Jakarta, aktual.com – Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis dalam kesempatan Kajian Tasawuf yang berlangsung di Zawiyah Arraudhah, Tebet, Jakarta Selatan menyampaikan kalam Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandary RA dalam kitabnya Al-Hikam.
Syeikh Ibnu Athoillah As-Sakandary RA berkata, “Janganlah engkau berteman dengan seseorang yang tingkah lakunya tidak membangkitkanmu (beribadah kepada Allah), dan seseorang yang perkataannya tidak menjadi petunjuk untuk mengingat Allah”.
“Penting sekali bagi kita untuk memiliki kumpulan atau komunitas yang baik, termasuk menekadkan diri untuk kumpul mengaji. Sebab kelak kita akan ditanya mengenai berkumpul dengan siapa ketika di dunia. Sebab energi positif yang dihasilkan dari perkumpulan yang baik itu memiliki efek yang luar biasa,” ucap KH. Muhammad Danial Nafis.
Persoalannya kita hanya memandang yang sifatnya Zhohir, padahal kalau ditampakan pahala duduk di majelis ilmu niscaya orang yang sakit akan merangkak untuk menghadirinya. Karena tidak ditampakkan, malah seolah-olah kalian mengenyampingkan majelis ilmu apalagi majelis thoriqoh.
Imam Abul Hasan memiliki wasiat kepada Muridnya:
“Janganlah engkau duduk dengan orang yang aman, nyaman tentang kedudukanmu dihadapan Allah SWT. Dan Janganlah engkau berkumpul jika tidak menambah keyakinan kepada Allah SWT.”
Dalam Shuhbah itu ada yang namanya Syekh. Syarat seorang menjadi guru (mursyid) ada 4 yaitu : memiliki ilmu yang benar, dzauq (rasa) yang jelas, cita-cita yang tinggi dan perilaku yang disenangi (sesuai syariat).
“Dan ada yang namanya Murid (orang yang bersama dengan Syaikh/seseorang yang sedang menempuh perjalanan menuju kepada Allah). Ada juga yang namanya Rubath, Zawiyah, dll. Ada juga Maraji’ sebagai sumber referensi dalam ranah tarbiyah,” ungkapnya.
Akan tetapi Syekh Ibnu Athaillah juga berpesan:
ربما كنت مسيئا فأراك الإحسان منك صحبتك من هو أسوأ حالا منك
“Barangkali engkau adalah seseorang yang buruk, kemudian kebaikan nampak dari dirimu karena kamu bersahabat dengan orang yang keadaannya lebih buruk darimu”
“Misalnya kita punya kumpulan anak punk, tapi jangan sampai kita memiliki rasa lebih baik dari mereka, sebab secara penampilan dan ketaatan mereka dibawah kita. Sehingga ketika kita merasa lebih baik dari mereka lalu melakukan sesuatu kesalahan menimbulkan sikap kita anggap tidak separah apa yang dilakukan mereka. Dan menyebabkan sikap persimifitas(meremehkan),” lanjutnya.
Apabila kita memiliki teman-teman yang berperilaku buruk dan hobi melakukan maksiat, maka kita niatkan ketika bergaul dengan mereka untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. Bukan malah kita hanyut mengikuti apa yang mereka lakukan. Akan tetapi jika kita merasa tidak mampu untuk mengentaskan mereka dari perilaku buruk yang mereka lakukan dan kita khawatir terpengaruh, maka segera kita tinggalkan mereka dan mencari teman-teman yang baik. Insyaallah masih banyak orang-orang baik di sekitar kita yang layak kita jadikan teman.
Nabi Isa AS pernah berkata:
Janganlah engkau dengan orang yang mati (hatinya) – orang yang rela memperturuti nafsunya untuk kepentingan dunia.
Kyai Nafis juga menjelaskan “Ada dari sebagian orang itu berpendapat yang penting hatinya, tanpa memperhatikan tingkah dan pakaian. Tapi akhirnya malah mengesampingkan ilmu, adab dan syariat atas nama ‘tasawuf’. Karena guru-guru kita tidak mengajarkan hal demikian, beliau mengajarkan keindahan, kerapihan dan estetika sehingga agama tidak dipandang remeh. Sebab kesederhanaan itu tidak digambarkan dengan penampilan kumuh tapi kesederhanaan di dalam hati,”
Jangan engkau terlalu sering berkumpul dengan orang yang kualitas ketaatannya dibawah kamu, karena itu mengundang virus sifat kedirian (egoisme) dan kesombongan. Lebih baik kamu berkumpul dengan orang-orang yang Sholeh, sehingga kamu berharap dijadikan oleh Allah termasuk orang-orang yang Sholeh.
Artikel ini ditulis oleh:
Abdussalam Arfan Hadiyansyah