27 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40922

Klub Beladiri MMA: Tingkatkan Kebugaran dengan Teknik Mematikan

Jakarta, Aktual.co — Di Jakarta, ada klub Mixed Martial Arts (MMA) yang dipimpin oleh Linson Simanjuntak sebagai pelatih utama. Latihannya digelar setiap Jumat dan Sabtu, di gedung Artha Graha, Jakarta.

Mayoritas anggotanya adalah berprofesi sebagai petugas keamanan (security), dengan usia berkisar 20 hingga 50 tahun. Klub MMA ini sudah ada sejak setahun yang lalu.  Tujuannya yakni, meningkatkan kebugaran dan teknik bagi para personel.  
Sebelum memulai latihan, Linson menganjurkan kepada para anggota untuk mengecek denyut nadi. Alasannya, untuk mengetahui bagaimana member itu layak atau tidak melakoni MMA.  

“Caranya, 220 dikurangi usia. Dari situlah kita pengukurannya. Kalau sudah lebih dari 100, pasti saya akan kasih tahu ke dia kondisinya kurang baik. Mungkin istirahatnya kurang baik, atau sudah lelah,” terang Linson, di Jakata.

Linson menjelaskan, beberapa teknik dasar MMA yang wajib dipelajari anggota pemula. Seperti, memukul, menendang, membanting, dan mengunci lawan. Teknik-teknik diajarkan oleh pelatih misalnya, cuck, ambar, kimura, jap, straight, upper cut, bantingan pinggang, kayang, double single dan amerikana. Semua teknik MMA, menurutnya, berbahaya. Tapi hal itu tergantung kebutuhan.

Di tempat yang sama, Linson memberikan tips dan trik khusus untuk petarung pemula dalam menghadapi pertandingan. “Persiapan sebelum masuk ring, kita baca dulu karakter lawan. Dia cenderung di ground atau stand up. Kalau di ground, saya ajak stand up,” jelasnya kembali.

Setelah mencoba beladiri MMA, kata ia, anggota dapat merasakan manfaatnya yaitu, tubuh serta fisik yang fit dan bugar. “Dan, kemana saja saya lebih tenang. Tidak ada ketakutan, karena kena pukulan sering, kenapa harus takut. Malah saya lebih takut sama roh halus,” tandasnya.  

Artikel ini ditulis oleh:

Klub Beladiri MMA: Tingkatkan Kebugaran dengan Teknik Mematikan

Jakarta, Aktual.co — Di Jakarta, ada klub Mixed Martial Arts (MMA) yang dipimpin oleh Linson Simanjuntak sebagai pelatih utama. Latihannya digelar setiap Jumat dan Sabtu, di gedung Artha Graha, Jakarta.

Mayoritas anggotanya adalah berprofesi sebagai petugas keamanan (security), dengan usia berkisar 20 hingga 50 tahun. Klub MMA ini sudah ada sejak setahun yang lalu.  Tujuannya yakni, meningkatkan kebugaran dan teknik bagi para personel.  
Sebelum memulai latihan, Linson menganjurkan kepada para anggota untuk mengecek denyut nadi. Alasannya, untuk mengetahui bagaimana member itu layak atau tidak melakoni MMA.  

“Caranya, 220 dikurangi usia. Dari situlah kita pengukurannya. Kalau sudah lebih dari 100, pasti saya akan kasih tahu ke dia kondisinya kurang baik. Mungkin istirahatnya kurang baik, atau sudah lelah,” terang Linson, di Jakata.

Linson menjelaskan, beberapa teknik dasar MMA yang wajib dipelajari anggota pemula. Seperti, memukul, menendang, membanting, dan mengunci lawan. Teknik-teknik diajarkan oleh pelatih misalnya, cuck, ambar, kimura, jap, straight, upper cut, bantingan pinggang, kayang, double single dan amerikana. Semua teknik MMA, menurutnya, berbahaya. Tapi hal itu tergantung kebutuhan.

Di tempat yang sama, Linson memberikan tips dan trik khusus untuk petarung pemula dalam menghadapi pertandingan. “Persiapan sebelum masuk ring, kita baca dulu karakter lawan. Dia cenderung di ground atau stand up. Kalau di ground, saya ajak stand up,” jelasnya kembali.

Setelah mencoba beladiri MMA, kata ia, anggota dapat merasakan manfaatnya yaitu, tubuh serta fisik yang fit dan bugar. “Dan, kemana saja saya lebih tenang. Tidak ada ketakutan, karena kena pukulan sering, kenapa harus takut. Malah saya lebih takut sama roh halus,” tandasnya.  

Artikel ini ditulis oleh:

Pawai ‘Tikus Raksasa’ Berjubah ‘Uang’ Diarak ke Kridosono

Jakarta, Aktual.co — Seekor “tikus raksasa” dengan tinggi sekitar 3,5 meter yang mengenakan jubah dari lembaran “uang” pecahan Rp100.000 yang juga berukuran besar diarak menuju Stadion Kridosono Yogyakarta dalam pawai “Gropyokan”, Selasa (09/12).

“Pawai ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan ‘Gropyokan Korupsi’. Kegiatan ini digelar untuk memperingati Hari Antikorupsi Internasional yang diperingati setiap 9 Desember,” kata anggota panitia “Gropyokan Korupsi” Agung Kurniawan.

Tema Gropyokan Korupsi diartikan sebagai upaya seluruh masyarakat untuk bersama-sama melawan korupsi dengan serius. Gropyokan adalah istilah dalam Bahasa Jawa yang biasanya dipakai untuk memburu hama tikus di persawahan secara bersama-sama.

Di dalam kegiatan “Gropyokan Korupsi”, tikus juga menjadi simbol korupsi yang harus diberantas.

“Korupsi sudah menggerogoti negara ini dan harus segera diberantas. Slogan pemberantasan korupsi adalah ‘lihat, lawan dan laporkan’,” kata Agung.

Selain “tikus raksasa”, pawai tersebut diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai kelompok dan elemen masyarakat, di antaranya pasukan pengibar bendera, organisasi kepemudaan, kelompok kesenian, dan pasukan Keraton Yogyakarta.

Rute yang ditempuh peserta adalah dari Wisma LPP di Jalan Urip Sumoharjo, melalui Jalan Sudirman, simpang empat Gramedia, Jalan Suroto dan berakhir di Stadion Kridosono.

Pawai dari berbagai kelompok masyarakat tersebut diakhiri dengan penyerahan naskah proklamasi antikorupsi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Hal itu sebagai simbol bahwa warga telah menyerahkan wewenang dan kepercayaan untuk memberantas korupsi kepada lembaga negara itu,” katanya.

Isi dari naskah Proklamasi Rakyat Indonesia Antikorupsi tersebut adalah bahwa sesungguhnya tanpa kita sadari korupsi adalah bagian dari budaya Indonesia, berjanji akan memerangi korupsi mulai dari diri sendiri dan keluarga, dan menuntut, memaksa dan akan terus menekan negara, parlemen, pemuka agama, dan elemen masyarakat lain untuk menjadikan korupsi sebagai musuh bersama.

Seusai pawai, kegiatan dilanjutkan dengan konser musik yang menampilkan sejumlah band seperti Shaggy Dog, Superman is Dead, Jogja Hip Hop Foundation dan Gigi.

Di sela-sela konser, naskah proklamasi tersebut dibacakan secara bersama-sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Pawai ‘Tikus Raksasa’ Berjubah ‘Uang’ Diarak ke Kridosono

Jakarta, Aktual.co — Seekor “tikus raksasa” dengan tinggi sekitar 3,5 meter yang mengenakan jubah dari lembaran “uang” pecahan Rp100.000 yang juga berukuran besar diarak menuju Stadion Kridosono Yogyakarta dalam pawai “Gropyokan”, Selasa (09/12).

“Pawai ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan ‘Gropyokan Korupsi’. Kegiatan ini digelar untuk memperingati Hari Antikorupsi Internasional yang diperingati setiap 9 Desember,” kata anggota panitia “Gropyokan Korupsi” Agung Kurniawan.

Tema Gropyokan Korupsi diartikan sebagai upaya seluruh masyarakat untuk bersama-sama melawan korupsi dengan serius. Gropyokan adalah istilah dalam Bahasa Jawa yang biasanya dipakai untuk memburu hama tikus di persawahan secara bersama-sama.

Di dalam kegiatan “Gropyokan Korupsi”, tikus juga menjadi simbol korupsi yang harus diberantas.

“Korupsi sudah menggerogoti negara ini dan harus segera diberantas. Slogan pemberantasan korupsi adalah ‘lihat, lawan dan laporkan’,” kata Agung.

Selain “tikus raksasa”, pawai tersebut diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai kelompok dan elemen masyarakat, di antaranya pasukan pengibar bendera, organisasi kepemudaan, kelompok kesenian, dan pasukan Keraton Yogyakarta.

Rute yang ditempuh peserta adalah dari Wisma LPP di Jalan Urip Sumoharjo, melalui Jalan Sudirman, simpang empat Gramedia, Jalan Suroto dan berakhir di Stadion Kridosono.

Pawai dari berbagai kelompok masyarakat tersebut diakhiri dengan penyerahan naskah proklamasi antikorupsi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Hal itu sebagai simbol bahwa warga telah menyerahkan wewenang dan kepercayaan untuk memberantas korupsi kepada lembaga negara itu,” katanya.

Isi dari naskah Proklamasi Rakyat Indonesia Antikorupsi tersebut adalah bahwa sesungguhnya tanpa kita sadari korupsi adalah bagian dari budaya Indonesia, berjanji akan memerangi korupsi mulai dari diri sendiri dan keluarga, dan menuntut, memaksa dan akan terus menekan negara, parlemen, pemuka agama, dan elemen masyarakat lain untuk menjadikan korupsi sebagai musuh bersama.

Seusai pawai, kegiatan dilanjutkan dengan konser musik yang menampilkan sejumlah band seperti Shaggy Dog, Superman is Dead, Jogja Hip Hop Foundation dan Gigi.

Di sela-sela konser, naskah proklamasi tersebut dibacakan secara bersama-sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Merapat ke Jokowi, SBY Tak Mau Terancam

Jakarta, Aktual.co — Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna menenggarai pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah pertemuan politik yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
“Jokowi membutuhkan SBY untuk memperkuat Koalisi Indonesia Hebat (KIH), sementara SBY membutuh Jokowi untuk memberikan perlindungan politik maupun hukum kepada dirinya maupun keluarganya,” ujar Budyatna, Jakarta, Selasa (9/12).
Alasan SBY merapat ke Jokowi dan KIH karena Perppu Pilkada, menurut Budyatna, adalah sangat mengada-ada karena lahirnya UU Pilkada yang melahirkan aturan pilkada dipilih DPRD justru usulan SBY sendiri ketika berkuasa.
“UU Pilkada itu kan usulan pemerintah. Pemerintah saat itu SBY. Masak sekarang mereka menolak hal itu? Kenapa ketika paripurna Mendagri saat itu Gamawan Fauzi menerimanya? Selama pembahasan usulan UU dari pemerintah itu, perwakilan pemerintah juga hadir. Jadi aneh kalau SBY sekarang berlagak menolak UU Pemilukada dan mendukung Perppu,” paparnya.
Saat ini, baik Jokowi maupun SBY sedang dalam posisi tidak aman, sehingga mereka harus bekerja sama. Jokowi sebagai presiden posisinya sangat terancam dengan keberadaan KMP dan kalau berhasil menarik Partai Demokrat, maka posisi Jokowi akan lebih aman secara politik.
“Demikian juga SBY, posisinya sebagai ketua umum Partai Demokrat juga mulai terancam. Sudah mulai ada kader yang sudah menyinggung-nyinggung jabatan ketua umum yang dimiliki SBY saat ini dan juga keluarganya yang menguasai Partai Demokrat. Terlebih Sekjen Partai Demokrat yang juga putranya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas dalam berbagai kasus korupsi juga selalu disebut namanya. Dia perlu perlindungan sudah pasti.Jadi tidak ada kepentingan rakyat yang dibawa, hanya kepentingan pribadi,” imbuhnya.
SBY nampaknya juga khawatir kalau dirinya bertahan di KMP, Partai Demokrat dan dirinya akan mengalami nasib seperti PPP dan Partai Golkar dan para ketua umumnya yang terpecah. SBY, kata Budyatna mungkin berpikir, daripada lawan politiknya di internal Partai Demokrat yang merapat ke KIH dan Jokowi, lebih baik dirinya saja yang merapat.
“SBY kan lihat bagaimana PPP dan Golkar diacak-acak sama pemerintah dan lawan-lawan politik pemerintah di tubuh kedua partai itu dipersulit dengan munculnya pengurus-pengurus tandingan. Daripada yang merapat orang lain, maka SBY nampaknya berpikir kenapa bukan saya saja yang merapat sehingga dia berharap dengan dukungan KIH dan Jokowi, posisinya aman,” imbuhnya.
Selain itu, Jokowi dan SBY juga memiliki kesamaan lain. Mereka bukanlah sosok pemilik partai seperti Megawati di PDIP dan juga Prabowo Subianto di Partai Gerindra. Kedua sosok itu hanyalah anak kos di partainya sehingga posisinya menjadi tidak aman.
“SBY seperti diketahui bukanlan pendiri Partai Demokrat, begitu juga Jokowi di PDIP. Mereka menggunakan partai hanya untuk mencapai tujuan menjadi presiden meski merekalah yang membesarkan partai. Yang berdarah-darah dan berjuang untuk partai bukanlah kedua orang itu, tapi kader-kader lainnya.Dengan kesamaan ini maka ada chemistri antara keduanya,” imbuhnya.
Jokowi sendiri nampaknya perlu belajar dari SBY bagaimana mengambil alih partai yang tidak didirikannya dan menguasai partai tersebut.”Jadi PDIP dan Megawati juga harus hati-hati, satu saat Jokowi bisa mengambil alih PDIP seperti SBY mengklaim dirinya yang mendirikan Partai Demokrat. Trah Soekarno bisa diruntuhkan. Kalau Jokowi bisa mengacak-acak Partai Golkar, kenapa PDIP berpikir, dia tidak bisa mengacak-acak PDIP?,” ujarnya heran.
 Laporan: Adi Adrian

Artikel ini ditulis oleh:

Merapat ke Jokowi, SBY Tak Mau Terancam

Jakarta, Aktual.co — Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna menenggarai pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah pertemuan politik yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
“Jokowi membutuhkan SBY untuk memperkuat Koalisi Indonesia Hebat (KIH), sementara SBY membutuh Jokowi untuk memberikan perlindungan politik maupun hukum kepada dirinya maupun keluarganya,” ujar Budyatna, Jakarta, Selasa (9/12).
Alasan SBY merapat ke Jokowi dan KIH karena Perppu Pilkada, menurut Budyatna, adalah sangat mengada-ada karena lahirnya UU Pilkada yang melahirkan aturan pilkada dipilih DPRD justru usulan SBY sendiri ketika berkuasa.
“UU Pilkada itu kan usulan pemerintah. Pemerintah saat itu SBY. Masak sekarang mereka menolak hal itu? Kenapa ketika paripurna Mendagri saat itu Gamawan Fauzi menerimanya? Selama pembahasan usulan UU dari pemerintah itu, perwakilan pemerintah juga hadir. Jadi aneh kalau SBY sekarang berlagak menolak UU Pemilukada dan mendukung Perppu,” paparnya.
Saat ini, baik Jokowi maupun SBY sedang dalam posisi tidak aman, sehingga mereka harus bekerja sama. Jokowi sebagai presiden posisinya sangat terancam dengan keberadaan KMP dan kalau berhasil menarik Partai Demokrat, maka posisi Jokowi akan lebih aman secara politik.
“Demikian juga SBY, posisinya sebagai ketua umum Partai Demokrat juga mulai terancam. Sudah mulai ada kader yang sudah menyinggung-nyinggung jabatan ketua umum yang dimiliki SBY saat ini dan juga keluarganya yang menguasai Partai Demokrat. Terlebih Sekjen Partai Demokrat yang juga putranya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas dalam berbagai kasus korupsi juga selalu disebut namanya. Dia perlu perlindungan sudah pasti.Jadi tidak ada kepentingan rakyat yang dibawa, hanya kepentingan pribadi,” imbuhnya.
SBY nampaknya juga khawatir kalau dirinya bertahan di KMP, Partai Demokrat dan dirinya akan mengalami nasib seperti PPP dan Partai Golkar dan para ketua umumnya yang terpecah. SBY, kata Budyatna mungkin berpikir, daripada lawan politiknya di internal Partai Demokrat yang merapat ke KIH dan Jokowi, lebih baik dirinya saja yang merapat.
“SBY kan lihat bagaimana PPP dan Golkar diacak-acak sama pemerintah dan lawan-lawan politik pemerintah di tubuh kedua partai itu dipersulit dengan munculnya pengurus-pengurus tandingan. Daripada yang merapat orang lain, maka SBY nampaknya berpikir kenapa bukan saya saja yang merapat sehingga dia berharap dengan dukungan KIH dan Jokowi, posisinya aman,” imbuhnya.
Selain itu, Jokowi dan SBY juga memiliki kesamaan lain. Mereka bukanlah sosok pemilik partai seperti Megawati di PDIP dan juga Prabowo Subianto di Partai Gerindra. Kedua sosok itu hanyalah anak kos di partainya sehingga posisinya menjadi tidak aman.
“SBY seperti diketahui bukanlan pendiri Partai Demokrat, begitu juga Jokowi di PDIP. Mereka menggunakan partai hanya untuk mencapai tujuan menjadi presiden meski merekalah yang membesarkan partai. Yang berdarah-darah dan berjuang untuk partai bukanlah kedua orang itu, tapi kader-kader lainnya.Dengan kesamaan ini maka ada chemistri antara keduanya,” imbuhnya.
Jokowi sendiri nampaknya perlu belajar dari SBY bagaimana mengambil alih partai yang tidak didirikannya dan menguasai partai tersebut.”Jadi PDIP dan Megawati juga harus hati-hati, satu saat Jokowi bisa mengambil alih PDIP seperti SBY mengklaim dirinya yang mendirikan Partai Demokrat. Trah Soekarno bisa diruntuhkan. Kalau Jokowi bisa mengacak-acak Partai Golkar, kenapa PDIP berpikir, dia tidak bisa mengacak-acak PDIP?,” ujarnya heran.
 Laporan: Adi Adrian

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain