30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40957

M Nuh Laporkan Harta Kekayaan ke KPK

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh menyapa awak media saat tiba di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (9/12/2014). M Nuh hadir ke KPK untuk melaporkan harta kekayaan sebagai penyelenggara Negara (LHKPN) setelah menjabat jadi menteri. AKTUAL/JUNAIDI MAHBUB

“Kilas Balik Gerakan Rakyat Menolak Kenaikan Bahan Bakar Minyak”

Dari kiri ke kanan, Mantan Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat, Ketua Umum DPP Serikat Pekerja Nasional Iwan Kusmawan , Aktivis 80 Ferry Juliantono dan Akademisi Effendi Ghozali saat menjadi pembicara diskusi Publik di Jakarta, Selasa (9/12/2014). Diskusi tersebut mengambil tema “Kilas Balik Gerakan Rakyat Menolak Kenaikan Bahan Bakar Minyak” AKTUAL/MUNZIR

Cari Kehidupan Luar Angkasa, Astronom Bangun ‘Mata Langit Raksasa’

Jakarta, Aktual.co — Empat abad lalu sejarah mencatat tentang penemuan teleskop.  Sekarang, teleskop dikembangkan lebih besar dalam mengamati obyek penelitian lebih tajam ke luar angkasa.

Para peneliti mambangun sebuah teleskop raksasa yang diproyeksikan menjadi teleskop terbesar di dunia. Nama teleskop itu, European Extremely Large Telescope (E-ELT). 

Organisasi multinasional, European Southern Observatory, pada 4 Desember lalu, membangun teleskop tersebut yang menelan biaya sekitar 1 miliar Euro lebih atau 1,3 miliar dolar AS ( atau setara dengan Rp15 triliun, red). Proyek pembangunan itu akan selesai pada 2024, demikian Space melaporkan.

Teleskop optik tercanggih yang disebut ‘Mata Langit Raksasa’ ini mengusung infra merah. E-ELT akan menampilkan gambar terbaik hingga berkali-kali lipat, memberikan kemampuan yang tak tertandingi, dalam memperbesar obyek yang diteliti. 

Teleskop raksasa tersebut dibangun di atas gurun Cerro Armazones, 3.000 meter (10.000 kaki) dari kaki gunung Atacama di Chil. Gurun tersebut adalah salah satu wilayah terkering di Bumi dan dianggap sebagai salah satu tempat terbaik oleh ilmuwan dalam mengamati obeyek langit.

E-ELT akan menghasilkan penajaman 15 kali lipat ketimbang teleskop optik terbesar saat ini Teleskop Ruang Angkasa Hubble.

“Ke depannya, ilmu astronomi akan semakin maju,” kata Dr. Jay M. Pasachoff,  profesor astronomi di Williams College, Massachusetts.

“Kita berada di ilmu astronomi pada Milenium Baru,” ujar Pasachoff yang juga merangkap penulis kajian ilmiah, kepada The Huffington Post, dalam surat elektronik-nya, Selasa (09/12)

 “Dengan diameter raksasanya, ditambah dengan optik inovasi terbaru, kita akan lebih cepat mempelajari atmosfer Bumi. Selain itu, teleskop ini nantinya akan memberikan gambar rinci lebih jauh tentang Galaksi, termasuk Planet-planet sekitar dalam mencari kehidupan di luar sana (antariksa),” paparnya lagi.

Selain E-ELT, juga ada teleskop lainnya di Bumi. Seperti, Giant Magellan Telescope (GMT), yang akan dibangun di Las Campanas, Chili, yang siap beroperasi pada 2021 mendatang.

Dan, juga ada teleskop Thirty Meter Telescope (TMT), yang akan dibangun di kawasan Mauna Kea Hawai, pada 2022.

“Masih banyak yang harus kita lakukan untuk generasi muda saat ini dengan teleskop. Dan mereka sangat penting dalam melatih astronom muda yang ahli di masa mendatang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Cari Kehidupan Luar Angkasa, Astronom Bangun ‘Mata Langit Raksasa’

Jakarta, Aktual.co — Empat abad lalu sejarah mencatat tentang penemuan teleskop.  Sekarang, teleskop dikembangkan lebih besar dalam mengamati obyek penelitian lebih tajam ke luar angkasa.

Para peneliti mambangun sebuah teleskop raksasa yang diproyeksikan menjadi teleskop terbesar di dunia. Nama teleskop itu, European Extremely Large Telescope (E-ELT). 

Organisasi multinasional, European Southern Observatory, pada 4 Desember lalu, membangun teleskop tersebut yang menelan biaya sekitar 1 miliar Euro lebih atau 1,3 miliar dolar AS ( atau setara dengan Rp15 triliun, red). Proyek pembangunan itu akan selesai pada 2024, demikian Space melaporkan.

Teleskop optik tercanggih yang disebut ‘Mata Langit Raksasa’ ini mengusung infra merah. E-ELT akan menampilkan gambar terbaik hingga berkali-kali lipat, memberikan kemampuan yang tak tertandingi, dalam memperbesar obyek yang diteliti. 

Teleskop raksasa tersebut dibangun di atas gurun Cerro Armazones, 3.000 meter (10.000 kaki) dari kaki gunung Atacama di Chil. Gurun tersebut adalah salah satu wilayah terkering di Bumi dan dianggap sebagai salah satu tempat terbaik oleh ilmuwan dalam mengamati obeyek langit.

E-ELT akan menghasilkan penajaman 15 kali lipat ketimbang teleskop optik terbesar saat ini Teleskop Ruang Angkasa Hubble.

“Ke depannya, ilmu astronomi akan semakin maju,” kata Dr. Jay M. Pasachoff,  profesor astronomi di Williams College, Massachusetts.

“Kita berada di ilmu astronomi pada Milenium Baru,” ujar Pasachoff yang juga merangkap penulis kajian ilmiah, kepada The Huffington Post, dalam surat elektronik-nya, Selasa (09/12)

 “Dengan diameter raksasanya, ditambah dengan optik inovasi terbaru, kita akan lebih cepat mempelajari atmosfer Bumi. Selain itu, teleskop ini nantinya akan memberikan gambar rinci lebih jauh tentang Galaksi, termasuk Planet-planet sekitar dalam mencari kehidupan di luar sana (antariksa),” paparnya lagi.

Selain E-ELT, juga ada teleskop lainnya di Bumi. Seperti, Giant Magellan Telescope (GMT), yang akan dibangun di Las Campanas, Chili, yang siap beroperasi pada 2021 mendatang.

Dan, juga ada teleskop Thirty Meter Telescope (TMT), yang akan dibangun di kawasan Mauna Kea Hawai, pada 2022.

“Masih banyak yang harus kita lakukan untuk generasi muda saat ini dengan teleskop. Dan mereka sangat penting dalam melatih astronom muda yang ahli di masa mendatang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Bisnis Gas Pertamina Dialihkan, Pemerintah Tidak Pro Kepentingan Bangsa

Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina (Persero) telah melakukan perampingan jumlah direksi menjadi tujuh orang dari sebelumnya mencapai sembilan orang. Dengan perampingan tersebut, Pertamina pun menghapus jabatan direktur pengelolaan gas. Akibatnya, banyak spekulasi mencuat dari berbagai pihak bahwa bisnis gas Pertamina akan dialihkan ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Ferdinand Hutahaean, jika spekulasi tersebut benar terjadi maka bisa dikatakan visi misi Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said serta Dirut Pertamina Dwi Soetjipto tidak pro terhadap kepentingan bangsa.

“Inilah yang sangat disayangkan bahwa visi misi Menteri BUMN dan Menteri ESDM dan Dirut Pertamina tidak pro pada kepentingan bangsa,” kata Ferdinand saat dihubungi Aktual.co, Jakarta, Selasa (9/12).

Dikatakannya, agenda seharusnya yang diusung oleh tiga orang tersebut adalah agenda zero impor terhadap kebutuhan nasional kita.

“Ini adalah agenda untuk menyuburkan kepentingan kelompok mafia yang bermain. Bagus saja sebetulnya jika jabatan Direktur pengelolaan Gas itu dihapus, tapi tidak dengan menghapus fungsi pengolahan gas di Pertamina,” ujarnya.

Ia menambahkan, Rini dan Sudirman selaku Menteri seharusnya lebih mendorong pada Pertamina agar menjadi jantung utama pemenuhan kebutuhan minyak dan gas Nasional.

“Bukan malah mengerdilkan Pertamina dengan memberikan gas pada PGN yang sudah dimiliki oleh publik sahamnya hingga 47 persen. Ini upaya pelemahan Pertamina dan pengerdilan Pertamina yang dilakukan oleh Menteri dan Dirut pertamina,” tukasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Bisnis Gas Pertamina Dialihkan, Pemerintah Tidak Pro Kepentingan Bangsa

Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina (Persero) telah melakukan perampingan jumlah direksi menjadi tujuh orang dari sebelumnya mencapai sembilan orang. Dengan perampingan tersebut, Pertamina pun menghapus jabatan direktur pengelolaan gas. Akibatnya, banyak spekulasi mencuat dari berbagai pihak bahwa bisnis gas Pertamina akan dialihkan ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Ferdinand Hutahaean, jika spekulasi tersebut benar terjadi maka bisa dikatakan visi misi Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said serta Dirut Pertamina Dwi Soetjipto tidak pro terhadap kepentingan bangsa.

“Inilah yang sangat disayangkan bahwa visi misi Menteri BUMN dan Menteri ESDM dan Dirut Pertamina tidak pro pada kepentingan bangsa,” kata Ferdinand saat dihubungi Aktual.co, Jakarta, Selasa (9/12).

Dikatakannya, agenda seharusnya yang diusung oleh tiga orang tersebut adalah agenda zero impor terhadap kebutuhan nasional kita.

“Ini adalah agenda untuk menyuburkan kepentingan kelompok mafia yang bermain. Bagus saja sebetulnya jika jabatan Direktur pengelolaan Gas itu dihapus, tapi tidak dengan menghapus fungsi pengolahan gas di Pertamina,” ujarnya.

Ia menambahkan, Rini dan Sudirman selaku Menteri seharusnya lebih mendorong pada Pertamina agar menjadi jantung utama pemenuhan kebutuhan minyak dan gas Nasional.

“Bukan malah mengerdilkan Pertamina dengan memberikan gas pada PGN yang sudah dimiliki oleh publik sahamnya hingga 47 persen. Ini upaya pelemahan Pertamina dan pengerdilan Pertamina yang dilakukan oleh Menteri dan Dirut pertamina,” tukasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Berita Lain