Dikatakan Bambang bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2010-2014 berhasil lebih baik dari periode 2015-2019 karena didukung oleh tingginya harga komoditas di pasar internasional sehingga membuat sumbangan ekonomi dari kegiatan ekspor cukup tinggi.

“Ketika kabinet ini dimulai, kita tahu bahwa booming harga komoditas sudah berakhir dan akibatnya, kita (Indonesia) tumbuh di kisaranĀ 5 persen, yang mungkin dianggap lebih rendah, tetapi paling tidak termasuk relatif tinggi untuk ekonomi sebesar Indonesia,” paparnya.

Untuk yang kedua kata Bambang bahwa tingkat kemiskinan. Dimana RPJMN 2015-2019, tingkat kemiskinan diproyeksi menurun ke kisaran 7 persen sampai 8 persen pada penghujung tahun ini. Akan tetapi per Maret 2019, tingkat kemiskinan masih berada di angka 9,41 persen.

“Kemiskinan hanya akan mentok di kisaran 9,2 persen pada akhir tahun,” ungkapnya.

Dan yang Ketiga, lanjut Bambang bahwa tingkat ketimpangan alias gini ratio. Semula pemerintah memperkirakan gini ratio bisa mencapai 0,36 pada akhir tahun ini. Namun, per Maret 2019 baru mencapai 0,382.

“Ini belum mencapai, namun terpenting trennya sudah kami bangun. Trennya menjauh atau lebih rendah,” klaimnya.

Artikel ini ditulis oleh: