Kuala Lumpur, Aktual.com — Cendekiawan Islam Indonesia Yusril Ihza Mahendra mengajak negara-negara dalam rumpun Melayu atau ASEAN untuk bersatu menghadapi kekuatan kapitalisme global. Menurut Yusril, kemajuan yang luar biasa di bidang pengetahuan dan teknologi saat ini telah membawa dampak perubahan yang amat besar dalam budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Dalam menghadapi tantangan global tersebut, lanjut Yusril, negara-negarta ASEAN atau Rumpun Melalyu harus kompak dan meningkatkan kerjasamanya.

“ASEAN harus memperkuat dirinya dalam menangani isu-isu bersama, seperti klaim China atas Laut China Selatan dan konflik di Spartley yang memerlukan perhatian dan penanganan serius,” ujar Yusril saat berpidato dalam acara Rapat Alumni Nusantara di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Selangor Darul Ehsan, Malaysia, Kamis (19/5).

Rapat Alumni Nusantara di Universiti Islam Antarbangsa Malaysia ini dibuka oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi dan dihadiri para alumni, 2.000 undangan lainnya dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Thailand, dan Filipina. Hadir juga duta besar RI untuk Malaysia.

Yusril juga mengingatkan agar Malaysia segera mempercepat menyelesaikan masalah perbatasan dengan negara-negara tetangga supaya tidak berkembang menjadi konflik yang merugikan kepentingan bersama. Dalam hal ini, lanjut Yusril, Indonesia juga harus mengambil inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara agar tidak berkembang menjadi konflik yang merugikan kepentingan bersama.

“Indonesia dan Malaysia, khususnya, harus mengeratkan kerja sama itu dibandingkan dengan negara-negara rumpun Melayu atau Asia Tenggara lainnya. Saya menyadari adanya ketegangan hubungan antarsesama tokoh Melayu dalam politik Indonesia dan Malaysia sekarang, dan hal ini berpotensi melemahkan kekuatan politik Melayu di Negara masing-masing,” papar Yusril.

Dalam pengamatan Yusril, hubungan erat sesama rumpun Melayu, khususnya antara Indonesia dengan Malaysia dalam dua dekade terakhir sengaja direnggangkan oleh kekuatan-kekuatan rumpun bangsa lain. Yusril melihat ada kekuatan yang yang tidak senang jika Indonesia dan Malaysia bekerjasama dengan erat karena keeratan kerjasama RI-Malaysia dianggap berpotensi mengganggu kepentingan ekonomi dan politik mereka.

Karena itu seringkali timbul ketegangan hubungan antara masyarakat Indonesia dengan Malaysia akibat hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Misalnya isu ‘pengambilalihan’ aneka produk nasional yang seolah-olah ‘dipatenkan’ oleh pihak Malaysia.

“Saya berharap Indonesia dan Malaysia bersikap lebih sensitive terhadap isu-isu seperti ini, yang jika tidak dicegah akan berpotensi bisa berpotensi merenggangkan hubungan bilateral kedua negara,” ucap Yusril.

Pada bagian lain pidatonya, Yusril berpendapat agar Indonesia dan Malaysia menyadari pentingnya menciptakan stabilitas politik dan adanya pemerintahan yang kuat, yang di dalam kebijakan ekonominya memihak kepada rakyat kecil untuk mendorong kemajuan dan kemandirian ekonomi mereka.

Terkait diberlakukannya perdagangan bebas negara-negara ASEAN, Yusril berharap agar RI dan Malaysia tidak saling berpaling dalam memanfaatkan perdagangan bebas ini dengan saling mendukung untuk kemajuan bersama.

Yusril yang merupakan doktor Politic Science University Sains Malaysia ini merasa optimis Negara-negara rumpun Melayu, dapat membangun kerja sama guna mencapai kemajuan mengingat Negara-negara tersebut memiliki akar bahasa yang sama, yaitu Bahasa Melayu.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi dalam sambutannya mengatakan orang-orang Melayu di kawasan Nusantara dan Asia Tenggara memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi berkat pendidikan yang mereka peroleh.

Ahmad Zahid menyebut Yusril Ihza Mahendra sebagai salah satu tokoh Melayu yang pemikirannya tidak saja menjadi perhatian kalangan Melayu tetapi juga internasional. “Karena itu kita harus bangga sebagai orang Melayu,” ucap Ahmad Zahid.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan