Jakarta, Aktual.com —  Manager PT PLN Area Palu di Sulawesi Tengah, Novalince Pamuso mengatakan pada semester pertama 2015 perusahaan itu masih merugi sekitar Rp300 miliar.

“Nilai kerugian tersebut menurun dibandingkan priode yang sama tahun-tahun sebelumnya,” katanya di Palu, Selasa (3/11).

Ia menjelaskan sebelumnya setiap semester, PLN mengalami kerugian hingga mencapai Rp500 miliar. Meski masih merugi hingga ratusan miliaran rupiah tersebut, namun PLN tetap berupaya menjaga kontinyunitas pasokan listrik kepada pelanggan di kabupaten dan kota di Sulteng.

Menurunnya tingkat kerugian PLN antara lain karena mendapat pasokan daya dari pembangkit milik swasta seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Ototmatis, biaya operasional pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) semakin berkurang karena komponen pembiayaan terbesar selama ini adalah BBM.

Semakin banyak pembangkit nondisel beroperasi menghasilkan daya, dipastikan semakin berkurang pula kerugian.

Selain biaya operasional pembangkit yang cukup tinggi, kata Novalince juga biaya produksi KWh lebih tinggi dari harga penjualan listrik.

Biaya produksi per KWh mencapai Rp1.650, sementara harga penjualan daya per KWh rata-rata sebesar Rp900.

Itu harga penjualan rata-rata. Belum termasuk harga jual Kwh kepada pelanggan daya 450 dan 900VA yang hanya sekitar Rp500/Kwh.

Berapa besarnya subsidi yang diberikan pemerintah kepada pelanggan daya 450 dan 900VA.

“Subsidinya cukup besar sekitar Rp1.000/KWh,” katanya.

Meskipun pemerintah mengurangi subsidi, PLN tetap merugi karena hingga kini masih menggunakan mesin PLTD dengan biaya pengadaan BBM terus membengkak setiap tahunnya.

Belum lagi ditambah jika mesin rusak tentu harus diperbaiki. Dan biaya untuk perbaikan mesin pembangkit cukup besar, tanpa merinci.

Apalagi, katanya kalau alat yang akan diganti itu tidak ada di pasaran dalam negeri dan harus didatangkan dari luar.

Otomatis biayanya akan semakin mahal. “Ini semua yang menyebabkan PLN Area Palu hingga kini masih merugi ratusan miliar rupiah,” pungkasnya.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka