Jakarta, Aktual.com – Indonesia mempertanyakan aturan baru Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) tentang batasan tinggi pukulan servis 115 cm bagi setiap atlet dan mengubah aturan lama tinggi pukulan servis yang disesuaikan rusuk bawah masing-masing atlet.

“Sosialisasi aturan baru ketinggian servis itu terlalu mepet waktunya. Aturan itu juga dikeluhkan oleh semua atlet dari semua negara, karena para atlet sudah terbiasa dengan servis di bawah pinggang,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Susy Susanti di pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (23/2).

Susy mengatakan aturan baru pukulan servis atlet setinggi 115 cm dari permukaan lantai lapangan mulai diumumkan BWF pada akhir 2017 dan akan diujicobakan pada kejuaraan Jerman Terbuka 2018 dan All England 2018.

“Kami akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada BWF ketika rapat manajer tim saat pertemuan dengan Federasi Bulu Tangkis Asia sebelum All England 2018, karena kami melihat ada kelemahan pada aturan baru itu,” kata Susy.

Aturan ketinggian pukulan servis 115 cm itu, menurut Susy, menguntungkan bagi atlet-atlet berpostur tubuh pendek dan sebaliknya, merugikan bagi atlet-atlet berpostur tubuh tinggi.

“Aturan baru itu menggunakan alat sebagai pemantau apakah pemain menyalahi aturan ketinggian pukulan servis atau tidak. Tapi, sudut pandang serta jarak alat dengan hakim servis juga akan mempengaruhi apakah atlet melakukan kesalahan atau tidak,” kata mantan atlet peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Atlet-atlet pemusatan pelatihan nasional PP PBSI, kata Susy, telah menggelar sejumlah latihan simulasi guna menyesuaikan aturan baru BWF tentang batasan ketinggian pukulan servis.

“Kami mendatangkan tiga wasit bersertifikat internasional dalam sesi latihan untuk membantu para atlet dan pelatih menyesuaikan aturan baru ketinggian pukulan servis,” kata Susy.

Simulasi itu bertujuan untuk membiasakan para atlet pelatnas PBSI dan menghindari kesalahan-kesalahan akibat keraguan saat akan melakukan pukulan servis.

Susy mengaku PBSI belum mendapatkan penjelasan detail dari BWF tentang aturan baru ketinggian pukulan servis termasuk rencana penerapan 11 poin pada setiap gim pertandingan.

“Kami mungkin akan mengirim surat kepada BWF terkait aturan-aturan baru dalam pertandingan internasional, termasuk keharusan atlet untuk mengikuti 12 kejuaraan internasional. Padahal, itu akan mempengaruhi kondisi atlet,” ujarnya.

Selain Indonesia, Susy mengatakan asosiasi bulu tangkis China, Denmark, India, Korea Selatan, dan Malaysia juga sempat mempertanyakan aturan-aturan baru BWF dalam pertandingan internasional.

“Risiko aturan baru 11 poin dengan lima gim misalnya, pola dan strategi permainan atlet akan berubah, latihan juga berubah. Jangan sampai aturan itu hanya menguntungkan sponsor, tapi justru merugikan atlet-atlet,” ujar Susy.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: