Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan bahwa khilaf (perselisihan) yang terjadi diantara para sahabat, adalah semata-mata demi agama, bukan untuk memperjuangkan dunia.

“Mereka semua adalah orang-orang adil yang merupakan didikan tarbiyah Rasulullah Saw, sehingga jangan sekali-kali kita memahami perselihan mereka seperti perselihan yang terjadi diantara kita yang hatinya telah dipenuhi oleh cinta dunia dan kedengkian terhadap sesama,” tegas syekh Yusri.

Seperti halnya khilaf yang terjadi antara Sayidina Ali Ra dan Muawiyah bin Abi Sufyan Ra, dimana masing-masing dari mereka berijtihad demi menegakkan agama islam, meski dalam hal ini kita meyakini bahwa ijtihad Sayyidina Ali Ra lah yang benar, dan selain dari baginda Ali adalah salah. Akan tetapi hal ini tidak mengurangi kedudukan mereka sebagai sahabat Rasulullah, sehingga menghalalkan harga diri mereka untuk dicaci dan dimaki.

Banyak ulama yang terpeleset dalam memahamai khilaf yang terjadi antara kedua sahabat Nabi tersebut, sehingga berujung kepada merendahkan atau bahkan mencaci maki sahabat Muawiyah Ra. Memang benar kita bersama dengan Sayyidina Ali Ra, akan tetapi kita juga harus menjaga hati dan lesan kita dari rasa ghil (dengki) dan menghujat kepada Muawiyah Ra, karena bagaimanapun dirinya adalah sorang muslim, yang memiliki hak untuk dihormati harga dirinya, ditambah lagi kedudukan beliau sebagai sahabat Rasulullah. Rasulullah Saw telah bersabda:

كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram darah, harta dan harga dirinya,” (HR. Bukhari).

Syekh Yusri menambahkan, apabila Al-Qur’an saja telah mengajarkan kepada kita untuk tidak dengki kepada orang orang-orang yang beriman dalam ayatnya:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (para kaum muhajirin dan kaum anshar) berkata: “Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami ini rasa dengki kepada orang-orang yang beriman, wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Menyayangi lagi Maha Mengasihi,” (QS. Al-Hasyr: 10).

Apalagi kalau dengkinya terhadap salah satu sahabat baginda Nabi SAW. Tentunya hal ini sangatlah jauh dari pada ajaran Al-Qur’an.

Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain