputus begitu saja, dan pihaknya mendapat informasi kalau pelaku R yang dapat kabur itu mendapatkan sabu tersebut dari pria yang berinisial D (28) yang juga warga Banyiur Banjarmasin Barat, dengan cepat pihaknya pun membekuknya.

“Dari tangan pelaku D ini, kita berhasil mendapatkan paket sabu kecil sebanyak tujuh bungkus yang disimpan dalam kotok rokonya,” ujar perwira menengah polisi menyandang melati satu itu.

Menurut dia, pihaknya masih memburu pemasok narkoba kepada pelaku D, yang identitasnya sudah dikantongi. “Kita usahakan menangkap bandar besarnya, agar rantai pengedar narkoba ini tidak putus hanya sampai di tingkat tiga pengedar ini saja,” tegasnya.

Sementara itu, pengakuan pelaku MR yang lebih dulu ditangkap, dia mengambil barang sabu satu paket tersebut kepada pelaku S atas permintaan temannya. Yakni, minta diantarkan ke Colour Box Karoke di lantai dua.

“Tapi sebelum saya antara, saya ditangkap di lantai dasar tempat karoke itu. Saya dapat barang ini seharga Rp400 ribu perpaket,” ujarnya.

Pelaku ‘S’ yang merupakan ibu paruh baya itu mengakui barang yang dibawa pelaku MR itu didapat darinya, dan dia mendapat barang itu seharga Rp350 ribu perpaket dari pelaku R. “Ya, dapat untung Rp50 ribu. Baru saja melakukan pekerjaan ini,” akunya.

Sedangkan pelaku D mengakui pula kalau barang yang didapat pelaku R, kemudian dijual lagi kepeda pelaku S, dan terus ke pelaku MR secara berantai adalah miliknya. Dan menurut dia, barang itu dijualnya perpaket Rp300 ribu.

“Kalau saya belinya pergram seharga Rp1,5 juta, lalu saya pecah-pecah dalam paket kecil yang satu gramnya itu bisa menjadi tujuh paket, dengan harga Rp2 juta. Jadi saya mendapat untung Rp500 ribu,” ucapnya yang mengaku sudah tiga bulan menjadi pengedar itu.

Artikel ini ditulis oleh:

‘Blusukan’ ke Negara Korea Selatan

Jakarta, Aktual.co —Bila K-Pop (Korean Pop) menjadi kosakata yang tidak asing didengar oleh generasi muda Indonesia, maka “blusukan” juga tak asing bagi pemimpin Korea Selatan (Korsel).

Setidaknya hal itu diungkapkan Presiden Korsel Park Geun-hye saat mengawali pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di Busan, Korea Selatan, Kamis (11/12) lalu .

“Saya dengar yang mulia blusukan dan e-blusukan, untuk menjalankan reformasi negaranya,” kata Presiden Park kepada Presiden Jokowi.

Blusukan berasal dari bahasa Jawa. Blusukan biasanya diartikan sebagai kegiatan menjelajahi suatu tempat.

Kata blusukan menjadi kosakata nasional saat Jokowi maju sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kata ini menjadi konsumsi media massa Ibu Kota. Dari Ibu Kota, kata ini ditransmisikan ke berbagai daerah.
 
Saat menjadi Gubernur inilah, Jokowi hampir setiap hari menemui masyarakatnya. Jokowi tidak segan masuk kolong, mendatangi kampung-kampung kumuh ataupun masuk pasar tradisional.

Kata blusukanpun kemudian beralih rupa, digunakan banyak media setiap Jokowi berkegiatan di luar hingga saat ini.
 
Di zaman pemerintahan sebelumnya dikenal istilah kunjungan kerja untuk kegiatan di luar, ke daerah ataupun ke luar negeri. Konsep kunjungan kerja boleh jadi terasa amat kaku bagi Presiden Jokowi yang lebih spontan.
 
Kini istilah blusukan lebih dikenal dibandingkan kunjungan kerja setiap Presiden Jokowi ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.

Seiring dengan kemajuan teknologi informsi, e-blusukan (blusukan elektronik) juga diperkenalkan dalam kegiatan Presiden. Para relawan Jokowi menjadi garda depan dalam kegiatan e-blusukan.

E-blusukan merupakan kegiatan bertemu masyarakat lewat fasilitas video jarak jauh dengan menggunakan jaringan internet.

Sehingga tanpa harus ke daerah, Presiden sudah dapat bertatap muka dan menyerap aspirasi.

Di masa sebelumnya sering pula di sebut “video conference”. Biasanya kegiatan ini dilakukan Presiden di Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Presiden Jokowi hingga saat ini setidaknya telah melaksanakan enam kali e-blusukan.
 
Negeri K-Pop Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan sejumlah menteri pada 10-12 Desember 2014 melakukan lawatannya atau blusukan ke Busan, Korea Selatan.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menjadi pendampingnya.

Sementara Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah menunggu di Negeri Ginseng tersebut.

Agenda utama Presiden di kota pelabuhan tersebut adalah menghadiri KTT Perayaan Dialog ASEAN-Korea yang ke-25 yang digelar di hari terakhir lawatan.

Namun seperti biasa, sebelum menghadiri KTT, Jokowi pun meninjau, berdialog dan melakukan serangkaian pertemuan dengan Presiden Korsel Park Geun-hye maupun kalangan pengusaha.

Di negeri inilah, Presiden Jokowi terkagum-kagum. Meski usia Korsel merdeka pada 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Indonesia merdeka, namun secara ekonomi dan teknologi, Korsel jauh melampaui Indonesia.

 Korsel yang tercabik-cabik karena perang Korea pada 1950-1953, mampu bangkit mengungguli banyak negara.

Di zaman ini, siapa yang tidak kenal Samsung? Produksi telepon selularnya mendunia, dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat di muka bumi ini, meninggalkan perusahaan-perusahaan Jepang, negara yang pernah menjajahnya.

Reformasi birokrasi di negeri ini juga dinilai sangat mumpuni. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengatakan, Korsel merupakan contoh teladan keberhasilan reformasi birokrasi.

E-governement yang kini tengah tumbuh di banyak negara, telah diterapkan negara tersebut dengan baik. Maka tak heran sejumlah negara di ASEAN, Singapura, Malaysia dan Singapura, menurut Yuddy, berguru ke Korsel.

Kapal Selam Kekaguman Jokowi atas keberhasilan Negeri Ginseng tersebut tidak bisa disembunyikan. Dalam sebuah kunjungan meninjau perusahaan pembuat kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Jokowi menuliskan di buku tamu, “Teknologi yang luar biasa”.

DSME yang berjarak sekitar 1,5 jam dari hotel tempat Presiden menginap di Busan, Korsel. Pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, dua jam sebelum pertemuan bilateral dengan Presiden Park.

Suhu di Busan waktu itu sekitar 7 derajat celsius. Sementara pukul 7 pagi, Busan tampak masih gelap. Di Busan saat itu, shalat Subuh sekitar pukul 06.00 waktu setempat.

Presiden meluncur ke DSME untuk melihat salah satu perusahaan terbesar dalam pembuatan kapal tersebut. Perusahaan yang berdiri pada 1970 tersebut, membuat berbagai rupa kapal, kapal penumpang, kapal minyak sampai dengan kapal selam.

Indonesia merupakan pemesan tiga kapal selam dari perusahaan ini. Bekerja sama dengan PT PAL, DSME membuat tiga kapal selam untuk keperluan militer berjenis Changbogo. Indonesia saat ini memiliki dua kapal selam produkis Jerman tahun 1981.
 
DSME yang memiliki kemampuan dan teknologi akan membuat dua kapal selam di pabriknya, sementara satu kapal lagi akan dibuat di galangan kapal PT PAL. Rencananya 2017 dan 2018, kapal selam tersebut akan dikirim.

Presiden Jokowi tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. “Itu luar biasa, luar biasa,” kata Presiden kepada wartawan di Pesawat Kepresidenan saat menuju Jakarta, Jumat (12/12) malam, mengungkapkan kekagumannya saat mengunjungi galangan pembuatan kapal selam DSME.

Presiden pun mengharapkan kerja sama antara PT PAL dan DSME akan dibarengi dengan transfer teknologi sehingga Indonesia juga mampu membuat kapal selam.

Kekurangan Insinyur Presiden Jokowi, seusai melihat berbagai kemajuan di Busan, dalam tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Korea Selatan, Kamis (11/12) malam mengatakan kekhawatirannya terhadap kurangnya insinyur (ahli teknik) di Indonesia dalam pembangunan.

Kekhawatiran itu kemudian diungkapkan pula kepada wartawan di pesawat kepresidenan saat menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (12/12) malam.

“Ini yang kita khawatirkan, kita akan menggarap infrastruktur, baik jalan tol, kereta api, dermaga, kemudian investor sudah masuk. Ketakutan dan kekahwatiran kita kekurangan SDM di bidang teknik, ini yang agak sedikit kita khawatirkan,” katanya.

Presiden pantas khawatir, karena tanpa ahli-ahli teknik, banyak pembangunan infrastruktur dan teknologi yang diagendakan besar-besaran akan sulit terealisir. Padahal, hal itu sangat dibutuhkan dalam menarik investasi.

Presiden sendiri di Busan telah bertemu dengan Presiden Korsel Park Geun-hye dan juga sejumlah pengusaha kelas kakap negara tersebut.

Presiden ingin memastikan kepada investor, Indonesia siap untuk menerima investasi. Persepsi tersebut telah diterima dengan positif oleh berbagai kalangan yang ditemui Presiden.

Untuk itu, pembangunan infrastruktur yang memadai tentu menjadi persoalan penting menyongsong para investor.

Menurut Menteri Koordinasi Perekonomian Sofyan Djalil saat ini tengah dihitung berapa besar kebutuhan untuk menyongsong percepatan pembangunan infrastruktur.

Dirinya mengatakan, pemerintah akan mengkaji upaya untuk mendorong agar para pelajar tertarik untuk memasuki fakultas-fakultas teknik.

Sementara itu, berita baik dari blusukan di Busan, menurut Menko Perekonomian, pekerja Indonesia yang bekerja di bidang teknik diakui oleh perusahaan-perusahaan Korsel.

Hal ini, menurut dia, disampaikan pengusaha Korsel saat bertemu Presiden di Busan. “Bahkan pekerja Indonesia dinilai lebih baik daripada pekerja Korsel,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

‘Blusukan’ ke Negara Korea Selatan

Jakarta, Aktual.co —Bila K-Pop (Korean Pop) menjadi kosakata yang tidak asing didengar oleh generasi muda Indonesia, maka “blusukan” juga tak asing bagi pemimpin Korea Selatan (Korsel).

Setidaknya hal itu diungkapkan Presiden Korsel Park Geun-hye saat mengawali pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di Busan, Korea Selatan, Kamis (11/12) lalu .

“Saya dengar yang mulia blusukan dan e-blusukan, untuk menjalankan reformasi negaranya,” kata Presiden Park kepada Presiden Jokowi.

Blusukan berasal dari bahasa Jawa. Blusukan biasanya diartikan sebagai kegiatan menjelajahi suatu tempat.

Kata blusukan menjadi kosakata nasional saat Jokowi maju sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kata ini menjadi konsumsi media massa Ibu Kota. Dari Ibu Kota, kata ini ditransmisikan ke berbagai daerah.
 
Saat menjadi Gubernur inilah, Jokowi hampir setiap hari menemui masyarakatnya. Jokowi tidak segan masuk kolong, mendatangi kampung-kampung kumuh ataupun masuk pasar tradisional.

Kata blusukanpun kemudian beralih rupa, digunakan banyak media setiap Jokowi berkegiatan di luar hingga saat ini.
 
Di zaman pemerintahan sebelumnya dikenal istilah kunjungan kerja untuk kegiatan di luar, ke daerah ataupun ke luar negeri. Konsep kunjungan kerja boleh jadi terasa amat kaku bagi Presiden Jokowi yang lebih spontan.
 
Kini istilah blusukan lebih dikenal dibandingkan kunjungan kerja setiap Presiden Jokowi ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.

Seiring dengan kemajuan teknologi informsi, e-blusukan (blusukan elektronik) juga diperkenalkan dalam kegiatan Presiden. Para relawan Jokowi menjadi garda depan dalam kegiatan e-blusukan.

E-blusukan merupakan kegiatan bertemu masyarakat lewat fasilitas video jarak jauh dengan menggunakan jaringan internet.

Sehingga tanpa harus ke daerah, Presiden sudah dapat bertatap muka dan menyerap aspirasi.

Di masa sebelumnya sering pula di sebut “video conference”. Biasanya kegiatan ini dilakukan Presiden di Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Presiden Jokowi hingga saat ini setidaknya telah melaksanakan enam kali e-blusukan.
 
Negeri K-Pop Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan sejumlah menteri pada 10-12 Desember 2014 melakukan lawatannya atau blusukan ke Busan, Korea Selatan.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menjadi pendampingnya.

Sementara Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah menunggu di Negeri Ginseng tersebut.

Agenda utama Presiden di kota pelabuhan tersebut adalah menghadiri KTT Perayaan Dialog ASEAN-Korea yang ke-25 yang digelar di hari terakhir lawatan.

Namun seperti biasa, sebelum menghadiri KTT, Jokowi pun meninjau, berdialog dan melakukan serangkaian pertemuan dengan Presiden Korsel Park Geun-hye maupun kalangan pengusaha.

Di negeri inilah, Presiden Jokowi terkagum-kagum. Meski usia Korsel merdeka pada 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Indonesia merdeka, namun secara ekonomi dan teknologi, Korsel jauh melampaui Indonesia.

 Korsel yang tercabik-cabik karena perang Korea pada 1950-1953, mampu bangkit mengungguli banyak negara.

Di zaman ini, siapa yang tidak kenal Samsung? Produksi telepon selularnya mendunia, dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat di muka bumi ini, meninggalkan perusahaan-perusahaan Jepang, negara yang pernah menjajahnya.

Reformasi birokrasi di negeri ini juga dinilai sangat mumpuni. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengatakan, Korsel merupakan contoh teladan keberhasilan reformasi birokrasi.

E-governement yang kini tengah tumbuh di banyak negara, telah diterapkan negara tersebut dengan baik. Maka tak heran sejumlah negara di ASEAN, Singapura, Malaysia dan Singapura, menurut Yuddy, berguru ke Korsel.

Kapal Selam Kekaguman Jokowi atas keberhasilan Negeri Ginseng tersebut tidak bisa disembunyikan. Dalam sebuah kunjungan meninjau perusahaan pembuat kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Jokowi menuliskan di buku tamu, “Teknologi yang luar biasa”.

DSME yang berjarak sekitar 1,5 jam dari hotel tempat Presiden menginap di Busan, Korsel. Pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, dua jam sebelum pertemuan bilateral dengan Presiden Park.

Suhu di Busan waktu itu sekitar 7 derajat celsius. Sementara pukul 7 pagi, Busan tampak masih gelap. Di Busan saat itu, shalat Subuh sekitar pukul 06.00 waktu setempat.

Presiden meluncur ke DSME untuk melihat salah satu perusahaan terbesar dalam pembuatan kapal tersebut. Perusahaan yang berdiri pada 1970 tersebut, membuat berbagai rupa kapal, kapal penumpang, kapal minyak sampai dengan kapal selam.

Indonesia merupakan pemesan tiga kapal selam dari perusahaan ini. Bekerja sama dengan PT PAL, DSME membuat tiga kapal selam untuk keperluan militer berjenis Changbogo. Indonesia saat ini memiliki dua kapal selam produkis Jerman tahun 1981.
 
DSME yang memiliki kemampuan dan teknologi akan membuat dua kapal selam di pabriknya, sementara satu kapal lagi akan dibuat di galangan kapal PT PAL. Rencananya 2017 dan 2018, kapal selam tersebut akan dikirim.

Presiden Jokowi tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. “Itu luar biasa, luar biasa,” kata Presiden kepada wartawan di Pesawat Kepresidenan saat menuju Jakarta, Jumat (12/12) malam, mengungkapkan kekagumannya saat mengunjungi galangan pembuatan kapal selam DSME.

Presiden pun mengharapkan kerja sama antara PT PAL dan DSME akan dibarengi dengan transfer teknologi sehingga Indonesia juga mampu membuat kapal selam.

Kekurangan Insinyur Presiden Jokowi, seusai melihat berbagai kemajuan di Busan, dalam tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Korea Selatan, Kamis (11/12) malam mengatakan kekhawatirannya terhadap kurangnya insinyur (ahli teknik) di Indonesia dalam pembangunan.

Kekhawatiran itu kemudian diungkapkan pula kepada wartawan di pesawat kepresidenan saat menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (12/12) malam.

“Ini yang kita khawatirkan, kita akan menggarap infrastruktur, baik jalan tol, kereta api, dermaga, kemudian investor sudah masuk. Ketakutan dan kekahwatiran kita kekurangan SDM di bidang teknik, ini yang agak sedikit kita khawatirkan,” katanya.

Presiden pantas khawatir, karena tanpa ahli-ahli teknik, banyak pembangunan infrastruktur dan teknologi yang diagendakan besar-besaran akan sulit terealisir. Padahal, hal itu sangat dibutuhkan dalam menarik investasi.

Presiden sendiri di Busan telah bertemu dengan Presiden Korsel Park Geun-hye dan juga sejumlah pengusaha kelas kakap negara tersebut.

Presiden ingin memastikan kepada investor, Indonesia siap untuk menerima investasi. Persepsi tersebut telah diterima dengan positif oleh berbagai kalangan yang ditemui Presiden.

Untuk itu, pembangunan infrastruktur yang memadai tentu menjadi persoalan penting menyongsong para investor.

Menurut Menteri Koordinasi Perekonomian Sofyan Djalil saat ini tengah dihitung berapa besar kebutuhan untuk menyongsong percepatan pembangunan infrastruktur.

Dirinya mengatakan, pemerintah akan mengkaji upaya untuk mendorong agar para pelajar tertarik untuk memasuki fakultas-fakultas teknik.

Sementara itu, berita baik dari blusukan di Busan, menurut Menko Perekonomian, pekerja Indonesia yang bekerja di bidang teknik diakui oleh perusahaan-perusahaan Korsel.

Hal ini, menurut dia, disampaikan pengusaha Korsel saat bertemu Presiden di Busan. “Bahkan pekerja Indonesia dinilai lebih baik daripada pekerja Korsel,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain