Jakarta, Aktual.com – PDI-Perjuangan ternyata punya tiga ‘kelompok’ bakal calon Gubernur DKI untuk Pilkada DKI 2017 nanti. Setidaknya begitu disampaikan Ketua DPP PDI-Perjuangan Andreas Hugo Parera. Dia menyebutnya dengan istilah ‘klaster’.

Klaster pertama, ditempati para calon dari internal ataupun eksternal PDI-P yang sudah mendaftar untuk mengikuti proses penyaringan. Saat ini, di klaster itu sudah dikerucutkan hingga enam nama. Masih akan disaring lagi hingga didapat nama kandidat yang bakal diusung.

Lalu klaster dua. Isinya kader-kader PDI-P yang tidak ikut mendaftar di proses penyaringan, tapi dianggap punya rekam jejak yang patut diperhitungkan. Nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masuk di kelompok ini.

“Bu Risma dan Pak Ganjar masuk klaster kedua. Mereka merupakan kader partai yang tidak mendaftar (penjaringan) tapi PDI-P kan punya catatan tentang mereka dan memperhatikan dukungan masyarakat terhadap mereka,” tutur Andreas, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (22/7).

Sedangkan kelompok terakhir yakni klaster tiga. Kata Andreas kandidat yang masuk dalam klaster ketiga merupakan bakal calon dengan kategori tidak mendaftar dan juga bukan kader partai. Nama-nama yang masuk klaster tiga ini terbuka kemungkinan digaet PDI-P tergantung dinamika dukungan masyarakat. “Ketika dibutuhkan kita akan bicara dengan mereka,” ujar dia.

Andreas mencontohkan nama Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Kepala BNN Budi Waseso masuk kriteria ini.

Bandingkan dengan pernyataan Plt Ketua DPD PDI-P DKI Bambang DH, saat memberikan keterangan di kantor DPP PDI-P, Kamis (21/7) kemarin menyebut partai banteng tidak akan mengusung Ahok di Pilkada DKI 2017. Buruknya kinerja Ahok jadi salah satu dari banyak alasan. “(Buruknya) Kinerja (Ahok) di antaranya mencermati capaian penyerapan anggaran,” ujar Bambang.

Penilaian didapat dari hasil survei Anggota Fraksi PDI-P di DPRD DKI yang lakukan survei pada warga Jakarta saat musim reses. Ditemukan adanya ketidakpuasan warga Jakarta atas gagal terealisasinya janji kampanye Jokowi-Ahok yang mengusung konsep ‘Jakarta Baru’.

Ahok juga dianggap arogan selama memimpin DKI Jakarta. “Misalnya terkait penggusuran, mereka (warga) ditanya ‘loh kok, mereka (Jokowi-Ahok) dulu janjinya begini, tapi kok seperti ini’,” ujar Bambang. Selain itu, dia juga mengungkapkan mayoritas DPP PDI-P tidak setuju mengusung Ahok. “80 persen boleh dikatakan tidak menerima incumbent (Ahok) lagi.”  (Novrizal Sikumbang)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Novrizal Sikumbang