Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai kerap kali menyuarakan kekesalannya terhadap kinerja BUMN selama ini. Mereka yang sudah banyak mengemis untuk disuntik Penyertaan Modal Negara (PMN), minta dihapus pajaknya, tapi kemudian malah dikorupsi.

Kondisi itu mungkin saja terjadi. PMN justru malah masuk ke balance sheet yang bolong (dikorupsi). Pasalnya, meski PMN sudah dikucurkan ratusan triliun tapi impact besarnya belum terlihat nyata.

“Dalam sua tahun ini, PMN sudah lebih dari Rp160 triliun. Tadinya saya percaya, uang Rp1 triliun kalau ditanam di BUMN bisa menghasilkan 3-4 kali lipat. Tapi itu asumsinya, BUMN Anda sehat, sehingga PMN itu tidak dimasukkan ke balance sheet yang bolong,” cetus Menkeu, di Jakarta, ditulis Kamis (1/12).

Selama ini, banyak BUMN yang merasa sakit, terus menghadap ke Menteri Keuangan, minta suntikan modal dan sekaligus dihapus kewajiban bayar pajaknya. Bahkan mereka lantas menyalahkan, itu gara-gara kesalahan direksi atau komisaris lama.

“Enak betul ya. Makanya, saya sekarang sudah mulai agak jengkel dengan (ulah direksi/komisaris) BUMN ini,” keluh Menkeu.

Tapi sangat sangat disayangkan lagi, kemudian PMN itu masuk ke balance sheet yang bolong. Apalagi kalau bolongnya itu karena ulah manusianya. Kalau balance sheetnya yang berdarah-darah itu karena anjloknya harga komoditas. Itu bisa dimaklumi pemerintah.

“Tapi, kalau pun begitu (turun karena harga komodiitas), tetap kami pertanyakan. Seperti Pertamina, yang rugi apa betul gara-gara harga minyak yang anjlok? Justru selama ini, banyak terjadi kerugian itu karena your bad decission, termasuk dikorupsi. That’s ultimate betrayal. Pengkhianatan,” papar dia.

Pengkhianatannya itu, kata Menkeu ke banyak aspek. Terhadap rasa keadilan, terhadap masyarakat, terhadap Republik Indonesia yang sudah membangun jiwa dan badannya.

“Tapi karena ulah Anda, telah memakan dan menyakiti badan Republik ini,” cetus Sri Mulyani.

“Saya selalu katakan, kalau buat keputusan salah, rugi, kemudian direksinya salah, lalu negara yang harus mengusi bolongnya itu? Itu jelas sangat menyedihkan sekali,” kecam dia.

Kesedihan Sri Mulyani, disebutnya, bukan karena dia sebagai Menkeu, tapi juga karena dia sedih melihat pendiri bangsa ini yang sudah sangat luar biasa, bahwa segala isi di Republik ini semuanya untuk kesejahteraan rakyat.

“Karena kalau (perusahaan) dimiliki negara berarti harus diurus baik. Tapi pemerintah dan rakyat terus dikecewakan, lagi, lagi, dan lagi,” keluh mantan Direktur Bank Dunia ini.

Kondisi BUMN yang seperti itu, merupakan cerita sedih. Sebab, BUMN itu masih punya utang besar terhadap rakyat. “Utang itu harus kita bayar. Makanya saya katakan, kalau Anda bicara integritas, anda punya peran dan fungsi yang luar biasa (dalam kelola BUMN ini). Itu perlu integritas,” tandasnya.

Dia pun mempertanyakan, posisi Indonesia sebagai negara besar tak memiliki BUMN besar di tingkat dunia. Entah itu dari sisi ukuran, inovasi, atau tata kelola (governance) yang baik.

“Lantas, siapa lagi yang mau disalahin? Ga ada. Ini milik kita semua. Direksinya kita yang milih, komisarisnya kita yang milih. Tapi itu adalah cermin kita bahwa Republik ini butuh orang-orang yang profesional agar berkarya di BUMN berupa balance sheet yang sehat, kinerja yang baik. Itu patriotisme Anda,” sindir Menkeu.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka