yang artinya “ telah diceritakan dari Salim dari ayahnya, bahwa dia berkata :” saya teringat ucapan seorang syair, dan saya melihat kepada wajah mulia baginda Nabi SAW, syair ini bertawasul meminta hujan , maka hujanpun turun deras memenuhi talang air (saluran air di atap rumah)” (HR. Bukhari).

Syi’ir yang dimaksud adalah yang telah dilantunkan oleh Abu Thalib, yaitu yang berbunyi

“وَأَبْيَضَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ ثِمَالَالْيَتَامَى عِصْمَةً لِلأَرَامِلِ ”

yang artinya “ Demi anak yang putih (baginda Muhammad SAW), yang menjadi wasilah turunya hujan karenanya * harapan bagi anak-anak yatim dan pelindungpara janda. (HR. Bukhari)

Syekh Yusri menambahkan pada pengajian sirahnya, bahwa Abu Thalib adalah seorang mu’min tetapi tidak muslim.

Mu’min oleh karena hatinya beriman kepada Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad sebagaimana dalam syi’ir dan sikapnya, akan tetapi tidak muslim karena tidak bersyahadat dengan lisannya. Maka dia adalah termasuk orang yang akan selamat, meskipun masuk neraka terlebih dahulu, yaitu neraka tanqiyah (neraka pembersih dosa), karena tidak melafadzkan kalimat syahadat padahal dirinya mampu untuk melakukannya.
Sebagaimana hadits baginda Nabi SAW

“مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَإِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ”

yang artinya “ Barang siapa yang meninggal danmeyakini bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah maka dirinya akan masuk sorga “ (HR. Muslim). Ini adalah keyakinan tentang Abu Thalib sang paman Nabi yang akan kita bawa untuk menghadap kehadirat Allah Ta’ala. Wallahu A’lam.

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby