Tulisan raksasa "Kami Butuh Kritik" memenuhi layar LCD di ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusanatara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (14/2), saat Ketua DPR Bambang Soesatyo, menyampaikan pidato pada Rapat Paripurna penutupan masa sidang. Tulisan raksasa ini diklaim sebagai bantahan atas kesan Oligarki DPR dan anti kritik yang akan diciptakan DPR terkait Hak imunitas dalamn Pasal 254 pada UU MD3 yang telah disahkan DPR. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengakui, apapun yang telah dicapai oleh pemerintah tetap akan jadi bahan kritikan bagi orang di luar pemerintahan. Pasalnya, siapapun yang memerintah, masyarakat tetap harus mengkritisi.

“Kita tidak boleh alergi dengan kritik, sekeras apapun kritik itu disampaikan kepada pemerintah, karena kritik itu adalah obat kuat bagi siapapun yang memegang pemerintahan,” kata Seskab Pramono Anung dilansir dari setkab, Minggu (21/10).

Ia menjelaskan, pemerintahan yang tidak dikritik biasanya akan menjadi seenaknya, semena-mena, merasa menjadi besar. Dan begitu merasa menjadi besar apalagi menjadi raja-raja di daerah, seperti bupati dan wali kota, lupa menjalankan pemerintahannya secara baik.

“Ketika dia (pemerintah, red) tidak menjalankan pemerintahannya secara baik, maka yang terjadi adalah makin banyaknya pemimpin daerah yang tersangkut kasus korupsi,” lanjutnya.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah harus menggunakan kritik untuk memperkuat dirinya. Ia mencontohkan, kritik terhadap anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting di Bali, awal bulan Oktober ini. Karena kritik tersebut, menurut Seskab, pemerintah jadi sangat berhati-hati dalam menggunakan anggaran.

“Bahkan saking berhati-hatinya, mobil-mobil yang dipakai oleh Presiden Bank Dunia, Direktur Utama IMF menggunakan mobil sewaan, karena pemerintah tidak mau mengeluarkan biaya untuk mobil baru,” terang Seskab.

Namun Seskab mengingatkan, kebebasan memberikan kritik dalam perkembangan teknologi harus dijaga, tidak boleh terlalu overdosis. Dan yang paling penting, kritik itu harus berdasarkan fakta.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka