Padang, Aktual.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatera Barat mencatat sepanjang 2016 terjadi 195 kali gempa bumi, baik yang bersumber di darat maupun laut.

“Hal ini terjadi karena Sumbar berada di antara pertemuan dua lempeng tektonik besar yaitu Eurasia dan Indo-Australia serta patahan Semangko sehingga intensitas gempa bumi cukup tinggi,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang Rahmat Triyono, Kamis (29/12).

Berdasarkan peta seismisitas periode Januari-Desember 2016 ternyata gempa bumi di laut lebih banyak terjadi di sekitar kepulauan Mentawai, diakibatkan subduksi dan aktivitas sesar Mentawai yang cukup aktif.

Sedangkan gempa yang di daratan Sumatera disebabkan oleh segmen patahan semangko yaitu segmen Sumpur, segmen Sianok, segmen Sumani dan segmen Suliti.

“Untuk gempa darat lebih banyak disebabkan aktivitas segmen Sianok.”

Segmen Sianok berada disekitar Ngarai Sianok Kota Bukittinggi sampai tenggara Danau Singkarak melewati sisi timur danau, katanya.

Sedangkan segmen Sumpur yang terletak di daerah Rao, Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman juga cukup aktif dibanding segmen lainnya dilihat dari peta seismisitas gempa 2016. Dari 195 kejadian gempa pada 2016 ada satu kejadian yang diikuti dengan peringatan dini tsunami oleh BMKG dengan level waspada untuk seluruh pantai barat Sumatera dan level siaga utuk kepulauan Mentawai, yaitu gempa bumi Samudera Hindia 2 Maret 2016 pukul 19.49 WIB.

Dari 195 kejadian gempa tersebut ada 17 yang dirasakan masyarakat, baik yang bersumber di darat maupun di laut dengan intensitas berkisar dari I sampai V MMI atau I sampai III SIG BMK, katanya.

Rahmat menyebutkan secara statistik gempa dengan magnitudo di bawah 5 Skala Richter terjadi sebanyak 186 kali, di atas 5.0 Skala Richter 9 kali, gempa yang dirasakan sebanyak 17 kejadian dan yang tidak dirasakan sebanyak 178 kejadian.

Sementara berdasarkan bulan gempa terbanyak terjadi pada April dan November. Pada April terjadi 44 kali gempa dengan kategori yang dapat dirasakan sebanyak 5 kali dan magnitudo yang besar tiga kali.

Kemudian pada November terjadi 39 kali gempa namun hanya satu kali yang dirasakan dengan magnitudonya relatif kecil yaitu kurang dari 5 Skala Richter.

Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran Kota Padang, membuat tanda batas aman tsunami pada dua ruas jalan sebagai bentuk pengurangan risiko bencana.

Tanda batas aman tsunami yang saat masih pengerjaan berada di dua kawasan yaitu di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umur Ampang dan di depan SPBU Sawahan, Kecamatan Padang Timur. Kedua kawasan itu merupakan jalur utama evakuasi bencana tsunami.

“Kami membuat zona ini untuk memberikan tanda kepada masyarakat bahwa mereka sudah berada pada zona aman tsunami,” kata Kepala BPBD-PK Padang, Rudi Rinaldy.

Pada ruas jalan tersebut akan dibuat dua buah garis biru selebar badan jalan dengan tinggi sekitar satu meter. Garis biru ini yang akan menandakan apabila warga telah melewati garis tersebut maka sudah berada di daerah yang aman dari gelombang tsunami.

“Apabila gempa terjadi, orang yang berada pada garis biru tersebut tidak perlu lagi keluar dari rumah untuk menuju kawasan lebih tinggi.”

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu