28 Desember 2025
Beranda blog Halaman 87

IHSG Dibuka Menguat 43 Poin, Mayoritas Saham Bergerak Hijau

Jakarta, Aktual.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Senin (8/12) dengan reli. IHSG dibuka melonjak 43,96 poin atau 0,51 persen ke level 8.676,72 dan bergerak di zona hijau pada kisaran 8.660–8.682.

Pada menit-menit awal, tercatat 1,76 juta saham telah ditransaksikan dengan nilai perdagangan mencapai Rp688,89 miliar dari 104.721 kali transaksi. Sebanyak 356 saham menguat, 114 saham melemah, dan 209 saham stagnan.

Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan melanjutkan penguatan dengan pergerakan pada level support 8.565 dan resistance 8.689.

Secara teknikal, indikator IHSG masih menunjukkan sinyal positif. Reliance menyebut candle terakhir membentuk black spinning top, namun posisinya tetap berada di atas MA5 dan MA20, sementara MACD mencatatkan golden cross.

“Dengan demikian, IHSG hari ini berpotensi melanjutkan penguatan,” tulis Reliance dalam riset hariannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

SOROTAN: Desersi Pemimpin dari Bencana Sumatera di Tengah Doa

Bupati Aceh Selatan Mirwan MS pergi umrah ke Tanah Suci saat masyarakatnya dilanda banjir. (Foto: Threads)
Bupati Aceh Selatan Mirwan MS pergi umrah ke Tanah Suci saat masyarakatnya dilanda banjir. (Foto: Threads)

Islam tidak pernah memuji perjalanan spiritual yang meninggalkan manusia dalam penderitaan. Kesalehan bukan ritual yang terpisah dari tangis rakyat. Ketika rumah hanyut, ayat yang paling mulia bukan di Kakbah, tapi di lumpur, bersama mereka yang kehilangan segalanya.

Dalam budaya kita, ibadah acapkali dipahami sebagai pendakian ke langit, padahal puncak dari ibadah justru ketika kaki menjejak tanah dan tangan mengangkat manusia dari kesusahan.

Di tengah banjir besar di Sumatera, konsep ini diuji secara brutal oleh realitas. Bukan seberapa jauh seorang pemimpin berjalan menuju tanah suci, tetapi seberapa cepat ia berlari menuju rakyat saat bencana datang.

Ironinya, di tengah ribuan rumah rusak, pengungsi tidur di lantai basah tanpa selimut, Bupati Aceh Selatan Mirwan MS memilih melakukan ibadah umrah bersama keluarganya, saat wilayahnya sedang dalam status tanggap darurat banjir dan longsor.

Tindakan ini memancing kemarahan publik dan teguran keras dari Presiden Prabowo Subianto, yang menyebutnya mirip desersi, istilah militer untuk tentara yang melarikan diri saat anak buah dalam bahaya.

“Kalau yang mau lari, lari saja, dicopot Mendagri bisa,” kata Prabowo saat rapat percepatan penanganan bencana di Aceh Besar, 7 Desember.

Penegasan itu bukan sekadar ancaman politik, tetapi sinyal moral. Di tengah bencana, pemimpin tidak punya kemewahan untuk memilih ibadah sunah sementara rakyat menjalani ujian hidup yang tidak sunah untuk mereka alami.

Sebelum pergi umrah, Mirwan menerbitkan surat ketidaksanggupan menangani tanggap darurat, mengakui dirinya tidak mampu menjalankan tugas. Namun kemustahilan moral terjadi ketika pengakuan itu justru dijawab dengan perjalanan spiritual, bukan pengunduran diri atau penyerahan komando kepada pejabat yang sanggup.

Gubernur Aceh bahkan sudah menolak izin perjalanan luar negeri itu, namun Mirwan tetap berangkat. Partainya pun akhirnya memecatnya. Dari sini, tampak wajah ironis politik kita. Amanah diserahkan oleh rakyat, tetapi prioritas diserahkan kepada kamera di Kakbah.

Di tingkat nasional, kontroversi lain justru lahir dari pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang menyebut situasi mencekam akibat banjir di Sumatera terlihat hanya di media sosial.

Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan besar. Apakah penderitaan seorang ibu yang kehilangan anaknya hanya karena direkam kamera ponsel? Apakah longsor yang menghancurkan kampung hanya nyata jika trending di linimasa?

Kritik paling pedas datang dari ruang sidang Mahkamah Konstitusi. Saldi Isra, hakim MK yang berasal dari daerah bencana, menyatakan “bencana itu mencekam bukan di media sosial, tetapi di kampung saya sendiri”. Pernyataan Saldi adalah tamparan moral. Empati tidak diukur dari algoritma, tanggung jawab tidak diukur dari statistik viewer, dan keterpanggilan moral tidak diperintah oleh trending topic.

Setelah kecaman publik, Kepala BNPB meminta maaf. Namun permintaan maaf tidak mengurangi luka awal. Penderitaan rakyat sempat dipersepsikan sebagai ilusi digital. Bahkan jika itu slip verbal, slip tersebut terjadi karena cara pandang struktural, bahwa negara terbiasa melihat bencana sebagai tabel, laporan, dan presentasi.

Sementara bagi warga, bencana adalah kehilangan harta, tanah, sejarah keluarga, dan dalam beberapa kasus, kehilangan nama di kartu keluarga.

Lebih jauh, bencana kini mulai menjadi panggung pencitraan. Figur publik datang dengan rompi taktis, berpose dan membuat vlog bantuan sambil tersenyum. Pola ini sama, tragedi menjadi panggung visual, bukan momentum introspeksi.

Ada menteri yang datang sambil membawa tim kamera, ada public figure yang bergaya layaknya aktor perang, ada politisi yang seolah ingin menulis narasi heroik dari lumpur yang tidak pernah benar-benar menyentuh jiwa mereka. Fenomena ini bukan sekadar lucu, tapi berbahaya. Ia mengikis batas antara solidaritas dan eksibisi.

Editorial ini tidak sedang mempersoalkan ibadah atau agama. Justru sebaliknya, tapi ingin mengembalikan agama ke posisi aslinya. Bahwa ibadah tanpa kepedulian sosial adalah kebohongan yang dibungkus kain ihram.

Dalam teologi Al-Qur’an, pendusta agama bukan orang yang tidak salat, tetapi orang yang salat sambil membiarkan anak yatim kelaparan. Itulah inti Al-Ma’un. Ayat itu tidak memukul ateis, tetapi memukul munafik sosial. Mereka yang menjadikan agama sebagai pakaian, bukan perbuatan.

Kepemimpinan dalam bencana adalah ujian moral paling telanjang. Tidak ada podium yang bisa menyembunyikan pelarian, tidak ada doa yang bisa menutupi kelalaian, tidak ada foto umrah yang bisa mengganti air mata pengungsi.

Menolong orang dalam bahaya hukumnya wajib, sementara umrah hukumnya sunah. Artinya, dalam skala prioritas, ada dosa yang lahir bukan dari kejahatan aktif, tapi dari ketidakhadiran. Ketika banjir datang, umrah bisa ditunda. Nyawa tidak.

Indonesia tidak kekurangan doa, tetapi sering kekurangan kehadiran pemimpin. Islam tidak pernah memuji perjalanan spiritual yang meninggalkan manusia dalam penderitaan. Dan sebuah republik tidak akan pernah selamat jika pemimpinnya lebih peduli pada wanginya kamera dibanding lumpurnya kenyataan.

Artikel ini ditulis oleh:

Andry Haryanto

Prabowo Tegas Minta Copot Bupati Aceh Selatan

Jakarta, aktual.com – Presiden RI Prabowo Subianto menyinggung sikap Bupati Aceh Selatan, Mirwan M.S., yang melakukan ibadah umrah saat wilayahnya terdampak bencana banjir bandang dan longsor.

Hal itu disampaikan Prabowo saat memimpin rapat koordinasi di Posko Terpadu Penanganan Bencana di Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (8/12) malam.

Awalnya, Presiden menyampaikan apresiasi kepada para bupati di Provinsi Aceh yang telah mengikuti rapat koordinasi bersama seluruh pemangku kepentingan pusat dan daerah.

“Terima kasih ya kepada bupati, kalian yang terus berjuang untuk rakyat. Memang kalian dipilih untuk menghadapi kesulitan ya,” kata Presiden seperti disaksikan dalam akun YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Minggu malam.

Meskipun sambil tertawa kecil seolah berkelakar, Presiden Prabowo memberi peringatan tegas kepada kepala daerah yang ingin “melarikan diri” saat terjadi bencana.

Namun demikian, Prabowo meminta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang juga hadir dalam rapat tersebut untuk mengambil langkah tegas kepada Mirwan.

“Kalau yang mau lari, lari aja, enggak apa-apa. Copot langsung. Mendagri bisa ya diproses ini? Bisa ya?,” tanya Prabowo kepada Mendagri.

Prabowo yang memiliki latar belakang militer, bahkan mengatakan bahwa dalam istilah militer, sikap yang dilakukan Mirwan merupakan desersi, yang berarti meninggalkan anak buah.

Kepala Negara kemudian bertanya ke arah Menteri Luar Negeri Sugiono yang juga Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, terkait pemecatan Mirwan dari partai yang dipimpinnya.

“Itu kalau tentara itu namanya desersi itu. Dalam keadaan bahaya meninggalkan anak buah. Waduh, itu gak bisa itu. Saya enggak mau tanya partai mana. Udah kau pecat?” kata Prabowo.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Mirwan M.S menyatakan tidak sanggup untuk menangani bencana yang terjadi di wilayahnya, karena terdampak banjir bandang dan longsor yang menimpa tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.

Namun, pada 2 Desember 2025, Mirwan M. S. bersama istri memutuskan berangkat umrah dan menuai kritikan sebab wilayahnya masih terdampak bencana tersebut.

Pada 5 Desember 2025, Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyatakan tidak pernah mengeluarkan izin kepada Mirwan M. S. untuk melaksanakan umrah pada masa tanggap darurat di wilayah itu.

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra pun akhirnya memberhentikan Bupati Aceh Selatan Mirwan M. S. sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra di daerah itu. Hal itu disampaikan Sekjen DPP Partai Gerindra, Sugiono, setelah mendapat laporan mengenai Bupati Aceh Selatan tersebut.

“Kami memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan. Tadi, saya dilaporkan mengenai Bupati Aceh Selatan yang juga merupakan Ketua DPC Gerindra Kabupaten Aceh Selatan. Sangat disayangkan sikap dan kepemimpinan yang bersangkutan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Prabowo Ingatkan Tidak Selewengkan Dana Bantuan

Jakarta, aktual.com – Presiden Prabowo Subianto mengingatkan para menteri hingga kepala daerah agar tidak ada penyelewengan di semua entitas pemerintahan, terutama jika ada pihak yang memanfaatkan bencana di Sumatra untuk upaya memperkaya diri.

Dalam rapat terbatas di Pos Pendamping Nasional Penanganan Bencana Alam Aceh yang berlokasi di Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Minggu (7/12) malam, Prabowo mengatakan bahwa bencana yang terjadi di Sumatra menjadi bukti bahwa pemerintah harus mengelola kekayaan dengan sebaik-baiknya.

“Ini bukti bahwa kita harus mengelola semua kekayaan kita dengan sebaik-baiknya. Saya ingatkan tidak boleh ada penyelewengan, tidak boleh ada korupsi di semua entitas pemerintahan. Karena ini buktinya kita butuh setiap kemampuan kita. Kita butuh setiap uang kita untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan rakyat,” kata Prabowo seperti disaksikan dalam akun YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Minggu (8/11) malam.

Prabowo menekankan bahwa pemerintah harus mengerahkan seluruh kemampuan dan membutuhkan dana untuk mengatasi kesulitan rakyat, terutama dalam menghadapi bencana.

Selain itu, Prabowo juga mengingatkan kembali kepada semua menteri dan kepala daerah untuk memeriksa jajarannya, terutama pada proyek-proyek yang berada dalam tanggung jawab mereka.

“Saya tidak mau ada pihak-pihak yang menggunakan bencana ini untuk memperkaya diri. Saya akan sangat keras, jangan ada yang mencari keuntungan di tengah penderitaan rakyat,” kata Prabowo.

Prabowo meminta pada Kapolri hingga kepala daerah untuk mengawasi jika ada potensi tindak penyelewengan, dan berikan sanksi.

“Jadi Kepolisian, semua pihak, periksa, pemda catat kalau ada yang nakal-nakal, lipat gandakan harga dan sebagainya,” kata Prabowo.

Usai meninjau langsung kondisi terdampak bencana di sejumlah lokasi di Aceh, Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas (ratas) mengenai penanganan dan pemulihan bencana yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa kondisi di sejumlah wilayah terdampak bencana memang dinilai serius berdasarkan laporan yang diterimanya.

Banyak area persawahan mengalami kerusakan parah sehingga berpotensi mengganggu produksi pangan masyarakat setempat. Selain itu, Presiden juga menerima laporan mengenai sejumlah bendungan yang jebol, baik berukuran besar maupun kecil, yang berdampak langsung pada sistem irigasi.

Kepala Negara mengakui bahwa sejumlah tantangan masih ditemui di beberapa lokasi, terutama karena kondisi alam yang perlu tetap diwaspadai, namun pemerintah akan terus memastikan penanganan dilakukan secara bertahap, terukur, dan berkelanjutan demi mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Prabowo Setuju Bantuan Anggaran Rp60 Juta Per Rumah Bagi Korban Hunian Rusak

Banda Aceh, aktual.com – Presiden Prabowo Subianto setuju menganggarkan Rp60 juta per rumah untuk membantu para pengungsi mengganti hunian mereka yang rusak ataupun hancur karena longsor dan banjir bandang.

Dalam rapat koordinasi bencana di Posko Terpadu Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Minggu (7/12) malam, Presiden Prabowo menerima laporan mengenai pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) yang diperuntukkan kepada para pengungsi banjir bandang dan longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

“Per hari ini, Bapak Presiden, rumah masyarakat yang rusak itu sampai 37.546 rumah baik yang rusak berat — rusak berat ini termasuk yang hilang kena sapu banjir — kemudian rusak sedang, dan rusak ringan,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto kepada Presiden Prabowo saat rapat.

Suharyanto melanjutkan data tersebut belum final, karena pendataan masih terus dilakukan oleh BNPB bersama Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB kemudian mengusulkan hunian sementara yang diperuntukkan kepada pengungsi nantinya dibangun oleh anggota TNI dan Polri yang tergabung dalam satuan tugas (satgas) penanggulangan bencana, sementara hunian tetap untuk mereka, pembangunannya diserahkan kepada Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman.

“Kemudian yang tidak pindah, karena mungkin banjirnya, dampaknya tidak terlalu besar bagi keluarga itu sehingga tidak harus pindah, tetapi rumahnya rusak, kami perbaiki oleh satgas BNPB,” kata Suharyanto saat memberikan laporan kepada Presiden dalam rapat yang sama.

Terkait anggaran, BNPB mengajukan Rp60 juta per rumah kepada Presiden Prabowo.

“Ini hunian tetap anggaran Rp60 juta cukup?” tanya Presiden ke Suharyanto.

“Selama ini cukup, tetapi kalau memang Bapak Presiden ingin menambahkan kami lebih senang,” kata Kepala BNPB.

“Rp60 juta karena tidak relokasi, Bapak. Nanti penerima bisa nambah dengan uangnya sendiri. Mungkin punya keluarga di kampung, punya anak yang punya gaji mau nambah, bisa. Tetapi, (kami) tidak (memberikannya) dalam bentuk uang, karena khawatir kalau bentuk uang jadi yang lain,” kata Kepala BNPB.

“Oke, mungkin tentunya kita hitung kenaikan harga ya, inflasi, dan sebagainya,” ujar Presiden memberikan instruksi kepada Kepala BNPB soal pembangunan hunian tetap untuk para pengungsi.

Sementara itu, untuk hunian sementara, anggaran yang dialokasikan sebesar Rp30 juta per rumah. Rumah yang dibangun berukuran 36 meter persegi lengkap dengan fasilitas kamar, sarana MCK, dan ruangan lainnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Lestari Moerdijat Tegaskan Kekerasan Tidak Sesuai Pancasila

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat seminar Perempuan sebagai Ujung Tombak Pemberdayaan dalam Mengatasi Kemiskinan dengan Hidup Sehat di Jakarta, Sabtu (3/5/2025). Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, aktual.com – Tindak kekerasan terhadap perempuan bukan semata masalah rumah tangga, lebih dari itu dia adalah pelanggaran nilai-nilai kehidupan dan Pancasila, serta ancaman bagi masa depan bangsa.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan hal itu dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/12).

Pernyataan itu disampaikan Lestari saat menjadi pembicara pembicara secara daring pada Kelas Ketigabelas Feminisme Pancasila Akademi Perempuan NasDem dengan tema Kekerasan Seksual dan Kampanye Nasional 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Jumat (5/12).

Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat perlu kerja keras yang luar biasa agar kita dapat mengurangi, bahkan meniadakan kekerasan terhadap perempuan di tanah air.

Menurut Rerie, bangsa Indonesia tidak boleh lagi menoleransi tindak kekerasan dan berkompromi dengan patriarki.

Karena, ujar Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI, bangsa Indonesia memiliki Empat Konsensus Kebangsaan yang merupakan basis moral dalam mewujudkan gerakan antikekerasan.

Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu berpendapat, hadirnya UU No 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual merupakan tonggak reformasi sosial yang mempertegas sikap moral bangsa dalam melawan tindak kekerasan dan ketidakadilan.

Diakui Rerie, Indonesia tidak kekurangan regulasi untuk melindungi warganya.

Yang harus ada saat ini, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, adalah kehadiran negara yang konsisten untuk mewujudkan keadilan bagi setiap warga negara.

Rerie mengajak seluruh elemen masyarakat dan negara mengambil peran dengan kapasitas yang dimiliki, untuk bersama-sama menghapuskan kekerasan di negeri ini.

Karena, tegas Rerie, tanpa tindak kekerasan akan terwujud lingkungan yang aman bagi setiap warga, termasuk perempuan.

“Bila perempuan aman dan terlindungi akan menghadirkan perempuan kuat yang aktif membangun dan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang tangguh di masa datang,” pungkas Rerie. *

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Berita Lain