Jakarta, Aktual.co —Pakar oseanografi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Alan Frendy Koropitan Ph.D berpendapat proyek reklamasi dan Giant Sea Wall (GSW) di Teluk Jakarta harus ditinjau ulang.
Alasan dia sederhana saja, agar tidak menyesal di kemudian hari.
Saat dihubungi Aktual.co, peraih gelar Doktor dari Universitas Hokkaido, Jepang ini ‘mematahkan’ alasan-alasan yang digunakan para pendukung dan pengembang proyek reklamasi dan GSW.
Pertama, alasan bahwa proyek reklamasi dan GSW perlu dibuat untuk melindungi Jakarta dari cuaca ekstrem dan ancaman badai tropis. 
Ditegaskan dia, alasan itu jelas mengada-ada, karena perairan Indonesia masuk dalam wilayah perairan ekuator. Sehingga ancaman badai tropis lemah.
Berdasarkan Hukum Fisika, kata Alan, badai tropis tercipta dari kesetimbangan dua gaya. Pertama, Gaya Koriolis yang muncul karena perputaran bumi dan kedua karena tekanan di permukaan laut.
“Di wilayah ekuator, tidak ada gaya koriolis. Semakin menuju ke daerah ekuator maka gaya koriolis semakin mati. Sehingga alasan ancaman badai tropis pun terlalu berlebihan,” ucap Direktur Pusat Oseanography dan Teknologi Kelautan Surya University itu, kepada Aktual.co, Senin (1/6).
Alasan kedua yang dianggapnya mengada-ada terkait pembangunan proyek reklamasi dan GSW adalah yang menyebut adanya kenaikan muka air laut di Teluk Jakarta.
Kata dia, kenaikan muka air laut di Teluk Jakarta sebenarnya hanya beberapa milimeter saja per tahunnya. Sedangkan banjir rob yang masuk wilayah Jakarta lebih disebabkan oleh penurunan permukaan tanah. “Ada daerah yang permukaan tanahnya turun hingga 20 cm/ tahun,” ucap dia.
Turunnya permukaan tanah di Jakarta, ujar dia, disebabkan oleh penggunaan air tanah yang serampangan. 
Sebab bicara penurunan permukaan tanah, kata dia, maka bicara siklus hidrologi yang harusnya diurus institusi terkait di DKI untuk membuat aturan penggunaan air tanah. “Sehingga membuat reklamasi GSW atas pertimbangan di atas tidak tepat,” ucap dia.
Dituturkan dia, dengan adanya pulau-pulau hasil reklamasi dan GSW nantinya justru bakal menyebabkan banjir. Lantaran aliran air dari 13 sungai di Jakarta bakal terhambat.
Kalaupun solusi untuk hambatan hidrologi itu adalah dengan menyediakan pompa-pompa, menurut Alan itu justru malah menimbulkan deretan pertanyaan.
Seperti ukuran pompa yang sebesar apa lagi yang bakal dipasang? Siapa yang membiayai? Sumber listrik untuk menjalankan pompa?.
“Sebab untuk banjir yang disebabkan oleh hujan saja pompa yang ada DKI sudah keteteran. Buktinya waktu banjir beberapa waktu lalu. Apalagi jika ditambah ada pulau reklamasi dan GSW bakal semakin parah banjir Jakarta,” ucap dia.
Karena alasan-alasan itulah, Alan menduga proyek reklamasi dan GSW ngotot dibuat hanya demi kepentingan segelintir kelompok bisnis saja. “Apakah kita (warga) mau dikorbankan untuk itu? Masa nanti uang pajak rakyat dipakai buat kepentingan segelintir pengusaha itu?” ucap dia.

Artikel ini ditulis oleh: