Meski sudah mendapat penjelasan dari si empunya acara, jika pernyataan Presiden Jokowi tidak ada maksud sebagai perintah untuk membuat keributan jelang Pilpres nanti. Namun, apa boleh buat, bak pribahasa ‘Nasi sudah menjadi bubur’, perdebatan justru telah terjadi. Perdebatan itu, lebih pada penggunaan kata oleh presiden terkait ‘Jangan ngajak. Kalau diajak, tidak boleh takut’.

Kepada aktual.com, Ketua DPP Partai Gerindra Moh. Nizar Zahro menilai pernyataan presiden sebagai orang nomor satu di Indonesia justru secara terang menyulut percikan pertikaian antar anak bangsa kedepannya.

“Jokowi memprovokasi relawannya agar tidak takut kalau diajak berkelahi. Bahkan, dalam wawancara disejumlah media, para pentolah relawan Jokowi menyatakan kesiapannya melaksanakan arahan presiden tersebut,” kata Nizar saat dihubungi, di Jakarta, Senin (6/8).

“Korek api ketemu gas bocor, tinggal menunggu ledakannya saja,” tambah dia mengibaratkan arahan presiden dan sikap para relawan Jokowi tersebut.

Tidak hanya itu, anggota badan anggaran (Banggar) DPR RI itu menyayangkan arahan yang sangat berbau bar-bar itu, justru keluar dari mulut seorang kepala negara yang harusnya mengayomi seluruh anak bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, menegakan Pancasila serta menjunjung supermasi hukum di negeri ini.

“Seruan itu jelas menyuruh relawan presiden untuk melakukan perkelahian secara terbuka. Bila perkelahian meluas melibatkan banyak masyarakat, maka yang terjadi perang sipil. Dan bila perang itu telah meledak, maka itu sama saja ancaman disintegrasi bangsa sudah di depan mata,” tegasnya.

Berikut ini isi dari rekaman video yang merupakan pernyataan dari Presiden Jokowi;

Assalamualaikum Wr. Wb, selamat sore, salam sejahtera bagi kita semua, Shalom Om Swastiastu, Namo Budaya, salam kebajikan.

Yang saya hormati Bapak Ibu Saudara sekalian, utamanya ketua-ketua relawan beserta jajaran pengurus yang hadir malam ini, yang saya hormati relawan Jokowi dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote.

Sangat berbahagia sekali saya bisa bertemu, bisa hadir dalam rapat umum relawan Jokowi di Sentul, Bogor sore hari ini. Perlu saya ingatkan kepada kita semua bahwa aset terbesar bangsa kita adalah persatuan. Aset terbesar kita adalah persatuan, persaudaraan dan kerukunan, karena kita harus sadar bahwa bangsa ini berbeda-beda, bermacam-macam majemuk, plural, berbeda-beda agama, berbeda suku, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah, inilah negara kita Indonesia.

Oleh sebab itu saya mengajak kita terus menjaga persatuan, persaudaraan dan kerukunan kita, karena kita diberi anugerah oleh Allah berbeda-beda majemuk berbagai macam warna-warni, inilah negara kita Indonesia.

Saya perlu mengingatkan kepada kita semua bahwa tahun 2019 nanti ada pilpres, pilihan presiden dan pilihan legislatif. Pilpres 2019 bukan sekadar menang atau kalah, tapi 2019 adalah penguatan demokrasi bangsa kita Indonesia, supaya demokrasi kita kuat, supaya rakyat bisa merasakan, proses pemilu 2019, rakyat merayakan kegembiraan politik, gembira karena kita sama-sama bergerak mengajak apa yang sudah kita lakukan dari 2014 sampai 2019 nantinya.

Tahun 2019, perlu saya ingatkan ada banyak simpul yang akan bersama-sama dengan kita, ada ulama-ulama, ada partai politik, ada caleg, ada kelompok profesional, ada purnawirawan TNI Polri, ada ormas, ada tokoh-tokoh, dan tentu saja banyak sekali, relawan-relawan kita. Oleh sebab itu kita harus bisa bekerja sama dengan semua yang tadi saya sebutkan, harus kita bisa bersinergi, harus kita bisa berkoordinasi, harus kita bisa kerja bareng bergotong royong bersama-sama di antara dengan yang tadi saya sebutkan.

Oleh karena 2019 nanti pemilu serentak, oleh sebab itu perlu kerja sama dan perlu bersinergi jangan sampai di antara kita sendiri, tidak rukun, tidak bersinergi, dan berkompetisi dalam artian yang tidak baik. Oleh sebab itu pada kesempatan yang mulia ini kepada relawan kerja keras, bekerja keras.

Kalau bisa di sana militan di sini harus lebih militan. Kalau di sana kerja keras, di sini lebih lebih kerja keras lagi, jika di sana bersatu, di sini harus lebih bersatu lagi, tapi perlu saya ingatkan bahwa kerja-kerja di 2019 menuju 2019 adalah kerja ke bawah.

Kerja ke grass root, kerja ke akar rumput, kerja yang menyentuh hati rakyat, karena kita ingin dapatkan kepercayaan dari rakyat, kita ingin dapat mandat dari rakyat. Oleh karena itu kerja-kerja sampai ke akar rumput, betul-betul ujung, baik yang ada di desa-desa, baik yang ada di RW, baik yang ada di RT itulah kerja, kerja riil kita dan yang harus kita lakukan. Tentu saja dimulai dari keluarga kita sendiri, kemudian melebar dengan tetangga-tetangga kita. Kemudian melebar lagi, membangun kelompok-kelompok di desa, di RW, di RT.

Itulah saya kira pekerjaan-pekerjaan besar kita yang harus kita lakukan untuk 2019. Jangan sampai kita asyik membangun jejaring di pusat, tetapi lupa bahwa penduduk kita ada di 17 ribu pulau, ada di 74 ribu desa yang itu semuanya harus kita sentuh tanpa kecuali. Semuanya harus disentuh. Marilah kita dengar bersama-sama apa yang dibutuhkan rakyat. Yakinkan kepada mereka tentang perubahan yang sudah kita lakukan dan dalam proses kita lakukan, dan akan kita lakukan lagi untuk Indonesia yang lebih baik ke depan.

Saudara-saudara harus bisa meyakinkan rakyat. Saudara-saudara harus bisa memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa akan ada perubahan-perubahan, dan beberapa sudah kita lakukan, beberapa dalam proses, beberapa akan kita kerjakan untuk negara kita agar rakyat negara ini menjadi lebih baik lagi.

Nanti apabila masuk ke tahap kampanye, lakukan kampanye yang simpatik, tunjukkan diri kita adalah relawan yang bersahabat dengan semua golongan, jangan membangun permusuhan. Sekali lagi, jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian. Jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela. Tidak usah suka menjelekkan orang lain, tapi kalau diajak berantem juga berani.

(relawan bersorak)

Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, saya bilang tadi tolong tadi, tolong digarisbawahi, jangan ngajak. Kalau diajak? (relawan bersorak lagi)

Saya perlu mengingatkan kepada kita semuanya, bahwa masa kampanye itu panjang, panjang sekali. Oleh sebab itu kita harus mengatur nafas panjang kita, harus diatur. Mulai dari sekarang diatur, jangan semuanya dikeluarkan sekarang. Nanti pada hari H nya malah loyo, jangan seperti itu. Ibarat lari maraton, jangan lari di depan kenceng, di akhir justru loyo. Harus dibalik. Sekarang kenceng, mau di akhir lebih kenceng lagi. Atau dimulai sekarang agak lambat agak cepat agak cepat agak kenceng dan pada akhirnya kenceng banget.

Saya juga mengajak kepada seluruh relawan untuk membangun persepsi positif. Membangun image-image yang positif tentang pemerintahan kita. Apa yang sudah kita lakukan ceritakan, bahwa kita sekarang ini tidak membangun di Jawa saja tetapi juga membangun di luar Jawa, utamanya di Indonesia bagian timur.

Kita tidak hanya membangun di kota tetapi kita juga berikan informasi bahwa kita juga membangun dari desa-desa, karena dana desa anggaran desa yang telah kita gelontorkan ke daerah jumlahnya tidak sedikit. 2015 Rp 20 triliun, 2016 Rp 47 triliun, 2017 Rp 60 triliun, 2018 Rp 60 triliun.

Totalnya sudah Rp 127 triliun yang kita gelontorkan. Untuk apa? Agar kesenjangan antara desa dan kota ini semakin pendek, gapnya tidak semakin melebar, dan bisa kita persempit.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Nanti saya akan melakukan rapat-rapat dengan ketua-ketua relawan, apa yang harus kita kerjakan, apa yang harus kita lakukan. Detail apa yang akan kita kerjakan setiap bulannya.

Semuanya akan kita rapatkan, kita rencanakan, kita rancang, sehingga betul-betul kerja kita semuanya ini nanti mendapatkan hasil sesuai yang kita inginkan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih, saya tutup, wassalamualaikum.

Merdeka, hidup Indonesia, Indonesia maju.

Senada dengan mitra koalisinya, Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean melalui akun media sosial twitternya mengatakan apabila arahan yang diberikan Jokowi adalah sebuah bentuk provokasi.

Dia mengatakan, sangat tidak etis apabila seorang presiden memberikan arahan yang mengarah pada kekerasan. “Pak Jokowi sepertinya ingin memprovokasi relawannya. Sangat tidak etik seorang presiden menganjurkan nilai kekerasan kepada pendukungnya.

Mestinya, sebagai seorang presiden menyarankan relawannya untuk bersikap mematuhi aturan hukum. Bukan memprovokasi mengikuti gaya premanisme. Naudzubillah..!!,”twitnya Ferdinand melalui akunnya.

Meski belum resmi berkoalisi dengan Prabowo, dan sebagai partai politik yang masih menjadi bagian pemerintah, Partai Amanat Nasional (PAN) cenderung berhati-hati dalam menanggapi polemic mengenaik ‘diksi’ yang disampaikan Presiden Jokowi.

“Kita menyayangkan pernyataan Jokowi tersebut karena dikhawatirkan bisa menimbulkan gesekan di tingkat grass root. Apalagi pernyataan itu disampaikan di tengah-tengah relawan yang memang akan diterjunkan ke masyarakat. Bisa saja orang menafsirkan hal itu sebagai justifikasi untuk melakukan tindak kekerasan,” kata Wasekjen PAN Saleh Daulay kepada wartawan, Minggu (5/8).

Saleh mengingatkan bahwa suhu politik semestinya terus dijaga agar tetap kondusif. Kandidat Pilpres diminta mendamaikan dan menenangkan pendukungnya.

“Merebut simpati masyarakat bisa dilakukan dengan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan,” tambahnya.

Tetapi, Saleh yakin pernyataan Jokowi bukan untuk membuat suasana panas. Dia juga berharap masyarakat tidak salah tafsir.

“Saya yakin, Jokowi tidak berniat membuat suasana panas. Bisa saja karena terlalu semangat lalu keluar pernyataan seperti. Mudah-mudahan saja masyarakat tidak ada yang salah tafsir,” ungkap Saleh.

 Partai Koalisi Sibuk Klarifikasi

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang