Seorang petugas dari Dinas Kesehatan Pemprov Jambi membagikan masker gratis kepada pengendara yang melintasi Jalan A. Rahman Saleh, Jambi, Rabu (9/9). Pembagian masker itu untuk mengantisipasi dampak kabut asap yang menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Jambi, Aktual.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi menetapkan status siaga penanganan pencegahan penyebaran virus corona, karena jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di provinsi itu terus bertambah dan saat ini tercatat 804 kasus.

Penyebaran virus tersebut terus bertambah dan saat ini sudah mencapai 804 kasus virus corona yang teridentifikasi dari data sebelumnya yang hanya 178 kasus, kata Juru bicara Gugus Pencegahan Penularan COVID-19, Johansyah di Jambi, Jumat (27/3).

Dari data yang diperoleh, jumlah ODP 783 orang dan PDP 21 orang. Untuk penyebarannya di Kabupaten Tebo 92 ODP dan 1 PDP, Kabupaten Bungo 18 ODP dan 1 PDP, Kabupaten Kerinci 18 ODP dan 3 PDP, Kota Sungai Penuh ada lima ODP, kabupaten Merangin ada tiga ODP, Kabupaten Tanjab Timur enam ODP dan satu PDP, Tanjab Barat tiga ODP dan dua PDP, Kabupaten Muarojambi 86 ODP dan dua PDP.

Selanjutnya, untuk Kota Jambi ada 258 OPD dan 11 PDP, Kabupaten Batanghari 52 ODP, dan di Kabupaten Sarolangun terdapat 242 ODP. “Masyarakat harus waspada karena saat ini mengalami peningkatan dalam jumlah ODP maupun PDP,” kata Johansyah.

Selain itu, Johansyah menyebutkan saat ini pihaknya telah mengambil beberapa swab dari pasien yang dikirim ke Kemenkes untuk mengetahui positif atau tidaknya. Dari 10 PDP yang diswab, 9 orang dinyatakan negatif dan hanya ada 1 orang yang positif virus corona.

“Sekarang masih kita lakukan perawatan dan diisolasi untuk satu pasien yang positif COVID-19 dan terus dilakukan pemeriksaan. Kabar terakhir yang diterima saat ini kondisi pasien yang positif tersebut semakin membaik,” ucapnya.

Ia mengatakan Gugus Penanganan Pencegahan Penularan COVID-19 masih menunggu 11 PDP lainnya dalam uji laboratorium atau swab yang dikirim ke Kemenkes.

Pada kesempatan itu, Johansyah juga mengimbau masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dalam status penanganan corona tersebut. Selalu menerapkan hidup sehat dan makanan yang bergizi agar virus tak mudah menyerang.

Menyikapi keinginan masyarakat agar nama pasien atau identitas yang positif corona disebut ke media agar menjadi pembelajaran dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat, Johansyah mengatakan tetap mengacu pada protap kesehatan untuk tidak menyebutkan nama pasien.

“Itu tetap tidak boleh dilakukan, karena kita menjaga identitas yang di khawatirkan pada diri pasien dan keluarganya. Jika memang nama pasien yang positif corona tersebut harus disebut, harus dilakukan pendekatan persuasif dan meminta kepada keluarganya sendiri yang berbicara,” kata Johansyah.