Jakarta, Aktual.com — Ketua Kelompok Komisi (Kapoksi) VI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Refrizal, menyayangkan larangan bagi Komisi VI mengundang Menteri BUMN Rini Soemarno. Ia mendesak pimpinan DPR segera mencabut surat larangan tersebut. Sebab, sejak surat itu keluar, Komisi VI tidak bisa melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap kinerja Kementerian BUMN.

Terkait penangkapan tujuh pekerja oleh otoritas militer Lanud Hakim Perdanakusuma misalnya, Komisi VI tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Sebab hingga kini Komisi IV belum mendapatkan gambaran ataupun rencana/masterplan dari proyek tersebut, sehingga manakala muncul persoalan tersebut pihaknya tidak bisa menanggapinya lebih jauh.

“Pekerja yang ditangkap tetap harus diproses sesuai aturan hukum yang ada, tapi mengenai pekerjaan kereta cepat kan kami belum mendapatkan gambarannya sama sekali dari Kementerian BUMN,” terang Refrizal saat dihubungi Aktual.com, Kamis (28/4).

Larangan rapat dengan Menteri BUMN Rini Soemarno sendiri diketahui merupakan hasil dari tindaklanjut rekomendasi Panitia Khusus Pelindo II DPR RI. Pansus Pelindo II beberapa waktu lalu merekomendasikan pencopotan RJ Lino dan Menteri Rini. Namun rekomendasi hingga kini belum juga dilaksanakan oleh Presiden Jokowi.

Jauh sebelum itu, Menteri BUMN Rini juga pernah menginstruksikan pejabat eselon I di kementerian yang dipimpinnya untuk melakukan rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.

Hingga kini, instruksi Menteri Rini tersebut belum diketahui apakah sudah dicabut atau belum. Namun pada rapat dengar pendapat Komisi VI dengan BUMN, Senin (25/4) kemarin, Deputi BUMN dan Tiga Direktur Utama Bank BUMN urung hadir untuk dimintai penjelasan terkait pengucuran dana pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar US$3 miliar.

Menurut Refrizal, kondisi demikian sebetulnya bukan hanya merugikan pemerintah namun juga DPR RI secara kelembagaan. DPR tidak bisa melakukan pengawasan kepada pemerintah dengan baik. Di sisi lain, pelaksanaan program pemerintah tanpa pengawasan dari legislatif menjadi tidak terkontrol.

Artikel ini ditulis oleh: