Maka akupun berjalan dan mendatangi beliau setiap hari sehingga mengigatkanku/mengajariku bersama dengan sebagain ikhwan (murid) yang merupakan penduduk Fes yang semoga Allah menjaganya dari semua malapetaka”.
Maula al-‘Arobiy ad-Darqowiy bermulazamah( berguru) dengan syaikh nya selama 2 tahun dan disaat terjadi fathu al-Mubin(pembebasan wilayah) meminta izin pada syaikh nya untuk rihlah (bepergian) dengan para anak-anaknya dari kota Fes ke kampung halaman beliau yaitu Qobilah Bani Zarwal, dan Syeikhnya pun mengizinkan keinginanya tersebut.
Syaikh Abu ak-Abbas Ahmad bin ’Ajibah al-Anjariy al-Hasaniy beliau adalah salah satu murid Maula al-‘Arobiy ad-Darqowi berkata: “Maulana al-‘Arobiy ad-Darqowiy menetap dalam keadaan seperti ini selama 25 tahun ,tidak pernah meninggalkan makan malamnya untuk makan siangnya.
Juga tidak makan siangnya untuk makan malamnya (makan hanya sekali sehari semalam), bahkan hingga tidak dijumpai di pagi harinnya sisa minyak sumbu maksudnya sumbu lampu minyak yang biasa digunakan sebagai penerang di malam hari-karena yakin pada Allah, berpegang teguh percaya pada Allah , sehingga datanglah Futuh (terbukanya hati) dari Allah, dan tidaklah beliau mengambil dari kadar tersebut kecuali sekedar hal yang darurat saja, untuk istrinya, anak-anaknya dari kadar tersebut.
Mereka tak ayal adalah golongan yang bagaikan burung yang dalam sangkar/sarangnya di pagi dan siang hari, sehingga Allah mengizinkan untuk memberinya (rezeki), mereka mengambil karunia dengan pasrah Allah sebagaimana sama halnya meninggalkan sesuatu karena Allah, sehingga terus bertambah setiap sesuatu (rezekinya) dan tidak pernah berkurang sedikitpun.
Rep: Izul Mutho’
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid