Juba, Aktual.co —PBB berjanji untuk membebaskan sekitar 3.000 tentara anak di Sudan Selatan, yang direkrut oleh Tentara Demokrat Sudan Selatan, atau SSDA Fraksi Cobra. Ribuan anak-anak berusia antara 11 dan 17 direkrut SSDA yang dipimpin oleh David Yau Yau. Sebagian besar bahkan telah berjuang dengan kelompok militan ini selama hampir empat tahun.

Badan PBB untuk Anak, UNICEF menyatakan hingga Selasa (27/1), sebanyak 280 anak telah dibebaskan di sebuah desa di negara bagian Jonglei. Pembebasan selanjutnya akan berlangsung pada bulan depan. “Anak-anak ini terpaksa harus melakukan dan melihat hal-hal yang seharusnya tidak pernah mereka alami,” kata Jonathan Veitch, perwakilan UNICEF untuk Sudan Selatan, Selasa (27/1), dikutip dari Reuters.

“Pelepasan ribuan tentara anak-anak membutuhkan respon besar untuk memberikan dukungan dan perlindungan bagi anak-anak ini yang harus mulai membangun kembali kehidupan mereka,” kata Veitch melanjutkan. Veitch menyatakan konseling dan program dukungan psikologis lainnya sedang dibentuk untuk membantu mengintegrasikan anak-anak kembali ke komunitas mereka.

UNICEF mengatakan terdapat sekitar 12 ribu anak di Sudan Selatan yang direkrut oleh berbagai kelompok bersenjata pada tahun lalu. Sudan Selatan, negara yang berlokasi di Afrika Timur dan baru merdeka pada tahun 2005 lalu diterjang berbagai konflik berdarah sejak Desember 2013 silam, ketika pertempuran meletus di ibukota Juba antara tentara pemerintahan Presiden Salva Kiir dengan kelompok pemberontak yang setia kepada Riek Machar, mantan wakil presiden.

Tercatat, setidaknya 10 ribu orang tewas dalam konflik tersebut, sementara lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi. Sejak berdiri, Sudan Selatan berjuang untuk menegaskan hukum dan ketertiban di sebagian wilayah yang dipenuhi pemberontakan, setelah perang saudara usai. Perang saudara di negara ini berlangsung selama lebih dari 20 tahun, yaitu pada periode 1983-2005 dengan Khartoum.

Pemimpin kelompok pemberontak SSDA, Yau Yau, merupakan mantan mahasiswa teologi, menyulut beberapa pemberontakan kecil melawan pemerintahan di Juba, dan mendapat dukungan dari etnis asalnya, Murle. Meskipun Yau yau menandatangani perjanjian damai dengan Juba pada bulan Januari 2014 lalu, bentrokan internal antara etnis Murle dan suku Lou Nuer, sering kali terjadi, dipicu oleh penyerangan terhadap hewan ternak dan pembunuhan balas dendam. Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan orang tewas dalam bentrokan ini.

Perekrutan tentara anak sering terjadi di sejumlah negara berkonflik di Afrika. Selain di Sudan Selatan, diperkirakan terdapat 10 ribu tentara anak selama konflik bersenjata terjadi di Republik Afrika Tengah, CAR, seperti dilaporkan oleh lembaga Save the Children, pertengahan Desember lalu.

Motif perekrutan anak beragam, mulai dari diculik atau dipaksa bergabung dengan kelompok bersenjata, hingga penawaran kehidupan layak, sehingga anak-anak menjadi tentara demi mendapat makanan, pakaian, uang dan perlindungan. Beberapa tentara anak mengangkat senjata karena ditekan oleh kawan-kawan atau orang tua, untuk melindungi komunitas atau balas dendam.