28 Desember 2025
Beranda blog Halaman 86

Zulhas Sebut Pemerintah Hapus Utang KUR Petani Terdampak Bencana Sumatera

Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan saat jumpa pers, Jumat (31/1/2025). ANTARA/Maria Cicilia Galuh

Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, memastikan pemerintah akan mengeksekusi instruksi Presiden Prabowo Subianto terkait penghapusan utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani yang terdampak bencana di Sumatera. Arahan itu disampaikan langsung Presiden ketika meninjau area pertanian yang rusak akibat banjir dan tanah longsor.

“Semua (KUR petani dihapus) yang terkena dampak bencana ya, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Bencana alam itu tentu semua yang utang-piutang, pinjaman hapus ya,” ujar Zulkifli Hasan yang akrab disapa Zulhas, di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Ketua Umum PAN itu menegaskan bahwa Presiden Prabowo sangat memberi perhatian terhadap sektor pertanian. Karena itu, pemerintah juga akan mempercepat perbaikan infrastruktur pertanian, termasuk irigasi dan bendungan yang rusak di tiga provinsi tersebut.

Meski kebijakan penghapusan KUR sudah dipastikan, Zulhas mengaku belum dapat merinci jumlah petani penerima manfaat maupun total nilai kredit yang akan dihapus.

Selain pemulihan sektor pertanian, pemerintah juga terus mengupayakan pemenuhan kebutuhan warga terdampak bencana. Salah satunya dengan memperbesar pasokan pangan.

“Kami juga memastikan pengiriman cadangan pangan dari Bulog dua kali lipat,” tegasnya.

Pemerintah berharap langkah terpadu mulai dari penanganan bencana, distribusi pangan, hingga perbaikan jangka panjang dapat mempercepat pemulihan masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

(RACHMA PUTRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

DPR Pertanyakan Kinerja Pertamina Soal Kelangkaan BBM di Sumut

Jakarta, aktual.com – Anggota Komisi VII DPR RI Bane Raja Manalu mempertanyakan kinerja Pertamina soal kelangkaan bahan bakar minyak atau BBM setelah terjadinya bencana di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara.

Menurut ia, kelangkaan BBM masih terjadi setelah dua pekan sejak terjadinya bencana hingga menghambat distribusi bantuan dan mobilitas masyarakat. Pertamina harus serius menangani agar kondisi tidak lebih memburuk.

“Sudah dua pekan sejak bencana terjadi, masalah kelangkaan BBM masih belum teratasi. Bantuan untuk korban bencana terhambat, aktivitas warga terhambat,” kata Bane dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (8/12).

Dia mengatakan penanganan bencana akan efektif ketika BBM tersedia. Maka, dia meminta Pertamina untuk kerja ekstra menghadirkan solusi nyata, termasuk memastikan ketersediaan BBM pada momentum Hari Raya Natal dan tahun baru.

“Maka pengadaan BBM ke Sumut harus dilakukan dengan segala upaya. Susah lewat darat, lewat laut. Susah lewat laut, tempuh lewat udara. Ini bukan kondisi normal, harus kerja ekstra,” katanya.

Menurut ia, kondisi kelangkaan BBM di beberapa daerah di Sumatera Utara sudah sangat memprihatinkan. Antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bisa mencapai lebih dari lima jam hanya untuk menunggu giliran isi BBM.

Kalaupun mencari alternatif, menurut ia, masyarakat diberatkan dengan harga BBM eceran yang bisa melambung hingga dua kali lipat. Hal itu terjadi di Kabupaten Dairi dan Kota Pematangsiantar dengan harga pertalite sekitar Rp20.000 hingga Rp25.000 per liter, dan solar Rp12.000 hingga Rp15.000 per liter.

“Layak kita mempertanyakan kinerja Pertamina. Jika tak mampu kerja sebaiknya direksi Pertamina dievaluasi,” katanya.

Ia pun mengingatkan bahwa jika ketersediaan BBM bermasalah maka mobilitas terhambat. Lalu jika tidak segera ditangani, akan mempengaruhi stabilitas harga bahan-bahan pokok.

“Masalah BBM ini jangan diremehkan karena dampaknya akan mempengaruhi banyak hal, utamanya untuk penanganan di lokasi bencana dan percepatan pemulihan dampaknya,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Kejar Target Pajak Nasional Rp614 Triliun, DJP Larang Cuti Desember 2025

Ilustrasi pajak. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, aktual.com – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan kembali mengetatkan disiplin internal guna mengejar target penerimaan pajak 2025. Nota Dinas Dirjen Pajak Nomor ND-338/PJ/PJ.01/2025 yang beredar dan diunggah akun Instagram @pajaksmart menegaskan larangan cuti bagi seluruh pimpinan unit selama Desember 2025.

Kebijakan tersebut diteken pada 2 Desember 2025 dan berlaku untuk seluruh jajaran DJP di Indonesia. Langkah ini diambil untuk memastikan layanan pajak tetap optimal pada periode krusial penghujung tahun.

Dalam nota itu ditegaskan: “Dalam rangka pengamanan target penerimaan pajak 2025, seluruh pimpinan unit di lingkungan DJP diminta untuk tidak mengajukan cuti tahunan pada Desember 2025.”

Meski demikian, DJP tetap membuka ruang pengecualian bagi cuti terkait hari besar keagamaan dan kebutuhan mendesak yang tidak dapat dihindari. Para pimpinan unit juga diinstruksikan mempertimbangkan capaian kinerja dalam menyetujui cuti pegawai.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP, Rosmauli, mengatakan pengaturan cuti pada akhir tahun merupakan prosedur rutin untuk menjaga kualitas layanan.
“Ini bagian dari manajemen kepegawaian internal. Setiap akhir tahun, DJP memang menata ulang jadwal pegawai agar pelayanan tidak terganggu,” ujarnya.

Target Pajak Masih Jauh dari Realisasi

Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan pajak hingga akhir Oktober baru mencapai Rp1.459 triliun, atau 70,3% dari target APBN sebesar Rp2.076,9 triliun. Artinya, pemerintah masih harus mengejar sekitar Rp614 triliun hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.

Meski tantangan berat, DJP tetap optimistis target penerimaan dapat tercapai. Dirjen Pajak Bimo Wijayanto memaparkan strategi percepatan dalam rapat bersama Komisi XI DPR pada 24 November.

Menurut Bimo, DJP akan menggenjot penerimaan melalui: Dinamisasi kewajiban pembayaran pajak di sektor-sektor yang tumbuh positif. Optimalisasi kegiatan pengawasan, pemeriksaan, penegakan hukum, dan penagihan sejak awal tahun. Penguatan koordinasi dengan aparat penegak hukum dalam penanganan tindak pidana perpajakan, korupsi, dan pencucian uang. Peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui implementasi sistem inti perpajakan Coretax.

Dengan kombinasi kebijakan internal dan strategi operasional tersebut, DJP berharap laju penerimaan pajak dapat terdorong maksimal hingga tutup tahun.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Genjot Layanan Mobilitas, Bank Saqu Gaet Konsumen di Astra Auto Fest 2025

Jakarta, Aktual.com – Bank Saqu semakin menunjukkan agresivitasnya dalam membidik layanan keuangan di sektor otomotif. Langkah tersebut ditegaskan lewat partisipasi bank digital itu pada Astra Auto Fest 2025 yang berlangsung 4–7 Desember 2025 di Astra Biz Center BSD.

Sebagai bank digital yang membidik generasi produktif, Bank Saqu menghadirkan beragam fitur pengelolaan keuangan yang diklaim relevan untuk keputusan pembelian kendaraan hingga perawatan mobilitas jangka panjang. Fitur‐fitur seperti Tabungmatic, Busposito, pembukaan rekening instan, transaksi QRIS, serta pengelolaan pos pengeluaran disebut memudahkan konsumen merancang kebutuhan mobilitas secara lebih terstruktur.

Plt Presiden Direktur Bank Saqu, Leka Madiadipoera, menegaskan bahwa keputusan mobilitas masa kini tidak lagi hanya soal kendaraan, tetapi juga kesiapan finansial konsumen.

“Industri otomotif dan finansial kini semakin terhubung. Keputusan mobilitas bergeser, dimulai dari riset, simulasi, hingga perencanaan keuangan yang berlangsung secara instan,” ujarnya, Senin (8/12).

Selain mengedepankan solusi finansial untuk sektor otomotif, Bank Saqu juga membawa pendekatan gaya hidup aktif sebagai bagian dari strategi brand. Lewat komunitas Sunrise Society, bank ini mendorong pesan bahwa literasi dan pengelolaan keuangan yang sehat sejalan dengan ritme hidup produktif.

Komunitas yang dibentuk pada Juli 2025 itu kini telah memiliki lebih dari 1.103 anggota dan turut meramaikan gelaran Astra Auto Fest 2025 melalui sejumlah aktivitas.

“Dengan membawa Bank Saqu Sunrise Society ke Astra Auto Fest, kami ingin menunjukkan bahwa mobilitas, kebiasaan hidup aktif, dan kesiapan finansial saling berkaitan dalam mendukung keputusan konsumen,” tutup Leka.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

IHSG Dibuka Menguat 43 Poin, Mayoritas Saham Bergerak Hijau

Jakarta, Aktual.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Senin (8/12) dengan reli. IHSG dibuka melonjak 43,96 poin atau 0,51 persen ke level 8.676,72 dan bergerak di zona hijau pada kisaran 8.660–8.682.

Pada menit-menit awal, tercatat 1,76 juta saham telah ditransaksikan dengan nilai perdagangan mencapai Rp688,89 miliar dari 104.721 kali transaksi. Sebanyak 356 saham menguat, 114 saham melemah, dan 209 saham stagnan.

Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan melanjutkan penguatan dengan pergerakan pada level support 8.565 dan resistance 8.689.

Secara teknikal, indikator IHSG masih menunjukkan sinyal positif. Reliance menyebut candle terakhir membentuk black spinning top, namun posisinya tetap berada di atas MA5 dan MA20, sementara MACD mencatatkan golden cross.

“Dengan demikian, IHSG hari ini berpotensi melanjutkan penguatan,” tulis Reliance dalam riset hariannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

SOROTAN: Desersi Pemimpin dari Bencana Sumatera di Tengah Doa

Bupati Aceh Selatan Mirwan MS pergi umrah ke Tanah Suci saat masyarakatnya dilanda banjir. (Foto: Threads)
Bupati Aceh Selatan Mirwan MS pergi umrah ke Tanah Suci saat masyarakatnya dilanda banjir. (Foto: Threads)

Islam tidak pernah memuji perjalanan spiritual yang meninggalkan manusia dalam penderitaan. Kesalehan bukan ritual yang terpisah dari tangis rakyat. Ketika rumah hanyut, ayat yang paling mulia bukan di Kakbah, tapi di lumpur, bersama mereka yang kehilangan segalanya.

Dalam budaya kita, ibadah acapkali dipahami sebagai pendakian ke langit, padahal puncak dari ibadah justru ketika kaki menjejak tanah dan tangan mengangkat manusia dari kesusahan.

Di tengah banjir besar di Sumatera, konsep ini diuji secara brutal oleh realitas. Bukan seberapa jauh seorang pemimpin berjalan menuju tanah suci, tetapi seberapa cepat ia berlari menuju rakyat saat bencana datang.

Ironinya, di tengah ribuan rumah rusak, pengungsi tidur di lantai basah tanpa selimut, Bupati Aceh Selatan Mirwan MS memilih melakukan ibadah umrah bersama keluarganya, saat wilayahnya sedang dalam status tanggap darurat banjir dan longsor.

Tindakan ini memancing kemarahan publik dan teguran keras dari Presiden Prabowo Subianto, yang menyebutnya mirip desersi, istilah militer untuk tentara yang melarikan diri saat anak buah dalam bahaya.

“Kalau yang mau lari, lari saja, dicopot Mendagri bisa,” kata Prabowo saat rapat percepatan penanganan bencana di Aceh Besar, 7 Desember.

Penegasan itu bukan sekadar ancaman politik, tetapi sinyal moral. Di tengah bencana, pemimpin tidak punya kemewahan untuk memilih ibadah sunah sementara rakyat menjalani ujian hidup yang tidak sunah untuk mereka alami.

Sebelum pergi umrah, Mirwan menerbitkan surat ketidaksanggupan menangani tanggap darurat, mengakui dirinya tidak mampu menjalankan tugas. Namun kemustahilan moral terjadi ketika pengakuan itu justru dijawab dengan perjalanan spiritual, bukan pengunduran diri atau penyerahan komando kepada pejabat yang sanggup.

Gubernur Aceh bahkan sudah menolak izin perjalanan luar negeri itu, namun Mirwan tetap berangkat. Partainya pun akhirnya memecatnya. Dari sini, tampak wajah ironis politik kita. Amanah diserahkan oleh rakyat, tetapi prioritas diserahkan kepada kamera di Kakbah.

Di tingkat nasional, kontroversi lain justru lahir dari pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang menyebut situasi mencekam akibat banjir di Sumatera terlihat hanya di media sosial.

Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan besar. Apakah penderitaan seorang ibu yang kehilangan anaknya hanya karena direkam kamera ponsel? Apakah longsor yang menghancurkan kampung hanya nyata jika trending di linimasa?

Kritik paling pedas datang dari ruang sidang Mahkamah Konstitusi. Saldi Isra, hakim MK yang berasal dari daerah bencana, menyatakan “bencana itu mencekam bukan di media sosial, tetapi di kampung saya sendiri”. Pernyataan Saldi adalah tamparan moral. Empati tidak diukur dari algoritma, tanggung jawab tidak diukur dari statistik viewer, dan keterpanggilan moral tidak diperintah oleh trending topic.

Setelah kecaman publik, Kepala BNPB meminta maaf. Namun permintaan maaf tidak mengurangi luka awal. Penderitaan rakyat sempat dipersepsikan sebagai ilusi digital. Bahkan jika itu slip verbal, slip tersebut terjadi karena cara pandang struktural, bahwa negara terbiasa melihat bencana sebagai tabel, laporan, dan presentasi.

Sementara bagi warga, bencana adalah kehilangan harta, tanah, sejarah keluarga, dan dalam beberapa kasus, kehilangan nama di kartu keluarga.

Lebih jauh, bencana kini mulai menjadi panggung pencitraan. Figur publik datang dengan rompi taktis, berpose dan membuat vlog bantuan sambil tersenyum. Pola ini sama, tragedi menjadi panggung visual, bukan momentum introspeksi.

Ada menteri yang datang sambil membawa tim kamera, ada public figure yang bergaya layaknya aktor perang, ada politisi yang seolah ingin menulis narasi heroik dari lumpur yang tidak pernah benar-benar menyentuh jiwa mereka. Fenomena ini bukan sekadar lucu, tapi berbahaya. Ia mengikis batas antara solidaritas dan eksibisi.

Editorial ini tidak sedang mempersoalkan ibadah atau agama. Justru sebaliknya, tapi ingin mengembalikan agama ke posisi aslinya. Bahwa ibadah tanpa kepedulian sosial adalah kebohongan yang dibungkus kain ihram.

Dalam teologi Al-Qur’an, pendusta agama bukan orang yang tidak salat, tetapi orang yang salat sambil membiarkan anak yatim kelaparan. Itulah inti Al-Ma’un. Ayat itu tidak memukul ateis, tetapi memukul munafik sosial. Mereka yang menjadikan agama sebagai pakaian, bukan perbuatan.

Kepemimpinan dalam bencana adalah ujian moral paling telanjang. Tidak ada podium yang bisa menyembunyikan pelarian, tidak ada doa yang bisa menutupi kelalaian, tidak ada foto umrah yang bisa mengganti air mata pengungsi.

Menolong orang dalam bahaya hukumnya wajib, sementara umrah hukumnya sunah. Artinya, dalam skala prioritas, ada dosa yang lahir bukan dari kejahatan aktif, tapi dari ketidakhadiran. Ketika banjir datang, umrah bisa ditunda. Nyawa tidak.

Indonesia tidak kekurangan doa, tetapi sering kekurangan kehadiran pemimpin. Islam tidak pernah memuji perjalanan spiritual yang meninggalkan manusia dalam penderitaan. Dan sebuah republik tidak akan pernah selamat jika pemimpinnya lebih peduli pada wanginya kamera dibanding lumpurnya kenyataan.

Artikel ini ditulis oleh:

Andry Haryanto

Berita Lain