Jakarta, Aktual.co — Kebijakan pengalihan tiket kertas menjadi tket elektronik yang telah diterapkan di halte-halte Transjakarta bukan tanpa masalah. Akibat kebijakan tersebut, memunculkan praktek calo tiket elektronik Transjakarta.
Sebagai contoh, ada penumpang A yang tidak memiliki tiket elektronik akan ditawarkan untuk menggunakan tiket elektronik kepunyaan penumpang B. Penumpang B menawarkan harga Rp 5.000 untuk setiap transaksi, Rp 1.500 lebih malah dari harga normal. Tidak jarang ada penumpang yang memilih untuk menerima tawaran calo tersebut dibandingkan dengan harus membeli tiket elektronik seharga RP 40.000 dan berisi saldo Rp 20.000.
Menanggapi fenomena tersebut, pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan mengatakan PT Transjakarta perlu menyediakan tiket sekali jalan bagi penumpang yang hanya sesekali menggunakan bus Transjakarta. “Harusnya disediakan tiket sekali jalan, jadi semua penumpang dapat terlayani,” ujarnya Sabtu, (15/11).
Untuk pengoperasiannya, bisa menugaskan petugas Transjakarta untuk melayani penumpang yang membeli tiket sekali jalan. Jadi penumpang membeli tiket, kemudian petugas yang men-taping.
“Caranya, penumpang yang tak punya kartu tinggal membayar untuk sekali jalan. Nanti petugaslah yang men-taping-kan kartunya. Jadi, pekerjaan calo itu seharusnya jadi pekerjaan petugas,” tambahnya.
Ia mengatakan dengan cara seperti itu, maka praktek calo tidak akan ada lagi. Pihak PT Transjakarta cukup menyediakan dua jenis tiket, yaitu tiket elektronik untuk penumpang yang rutin menggunakan bus Transjakarta dan tiket sekali jalan untuk penumpang yang hanya sesekali menggunakan bus Transjakarta.
Artikel ini ditulis oleh: