Jakarta, Aktual.com — Maraknya angkutan wisata liar membuat persaingan usaha menjadi tak sehat. Angkutan wisata liar ini berpotensi merusak citra pariwisata Bali. Pada saat sama, Dinas Perhubungan (Dishub) lamban dalam mengambil tindakan. Alhasil, pelaku pariwisata yang geram dengan keberadaan angkutan wisata liar mengambil tindakan sendiri.

Salah satunya seperti yang dilakukan sejumlah orang yang mengatasnamakan Kelompok Peduli Pariwisata Bali (KPPB). KPPB melakukan aksi sweeping terhadap sejumlah angkutan pariwisata liar di salah satu hotel di kawasan Jimbaran, Kabupaten Badung.

Aksi sweeping dipicu ulah angkutan pariwisata liar yang hendak mengangkut sejumlah wisatawan. Aksi saling rebut wisatawan pun sempat terjadi. Saat beberapa rombongan turis hendak diangkut, KPPB langsung menghadang.

“Rombongan turis ini masuk dalam list tamu milik travel agen yang lain, tapi mereka mau angkut ke Lembongan. Saat kami tanya izin travel dan list tamu yang mereka bawa, mereka tidak bisa tunjukkan,” ungkap David, Koordinator KPPB, Senin (8/2/2016).

Perdebatan sempat terjadi saat sopir kendaraan pengangkut wisawatan itu mengklaim tamu yang hendak dibawanya itu tamu miliknya. “Ini tamu kita,” sahutnya. Sayang, dia tidak mampu menunjukkan list daftar tamu yang diminta. Buntutnya, sebagian rombongan turis Tiongkok yang hendak berwisata ke Lembongan memanfaatkan angkutan pariwisata liar itu pun urung bepergian.

Menurut David, aksi saling telikung rombongan wisatawan ini kerap terjadi di Bali. Tak hanya merugikan travel agen resmi yang mendatangkan wisatawan itu ke Bali, ulah sopir-sopir taksi yang kerap menawarkan paket jasa pariwisata ini juga membahayakan industri pariwisata di Bali.

“Karena kalau turis-turis itu diangkut oleh sopir-sopir taksi liar, lalu terjadi apa-apa di jalan, yang bertanggungjawab adalah travel agent yang membawa mereka ke Bali,” tandasnya.

“Yang sering terjadi biasanya rombongan wisatawan Tiongkok. Karena itu nanti kami akan koordinasi dengan asosiasi travel agent Divisi Mandarin,” tambahnya.

Disinggung maraknya aksi telikung wisatawan ini, menurut David lantaran adanya aksi nakal dari agensi asal Tiongkok yang berdomisili di negeri asalnya. Agensi itu, jelasnya, hanya bermodal situs online yang mengobral paket wisata dengan harga miring. “Agensi itu bekerjasama dengan guide-guide liar di Bali,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, juga adanya sopir-sopir taksi umum yang nakal. Yakni dengan menawarkan angkutan pariwisata berukuran besar untuk mengantarkan rombongan wisatawan ke objek wisata.

“Biasanya si turis yang naik taksi umum langsung ditawarkan untuk disediakan transportasi lebih besar, lalu dijemput di hotel tempat mereka menginap. Yang seperti ini lebih rawan karena tidak ada pertanggungjawaban keselamatan terhadap si turis,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby