Jakarta, Aktual.com — Hari ini, Palang Merah Indonesia (PMI) dengan dukungan Palang Merah Amerika Serikat bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) menginisiasi penelitian kebencanaan iklim, kerentanan iklim dan kapasitas adaptif di Daerah Aliran Sungai Ciliwung sebagai bagian dari Program Pengurangan Resiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA) di wilayah perkotaan.

Ketua tim peneliti dari ITB, Dr Armi Susandi, mengungkapkan, bahwa diluncurkannya data tersebut, berdasarkan hasil penelitian ITB dalam kurun waktu 2013-2014 dengan menggunakan metodologi pemodelan untuk memproyeksi kebencanaan iklim. Model Proyeksi tersebut memprediksi, curah hujan secara spasial di masa depan dengan mempertimbangkan pola curah hujan masa lalu, dan juga pola anomali.

“Untuk kajian kerentanan di daerah aliran sungai Ciliwung tersebut kami menggunakan data dari 19 titik stasiun pengamatan curah hujan dan tujuh stasiun pengamatan temperatur di wilayah Bogor, Depok dan Jakarta. Penelitian tersebut menghasilkan empat model proyeksi yaitu proyeksi curah hujan, temperatur, kebencanaan dan kerentanan dalam bentuk spasial dari 2015-2035, serta pilihan tindakan mitigasi kebencanaan dan opsi adaptasi jangka panjang bagi pemerintah, swasta dan masyarakat,” ujar Armi menjelaskan kepada Aktual.com, di Wisma PMI, Jakarta Selatan, Jumat (22/04).

Program PERTAMA di wilayah perkotaan fokus dalam meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat di sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung khususnya di dua wilayah Kabupaten Bogor dan Jakarta Utara. Kegiatan penelitian ini menghasilkan beberapa dokumen penelitian berikut rekomendasi sebagai bahan advokasi kepada pemangku kepentingan di wilayah target.

“Penelitian menghasilkan beberapa dokumen penelitian berikut rekomendasi sebagai bahan advokasi kepada pemangku kepentingan di wilayah target yaitu, Pertama, Perlunya perencanan tata ruang DAS Ciliwung secara komprehensif. Kedua, Penyediaan infrastruktur perkotaan yang mengakomodasi wilayah hulu dan hilir seperti pembangunan tanggul dialiran sungai dan pantai, normalisasi sungai dengan membuat pelebaran badan sungai dan pengerukan lumpur; membuat waduk dan perbaikan saluran air; memperluas daerah resapan air. Ketiga, Memperkuat upaya kesiapsiagaan melalui pembuatan rencana kontigensi banjir, melatih kesiapsiagaan aparatur dan masyarakat; dan memperkuat sistem peringatan dini banjir, ” jelas Armi memaparkan.

Selanjutnya, Armi memaparkan bahwa selain rekomendasi di atas, terdapat adaptasi yang bersifat ‘cross boundary’ yang perlu dilakukan di tiga wilayah kajian. Di antaranya,

Bogor:
Pembatasan alih fungsi lahan di wilayah hulu Sungai Ciliwung
Pembangunan waduk
Penguatan sumur resapan bagi masyarakat.

Depok:
Pembuatan turap di beberapa segmen sungai Ciliwung
Pembangunan beberapa waduk untuk menampung air
Penguatan sumur resapan untuk masyarakat.

Jakarta:
Percepatan Pembangunan Banjir Kanal
Pengerukan waduk dan kolam retensi
Normalisasi sungai kali di Jakarta
Pembangunan turap di beberapa segmen sungai Ciliwung
Pembangunan ‘Rusun Adaptasi’ dengan Sungai Ciliwung
Pembuatan polder (jebakan air)
Sumur resapan
Penghijauan disekitar pantai utara Jakarta
Mempercepat air menuju laut (pompa)
Pembangunan tanggul/sea wall.

Artikel ini ditulis oleh: