Jakarta, Aktual.com — Memasuki bulan Ramadan, umat Islam di seluruh dunia yang sudah memenuhi syarat diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Ibadah tersebut sudah diterapkan oleh jutaan Muslim dan Muslimah di muka Bumi, selama bertahun-tahun lamanya.

Namun demikian, masih banyak masyarakat bertanya, apa manfaat puasa? Masih banyak orang yang ragu dan khawatir ketika puasa selama sebulan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Alasannya, dipaksa tidak makan dan minum dari waktu Subuh hingga Maghrib selama satu bulan.

Keraguan serta kekhawatiran warga dunia terkait puasa akhirnya terjawab.

Kajian peneliti dari Oxford, Razeen Mahroof, menyatakan bahwa ada hubungan antara Ramadan dan kesehatan manusia.

“Ramadan tidak selalu dianggap sebagai kesempatan untuk menurunkan berat badan karena aspek spiritual lebih ditekankan daripada aspek kesehatan. Namun, ini adalah kesempatan besar untuk mendapatkan manfaat fisik juga,” kata Mahroof, demikian dilansir dari HuffingtonPost, Kamis (18/6).

Pada Kongres Internasional Kesehatan dan Ramadan yang dihelat di kota Casablanca, Maroko, pada 1994 silam, ditampilkan 50 hasil studi manfaat medis puasa Ramadan. Berdasarkan berbagai penelitian itu, diketahui, bahwa puasa bisa meningkatkan kesehatan bagi mereka yang melakukannya.

Menurut Mahroof, dalam kondisi biasa, glukosa tubuh yang tersimpan di hati menjadi sumber utama energi. Selama puasa, cadangan gula dengan segera akan habis. Kemudian, lemaklah yang menjadi sumber energi tubuh manusia.
Dari sana, banyak juga yang masih bertanya. Pasca glukosa dan lemak habis, maka yang menjadi sumber energi adalah protein. Bila terjadi demikian, maka akan sangat buruk bagi tubuh.

Pola tersebut memang benar untuk mengilustrasikan “kelaparan” secara teknis. Tapi, dalam puasa Ramadan bukankah ada batasnya?. Makan sahur sebelum fajar, lalu berbuka setelah Matahari tenggelam

Bagaimanapun juga, puasa Ramadan tidak akan membuat manusia pada tahap “kelaparan” itu. Sebab, sejak berbuka dan sahur itu, diperkenankan untuk makan. Saat itulah energi tubuh bisa digantikan.

Mahroof menjelaskan, apabila glukosa tubuh telah habis, dan peran penyuplai energi digantikan oleh lemak, maka ini bagus bagi tubuh. Sangat membantu untuk menurunkan berat badan. Menurunkan kolesterol. Sudah begitu, bisa mengurangi tekanan darah.

“Proses detoksifikasi juga terjadi, lantaran racun yang tersimpan dalam lemak tubuh dilarutkan dan dikeluarkan dari tubuh,” urai Mahroof.

Oleh karena itu, yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara makan dan minum selama puasa. Selain itu, juga harus memperhatikan menu makanan yang seimbang.

“Anda harus mengonsumsi makanan yang seimbang, dengan proporsi yang tepat antara karbohidrat, lemak, dan protein,” katanya lagi.

Menurut Mahroof, beberapa hari setelah puasa di dalam darah akan muncul endorfin atau yang dikenal dengan “hormon kebahagiaan”. Inilah zat atau yang sangat penting bagi manusia. Alasannya, akan membawa manusia yang berpuasa menjadi lebih merasa bahagia.

Puasa wajib pada pekan pertama, tubuh masih beradaptasi dengan rasa lapar dengan melepaskan sejumlah besar katekolamin, dimana hormon yang dilepaskan tubuh untuk merespons rasa stres, termasuk epinefrin (adrenalin), norepinefrin, dan dopamin serta gluco-corticoids, hormon steroid yang terlibat dalam mengatur respons kekebalan tubuh, dan metabolisme glukosa.

Artikel ini ditulis oleh: