Magelang, Aktual.co —Sebanyak tiga pelukis kelompok “Magelang Art People” menggelar pameran karya bertema “Negeri Gatholoco” di Balai Soedjatmoko, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 25-29 November 2014.

“Kami memamerkan 21 karya dengan media yang berbeda-beda pada pameran itu,” kata satu di antara tiga pelukis kelompok “Magelang Art People” Wahudi di Magelang, Senin (24/11)
 
Sebanyak tiga pelukis itu, adalah Wahudi, Kaji Habeb, dan Oentoeng Nugroho. Setiap pelukis mengusung tujuh karya dalam pameran tersebut.

Berbagai karya lukis mereka, selain menggunakan kanvas, juga dengan media lain seperti plastik keresek, semen, abu vulkanik, dan akrilik.

Beberapa karya Kaji Habeb, antara lain berjudul “Melawan Nafsu” dan “Mengejek Bayangan Sendiri”, Oentoeng Nugroho memamerkan “Perjiwati” dan “Sira Aja Manembah Marang Sak Liyane Gusti”, Wahudi memamerkan “Berdiri, Dalam Satu Bayangan” dan “Adigang Adidung Adiguna”.

Sebelum berangkat ke Kota Solo untuk persiapan pembukaan pameran itu, Wahudi menjelaskan tentang tema pameran mereka.
 
Awalnya, katanya, Gatoloco nama suatu suluk mistisisme Jawa yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-19. Suluk itu mengejutkan karena gaya penulisannya yang terbuka hingga kontroversi.

 Ia mengatakan sosok Gatholoco sebagai tokoh utama yang dikisahkan memang aneh. Dia mempunyai kesadaran batin dan terkesan nyeleneh, berpenampilan buruk, berbau busuk, bermulut kotor, pembantah, filosofis, dan berpikiran tabu sebagai sesuatu yang bernilai spiritual.
 
“Pendek kata, Gatholoco adalah simbol suatu paradoks. Pertentangan yang selalu muncul. Antara yang baik dan buruk saling berkelindan. Kebaikan berbungkus keburukan. Keburukan berbungkus kebaikan,” katanya.

 Ia menjelaskan pameran “Negeri Gatholoco” untuk memberikan pesan tentang suatu negeri yang penuh dengan kontroversi, paradoksal, dan satir.

Akan tetapi, katanya, karya-karya yang dipamerkan tentang “Negeri Gatholoco”, bukan sebatas paradoksal, melainkan adanya pesan kebaikan yang tersembunyi.

Artikel ini ditulis oleh: