Jakarta, Aktual.co — Sedekah merupakan salah satu amalan unggulan yang disunahkan oleh Rasulullah SAW. Sedekah adalah amalan yang digaransi oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an dengan balasan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat.
Sedekah memiliki manfaat yang besar dalam menunjang perjuangan Islam. Dalam banyak riwayat disebutkan, banyak orang yang terselamatkan dari api Neraka sebab sedekah sederhana yang dilakukan dengan ikhlas.
Di dalam buku ‘Mizan, Jurus Jitu Memperberat Timbangan Amal’, Dr Muhammad bin Ibrahim an-Nu’aim menyebutkan tujuh sedekah paling utama yang bisa memperberat timbangan amal kebaikan seseorang.
Sedekah ketika sehat
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, laki-laki itu bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?”
“Kamu bersedekah saat sehat,” jawab Rasulullah. “Dan saat kamu benar-benar menghendaki harta itu,” lanjut Rasulullah SAW, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ini. “Ketika kamu takut menjadi fakir dan sangat mengharapkan menjadi kaya.”
Rasulullah SAW melanjutkan dalam sabdanya yang diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim ini, “Jangan menundanya sampai menjelang kematian, lalu,” pungkas Rasulullah SAW, dalam hadits yang dibawakan pula oleh Imam Abu Dawud dan Nasa’I tersebut. “Kamu berkata, ‘Bagi si Fulan seperti ini, yang lain seperti ini.”
Sedekah dari harta pribadi untuk fakir
Diantara hikmah melakukan sedekah adalah mendahulukan orang lain terkait kebutuhan duniawi. Sedekah juga bisa melatih sikap agar seseorang tidak mendewakan harta dengan menumpuknya.
“Sebaik-baik sedekah,” sabda Rasulullah SAW, “adalah yang berasal dari kekayaan,” demikian disampaikan dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW melanjutkan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam al-Bukhari, Muslim dan Nasa’i, “Mulailah dengan orang yang fakir.”
Menjelaskan hadits ini, Dr Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim mengatakan, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dikeluarkan setelah mencukupi kebutuhan.”. Lanjut Ulama’ asal Mesir ini, “Bagi orang fakir, sedekah dilakukan sesuai kesanggupannya,” sehingga, “tidak menjadikan ia membutuhkannya selepas bersedekah.”
Sedekah, meski merupakan amalan unggulan, hendaknya tidak memberatkan pelakunya. Sedekah sebagai salah satu bentuk amalan terkait harta harus dilakukan sesuai prioritas hukum. Yakni mengutamakan yang wajib, kemudian menambahkan dengan yang sunnah.
Sedekah orang yang sedikit hartanya
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Hibban ini menyebutkan, tatkala Rasulullah SAW ditanya sedekah apa yang paling utama, Beliau menjawab, “Ketekunan orang yang sedikit hartanya.”
Menerangkan Hadits mulia ini, Al-Hasan mengetengahkan sebuah riwayat tentang laki-laki yang mendatangi Utsman bin ‘Affan. Dengan lugu, laki-laki itu berkata kepada Khalifah ketiga kaum Muslimin tersebut, “Kalian pergi dengan membawa kebaikan, wahai para pemilik harta. Kalian bersedekah, memerdekakan budak, berhaji dan berinfaq.”
Sosok yang juga menjadi menantu Rasulullah SAW sebanyak dua kali ini menjawab seraya memotivasi, “Kalian menginginkan seperti kami, kami pun menginginkan seperti kalian.” Lanjut sahabat Rasul yang juga dua kali berhijrah ini, “Demi Allah Ta’ala, satu dirham yang yang diinfaqkan seseorang dengan sungguh-sungguh lebih baik dari puluhan dirham yang diberikan tanpa kesungguhan.”
Sedekah kepada kerabat yang membenci
Sedekah disyariatkan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran kepada keluarga dan kerabat terdekat. Bermula dari istri, anak-anak, orang tua, saudara kandung, tetangga dan seterusnya. Syariat ini memiliki hikmah yang amat besar.
Dengan demikian, keluarga dan orang-orang terdekat tidak akan mengalami kekurangan tatkala ada salah satu anggota keluarganya yang kaya raya. Sebab anggota yang kaya raya itu akan mendistribusikan sedekahnya kepada orang-orang dan keluarga terdekatnya.
“Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW,” ujar Hakim bin Hazm. “Ia bertanya kepada Beliau tentang sedekah yang paling utama.” Rasulullah SAW pun menjelaskan, “Sedekah kepada kerabat yang menyimpan kebencian.”
Inilah di antara mulianya Islam. Bahkan kepada kerabat yang membenci, Islam memerintahkan kepada umatnya agar bersedekah kepada kerabat tersebut. Diantara hikmahnya, dengan sedekah yang diberikan itu, kerabat yang membenci akan dilunakkan hatinya sehingga memberikan pemaafan yang berarti mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.
Sedekah yang bersifat investasi
Sedekah dalam bentuk investasi memiliki keutamaan tersendiri. Pelaku sedekah akan senantiasa mendapatkan aliran pahala, meski ia telah wafat, selama apa yang disedekahkan itu masih dimanfaatkan untuk kepentingan umat.
Sa’ad bin Ubadah mendatangi Rasulullah SAW. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, ibuku telah meninggal dunia. Apakah sedekah yang paling utama?” Rasulullah Saw menjawab, “Air.” Kemudian Sa’ad bin Ubadah menggali sumur, dan berkata, “Ini milik Ummu Sa’ad.”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban ini, Sa’ad bin Ubadah bersedekah atas nama ibunya dengan sumur yang airnya bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin sepanjang waktu.
Sedekah dengan bahan kebutuhan pokok.
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sedekah yang pahalanya lebih besar daripada sedekah dengan air.”
Air adalah salah satu kebutuhan pokok umat manusia. Selain sebagai komponen utama tubuh manusia, air juga berperan penting dalam membantu aktivitas sehari-hari seperti mencuci, bersuci, bercocok tanam, dan sebagainya. Selain itu, air juga bermanfaat bagi semua jenis hewan dan tumbuhan.
Sedekah untuk kepentingan perjuangan di jalan Allah SWT
Dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah naungan tenda di jalan Allah Ta’ala,” lanjut Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad ini, “dan penyedia pelayan di jalan Allah Ta’ala.” Selain itu, “Menyediakan unta di jalan Allah Ta’ala,” pungkas Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Tirmidzi dan Hakim.
Kepentingan yang dibutuhkan dalam jihad di jalan Allah Ta’ala amat banyak jumlahnya. Mulai dari persenjataan dan kendaraan hingga penyedia air minum dan tenaga medis bagi pasukan yang terluka. Selain itu, bagi yang tidak bisa pergi ke medan jihad lantaran sakit menahun atau alasan syar’i lainnya, bagi mereka tetap terbuka peluang untuk ikut serta dalam jihad dengan memberikan infaq terbaiknya.
Semoga Allah Ta’ala kurniakan kekuatan kepada kita untuk melakukan semua jenis sedekah yang paling utama ini. Amin
(Sumber: Kisah Hikmah)
Artikel ini ditulis oleh: