Jakarta, Aktual.com – Pada pengajian kitab sirahnya, syekh Yusri hafidzahullahTa’ala wa ra’ah menjelaskan bahwa Abu Thalib adalah saudara Abdullah ayah baginda Nabi SAW yang seayah dan seibu, sehingga dengan alasan inilah beliau yang merawat baginda Nabi SAW setelah meninggalnya Abdul Muthallib sang kakek Nabi.
Abu Thalib melihat keberkahan selalu menghampiri sejak baginda Nabi tinggal bersama di rumahnya dengan anak-anaknya yang lain. Abu Thalib adalah bukan termasuk orang yang kaya, akan tetapi dengan kedatangan baginda Nabi, makanan yang hanya cukup untuk keluarganya, maka menjadi lebih dan penuh keberkahan.
Sehingga tidaklah heran, ketika baginda Nabi SAW diutus menjadi seorang Rasul, Abu Thalib tidak melarang istri dan anak-anaknya untuk memeluk islam.
Adapun dirinya tidak menyatakan keislamannya, adalah demi menjaga baginda Nabi SAW, agar Abu Thalib memiliki wibawa di hadapan para kafir quraisy, karena mereka menganggap bahwa Abu Thalib masih satu keyakinan dengan mereka. Maka dengan kewibawaan inilah, dirinya mampu melindungi baginda Nabi dalam dakwahnya, sehingga tidak ada satupun dari mereka yang berani menyakiti baginda. Hal ini adalah merupakan ijtihadnya, dalam mendukung dakwah baginda Nabi.
Dalam syi’ir-syi’irnya, Abu Thalib adalah orang yang beriman kepada Allah sebagai Tuhan yang satu, sebagaimana mengakui keistimewaan baginda Nabi SAW, bahkan dirinya bertawasul dengan baginda ketika di Mekkah terjadi kekeringan, seperti disebutkan dalam kitab-kitab sirahnabawiyyah (sejarah Nabi). Meski tidak secara terang-terangan menyatakan baginda sebagai seorang Rasulullah.
Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, bahwa
“حَدَّثَنَا سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ رُبَّمَا ذَكَرْتُ قَوْلَ الشَّاعِرِ وَأَنَا أَنْظُرُإِلَى وَجْهِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم يَسْتَسْقِى فَمَا يَنْزِلُ حَتَّى يَجِيشَ كُلُّمِيزَابٍ”
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby