Jakarta, Aktual.com – Kinerja PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) di kuartal I-2018 cukup positif baik secara pendapatan maupun laba opersional.

Anak usaha PT Garuda Indonesia (Perswro) Tbk itu mampu mencatatkan pendapatan operasionai seniiai USD115,9 juta atau meningkat 9,3 persen (year-on-year), sedangkan laba operasional sebesar USD12,8 juta.

Menurut Direktur Utama GMFI, Iwan Joeniarto, perolehan pendapataan di kurtal pertama tersebut dikontribusi dari Line Maintenance sebesar USD20 juta, sedangkan Repait and Overhaul sebesar USD95,9 juta.

“Porsi ini sesuai target kami yang fokus pada bisnis perawatan komponen pesawat yang masih positif,” ungkap dia di Jakarta, ditulis Kamis (31/5).

Dengan adanya bisnis perawatan komponen pesawat yang masih positif itu membuat kinerja pendapatan perseroan juga masih terus meningkat.

“Pada kuartal pertama tahun ini GMF AeroAsia membukukan revenue sebesar USD115,9 juta atau meningkat sebesar 9,3 persen. Sedang laba bersih tercatat USD7,4 juta dengan margin 6,3 persen,” kata Iwan.

Dia menyebutkan, GMFI mencatatkan tingkat dispatch reliability sebesar 99,64 persen dan mencatatkan angka 100 persen untuk aspek Turn Around Time. “Kuartal I-2018 kami berhasil meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, seperti penambahan kapabilitas airframe check untuk Boeing 737 Max,” katanya lagi.

Lebih lanjut Iwan menyebutkan, penambahan kapabilitas perawatan komponen pesawat sebanyak 56 part number untuk berbagai jenis pesawat, serta penambahan kapasitas hingga 14 line secara simultan untuk hangar narrow body.

“Sehingga di tiga bulan pertama itu, GMF telah merealisasikan salah satu strategic initiative-nya dalam pemutakhiran teknoiogi informasi berupa aplikasi baru Custaner Relationship Management,” tutur Iwan.

Namun begitu, kata dia, seiring dengan adanya depresiasi rupiah ini sangat berpengaruh terhadap para pelanggannya yang dari dalam negeri. Pasalnya, biaya sewa dan perawatan pesawat itu dibayar dalam USD bukan rupiah.

Untuk itu, perseroan pun fokus mencari pelanggan luar negeri seperti dari Korea Selatan dan Eropa. “Memang sulit atasi depresiasi ini. Makanya untuk menggenjot revenue itu kita andalkan tak cuma regional, tapi mancanegara. Karena ini sebagai langkah agar perusahaan tetap sustainable,” pungkas dia.

 

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: