Semarang, Aktual.co — Tak ada undangan lisan maupun tersurat dari Presiden RI Joko Widodo kepada warga secara umum maupun secara khusus pada pesta pernikahan putra pertamanya, Gibran Rakabuming Raka dengan mantan Putri Solo 2009, Selvi Ananda yang berlangsung di kediamannya jalan Kutai Raya Surakarta, Kamis (11/6).
Bahkan, Jokowi tidak memberikan sajian pesta rakyat, seperti kebanyakan hajatan pejabat besar negara. Namun antusias relawan maupun masyarakat terhadap mantan Wali Kota Solo itu cukup meriah.
Bagaimana tidak, Genduk dan Ting Tong, merupakan simpatisan secara sukarela mengiringi perjalanan proses akad nikah Gibran beserta keluarganya dari kediaman menuju gedung Graha Saba.
Kedua orang itu sengaja datang dan memberikan selamat dengan membawakan tarian bagi pernikahan anak sulung Jokowi. Hari Mulyatno dan Setyoasih adalah nama asli dari Genduk dan Ting Tong. Keduanya merupakan dosen tari dari Insitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Hari menuturkan, kedatanganya pada acara pernikahan Gibran-Selvi tanpa pemberitahuan. Bersama budayawan dan sastrawan Solo, Heru Mataya dan grup gamelan SMK Negeri 8, membawakan tarian. Mereka sama sekali tidak mempersiapkan latihan untuk mengawal rombongan pengantin baru tersebut.
“Jadi tadi spontan mas. Kami bersyukur pak Jokowi mengijinkan untuk mengiringi beliau dengan tarian Loro Blonyo,” ujarnya usai acara.
Tari Loro Blonyo menggambarkan Dewi Sri dan Dewa Sadana. Dewi Sri adalah dewi pelindung padi dan Dewa Sadana ialah dewa sandang pangan. Dewa-dewi tersebut merupakan perlambang kesejahteraan serta kemakmuran dalam kebudayaan Karanganyar.
Sementara itu, tarian yang disajikan berkonsep satu kesatuan kereta kuda. Heru Mataya menjadi kereta, Genduk – Ting Tong kudanya, dan Gibran beserta Jokowi sebagai penumpang. Sedangkan barisan penari di bagian belakang diumpamakan aksesoris kereta yang besar.
“Doa kami mas Bran (Gibran) membawa kereta keluarga yang baru. Bisa menjadi pemimpin yang baik, sakinah, mawadah dan warrahmah,” tuturnya sambil sesekali tersenyum.
Tak hanya tarian saja yang memiliki arti, baju batik yang dikenakan kedua penari itu juga mempunyai makna yang mendalam. Motif batik pada baju bercorak Alas-alasan. Jarik dibagian bawah bernama Sekar Jagad.
Corak ulat dan kupu-kupu perlambang metamorfosis Gibram Rakabuming Raka dari seorang lajang yang kemudian berkeluarga dan bermasyarakat. Tanaman padi yang diselipkan dipinggang pertanda kesuburan. Sedangkan motif burung merupakan doa agar kedua mempelai diberikan kemudahan mendapat momongan.
“Secara keseluruhan ini ijo-ijo kuning pari anom, ritual kesuburan. Kalau pola burung itu biar burungnya jadi sakti,” pungkasnya terkekeh.

Artikel ini ditulis oleh: